Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jelang HUT RI, Perpustakaan MPR Kupas Buku Hatta

Menjelang Indonesia merdeka, Hatta merupakan satu dari lima tokoh aktor intelektual.

15 Agustus 2018 | 17.40 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Menjelang Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia (RI) ke-73, Perpustakaan MPR lewat acara “Bicara Buku Bersama Wakil Rakyat” membedah buku karya Mohammad Hatta yang berjudul “Sekitar Proklamasi” di Ruang Presentasi Perpustakaan MPR, Komplek Gedung MPR/DPR/DPD, Jakarta, 15 Agustus 2018,

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INFO NASIONAL - Menjelang HUT Republik Indonesia (RI) ke-73 tahun, Perpustakaan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) lewat acara “Bicara Buku Bersama Wakil Rakyat” membedah buku karya Mohammad Hatta yang berjudul Sekitar Proklamasi. Dalam acara yang digelar di Ruang Presentasi Perpustakaan MPR, Komplek Gedung MPR/DPR/DPD, Jakarta, 15 Agustus 2018, ini hadir sebagai narasumber anggota MPR Fraksi Partai Golkar, Hetifah Sjaifudian; sejarah dari UI, M. Sodikin; dan pengamat buku, Arif Pradono.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menanggapi buku karya Wakil Presiden I Indonesia itu, Sodikin mengatakan, buku yang ditulis Hatta sebagai upaya untuk meluruskan sejarah menjelang Indonesia merdeka. Hal itu diakui banyak penulis buku sejarah termasuk dari orang luar negeri, yang membumbui fakta dengan dongeng sehingga membuat kejadian yang ada menjadi dramatis. Dikatakan, sebagai pelaku sejarah, Hatta menulis kejadian yang ada secara obyektif, sehingga kejadian itu tak sedramatis yang dibayangkan orang. “Dari buku ini, Hatta meluruskan sejarah yang tak sesuai dengan kenyataan,” ucapnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menjelang Indonesia merdeka, menurut Sodikin, Hatta merupakan satu dari lima tokoh yang disebutnya sebagai aktor intelektual. Di BPUPKI dan PPKI, Hatta merupakan sosok yang terlibat langsung dalam sebuah proses perjalanan bangsa. “Ia mempunyai pandangan dan gagasan ke depan tentang sebuah bangsa,” ujarnya. Dari sinilah ia menyebut Hatta sebagai Bapak Bangsa. Sodikin di hadapan peserta mengajak kepada semua untuk merefleksikan isi buku itu. “Apakah kita masih sesuai di jalur harapan bangsa?” katanya.

Arif Pradono dalam kesempatan itu menyebut buku karya Hatta tak mengedepankan anak muda sebagai penggerak terlaksananya proklamasi. Ia membandingkan dengan buku karya Adam Malik yang menyebut anak muda sebagai penggerak kemerdekaan Indonesia. Pradono sendiri mengakui kalau dalam setiap perubahan yang terjadi di muka bumi, anak mudalah sebagai agent perubahan. Ia menyebut Gajah Mada, Sudirman, aktivis 66, aktivis 98, adalah tokoh-tokoh perubahan, di mana kala itu mereka masih tergolong muda. “Perbedaan Hatta dan Adam Malik bisa jadi mereka dalam posisi yang berbeda. Adam Malik sebagai bagian dari anak muda, sedang Hatta dari kelompok yang disebut kaum tua,” tuturnya.

Dalam kesempatan itu, Hetifah mengatakan siapa saja bisa menjadi pelaku sejarah. Setiap generasi disebut memiliki sejarah tersendiri. “Kita menjadi pelaku sejarah di keluarga atau kampus,” ujarnya. Sebagai anggota DPR dan MPR, dia mengakui merupakan bagian dari sejarah politik di Parlemen. “Diharapkan, dari sejarah yang ada, kita bisa memaknai peristiwa. Yang bagus kita lanjutkan,” katanya.

Dalam soal sejarah yang ada bumbunya, dongeng dan legenda, misalnya, diakui memang ada unsur seperti itu agar yang tampak di publik menguntungkan. “Sejarah yang tak terlepas dari dunia politik memang ada unsur kepentingan yang ada,” ujarnya. Dia pun menyebut banyak cerita-cerita lokal yang hidup di masyarakat penuh dengan dongeng dan legenda. “Hal demikian juga perlu digali,” katanya. Meski demikian, dia menyarankan agar peristiwa sejarah yang ada di Indonesia diproteksi agar tidak ditulis orang asing.

Kabiro Humas Setjen MPR Siti Fauziah yang hadir dalam kesempatan tersebut, dalam sambutan mengatakan, acara yang digelar oleh Perpustakaan MPR dengan membedah buku karya Mohammad Hatta ini sangat tepat. Sebab bertepatan dengan momen menyambut HUT RI ke-73 tahun. “Apalagi buku yang dibedah adalah karya Mohammad Hatta, sumbernya otentik. Jadi, kita tahu sumber peristiwa langsung dari pelaku sejarah,” ucapnya.

Acara itu disebut Siti Fauziah juga salah satu bentuk Sosialisasi Empat Pilar. “Untuk itu ke depan acara Bicara Buku Bersama Wakil Rakyat akan diintesifkan,” katanya. (*)

Nurul Tirsa Sari

Nurul Tirsa Sari

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus