Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kurikulum Merdeka Ciptakan Suasana Kelas Tidak Monoton

Para guru dapat mencari referensi dan inspirasi terkait implementasi Kurikulum Merdeka dari Platform Merdeka Mengajar lalu mempraktikkannya di kelas sehingga murid lebih bergairah belajar.

12 Agustus 2023 | 08.50 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INFO NASIONAL - Chantika Sisthadevi Kirana Galuh, murid Kelas X di SMA Negeri 94 Jakarta, sangat menikmati proses belajar di kelas. “Sangat seru, asik dan menyenangkan,” ucapnya kepada jurnalis Devy Ernis saat acara Ngobrol @Tempo “Dari Selatan Kalimantan hingga Pulau Kei Kecil di Tenggara Maluku” pada Selasa, 8 Agustus 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Chantika, sekolahnya yang telah menerapkan Kurikulum Merdeka membuat dia dan murid lainnya bernalar kritis dan berpikir kreatif dalam menggarap sebuah ide. “Pembelajaran di kelas tidak lagi monoton dan tidak membosankan. Murid diharuskan belajar untuk bernalar kritis dan berpikir kreatif,” katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia juga merasa Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang diberikan guru meningkatkan kepeduliannya terhadap budaya. Sebagai contoh, saat mendapat projek pertama tentang kearifan lokal dengan tema Budaya Betawi, Chantika dan teman kelompoknya memilih untuk mengangkat Lenong Betawi. “Meskipun saya dan teman-teman sedikit kesulitan mencari narasumber karena lenong sudah langka, tapi hal ini membuat kami berpikir, kearifan lokal memang harus dijaga,” ujarnya.

Timbulnya kepedulian ini, menurut Rosmalina Tebiary, guru mata pelajaran Matematika Kelas VII SMPN 1 Tual, Maluku, merupakan implementasi dari P5.

Sebagai pengajar ilmu berhitung, Rosmalina membuat metode belajar dengan mengajak murid-muridnya memanfaatkan benda di lingkungan, seperti daun hingga sampah. Hal ini secara tak langsung mengajak murid untuk bekerja mandiri maupun berkelompok atau gotong royong. Selain itu, mencintai lingkungan.

“Sekolah kami juga melakukan P5 untuk menguatkan karakter Pelajar Pancasila. Misalnya melibatkan murid dalam pemilihan ketua OSIS agar mereka belajar berdemokrasi,” ujarnya.

Proses ini, terang Rosalina melanjutkan, ternyata berdampak positif. Murid-murid jadi lebih antusias untuk belajar karena pembelajarannya tidak monoton dan dapat mengeksplorasi berbagai kemungkinan.

Kurikulum Merdeka terbilang konsep baru dalam mengubah paradigma belajar mengajar di Indonesia. Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kemendikbudristek, Iwan Syahril, mengungkapkan bahwa Kurikulum Merdeka merupakan pengejawantahan dari amanat Presiden Joko Widodo yang ingin Indonesia mencetak SDM unggul demi tercapainya Generasi Emas 2045.

Dalam perjalanan untuk melakukan transformasi pendidikan, kata Iwan, Kemendikbudristek terus melaksanakan observasi hingga menghasilkan kesimpulan. “Dari segi akses selama 2-3 dekade sudah bagus, tapi dari segi kualitas hasil belajar jalan di tempat,” ujarnya.

Saat berupaya melakukan pembenahan, tiba-tiba hadir pandemi Covid-19 yang membuat proses belajar mengajar terdampak, menghasilkan learning loss. Kemendikbudristek akhirnya melakukan penyesuaian dengan memberi kebebasan sekolah untuk memilih tetap menerapkan Kurikulum 2013 atau Kurikulum Darurat, yaitu Kurikulum 2013 yang sudah disederhanakan.

“Ternyata, sekolah yang memilih Kurikulum 2013 yang disederhanakan mengalami learning loss sekitar 1 bulan, jauh lebih singkat dari pemilih Kurikulum 2013 secara komprehensif yang mengalami learning loss 5-6 bulan,” kata Iwan menjelaskan.

Hasil ini semakin memperjelas proses belajar mengajar jauh lebih efektif. Walau demikian, Kemendikbudristek belum mewajibkan setiap sekolah memakai Kurikulum Merdeka, melainkan masih boleh memilih tiga opsi: Mandiri Belajar, Mandiri Berubah, mandiri Berbagi. Adapun sekolah yang mengimplementasikan Kurikulum Merdeka pada 2022 mencapai 150 ribu sekolah, kemudian naik menjadi 300 ribu lebih pada 2023.

“Kurikulum Merdeka dibuat dengan tiga prinsip, yaitu lebih sederhana, lebih fleksibel, dan dapat disesuaikan dengan kondisi sekolah. Pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka lebih relevan dengan penerapan P5. Selain itu, kita juga fokus pada pembenahan kompetensi pondasi yaitu literasi, numerasi, dan karakter,” tutur Iwan.

Agar para pendidik tidak kaget dengan pola Kurikulum Merdeka yang mewajibkan guru lebih aktif menciptakan metode pembelajaran yang lebih kreatif, Kemendikbudristek menyediakan Platform Merdeka Mengajar(PMM) yang memiliki tiga fitur utama. Pertama, platform ini menyediakan modul-modul yang dapat membantu guru mengajar. Kedua, terdapat program pelatihan prioritas yang bisa diakses secara mandiri oleh guru. Ketiga, fitur bukti nyata yang menyediakan ruang berbagi metode pembelajaran bagi guru. Fitur ketiga ini juga merupakan ruang berbagi praktik baik dan bertukar pengalaman bagi guru-guru seluruh daerah di Indonesia.

Kemendikbudristek juga mendorong setiap sekolah membangun komunitas belajar. “Sebelumnya guru-guru merasa harus keluar sekolah. Sekarang kita bilang, yuk bikin komunitas belajar di dalam sekolah dulu. Di situ guru-guru bisa bertukar ide, kepala sekolah sebagai pemimpin, sekali seminggu bertemu untuk membahas masalah pada murid,” kata Iwan.

Guru Pendidikan Agama Islam SD Negeri Tabukan Raya, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, Eddy Hartono mengaku telah memanfaatkan semua fitur di dalam PMM. “Referensi-referensi yang didapat saya sesuaikan dengan kondisi di sekolah. Saya bisa merancang pembelajaran yang menyenangkan sesuai karakter anak,” ucapnya.

Dengan tersedianya PMM, Eddy melanjutkan, para pendidik di sekolah juga lebih aktif menggali ilmu agar proses belajar mengajar semakin kreatif. “Kepala sekolah saya, Iskandar menerapkan bahwa setiap Kamis kami (guru-guru) belajar bersama untuk mengupas materi-materi yang ada di dalam PMM dan mengeluarkan ide untuk menerapkannya di sekolah,” kata dia. (*)

Prodik Digital

Prodik Digital

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus