Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bentang Harapan JakASA, Simbol Harmoni dan Aspirasi Positif Masa Depan Jakarta

Sejumlah tokoh penting pemimpin Jakarta baru saja berkumpul di Balai Kota Provinsi DKI Jakarta, pada Selasa, 31 Desember 2024 lalu.

3 Januari 2025 | 17.39 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Penjabat Gubernur DKI, Jakarta Teguh Setyabudi, Menteri Agama RI, Nazarudin Umar bersama Gubernur DKI Jakarta periode 1997-2024 berfoto bersama dalam Bentang Harapan JakAsa, di Pendopo Balai Kota Jakarta, pada Selasa, 31 Desember 2024. Dok. Pemprov DKI Jakarta

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INFO NASIONAL - Sejumlah tokoh penting pemimpin Jakarta baru saja berkumpul di Balai Kota Provinsi DKI Jakarta, pada Selasa, 31 Desember 2024 lalu. Mereka menuliskan aspirasi untuk masa depan Jakarta di atas vinil putih yang dibentangkan di Balai Kota dalam gelaran bertajuk “Bentang Harapan JakASA”.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tak sekadar menjadi ajang formal para pemimpin terdahulu dalam menyampaikan harapan untuk masa depan kota, gelaran ini menjadi simbol harmoni dan persatuan. Sutiyoso, Fauzi Bowo, Basuki Tjahaja Purnama, Djarot Syaiful Hidayat, Sumarsono, hingga Anies Baswedan hadir dan duduk bersama dalam suasana yang hangat dan cair.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pengamat tata kota Yayat Supriyatna menilai, pertemuan para mantan gubernur tersebut menggambarkan transisi kepemimpinan Jakarta dari masa ke masa. Meski dipimpin oleh gubernur dengan visi misi yang berbeda, tetapi setiap pemimpin punya tujuan yang sama, yaitu membangun kota untuk memajukan Jakarta dan menyejahterakan warganya.

Perbedaan pendapat maupun cara kepemimpinan merupakan bentuk kreativitas yang tergantung sudut pandang setiap pemimpin. Setiap gubernur memberikan warna berbeda yang membentuk Jakarta hingga menjadi seperti sekarang. Ada yang melanjutkan sesuatu yang sudah bagus, maupun menyempurnakan program sebelumnya.

”Ada cerita panjang bahwa wajah kota adalah bentukan dari proses kepemimpinan. Pertemuan kemarin itu menarik karena mempertemukan antar-generasi kepemimpinan Jakarta. Sehingga ini menjadi jembatan yang menunjukkan bagaimana transformasi Jakarta sejak masa lalu, hingga sekarang menuju kota global dan menyongsong usia lima abad,” jelas Yayat.

Selain itu, Yayat turut meyoroti kegiatan countdown menuju Jakarta berumur lima abad yang dilakukan dalam acara tersebut. Menurutnya, hitungan mundur menggambarkan langkah maju yang harus terus dilakukan Pemprov DKI Jakarta bersama warganya. Untuk itu, ia mengapresiasi kegiatan ”Bentang Harapan JakAsa” tersebut karena dianggap sebagai momen silaturahmi yang positif.

”Kreatif dalam ide bukan berarti harus memutus silaturahmi. Luar biasa ide dan gagasan Pak Pj. Gubernur DKI Jakarta (Teguh Setyabudi) yang perlu kita apresiasi keberanian dan gagasannya sehingga bisa menghimpun para mantan gubernur. Kehadiran mereka melambangkan prinsip senasib sepenanggungan dalam kontribusi membangun Jakarta sesuai periode kepemimpinan masing-masing,” terang Yayat.

Menurut Yayat, Jakarta bukan kota baru yang dibangun berdasarkan perencanaan, melainkan warisan. Sejarah masa lalu Jakarta menjadi penanda penting kota yang sekarang terus bertumbuh dan berkembang. Kota yang diwariskan dari masa lalu, memuat mimpi masa depan kota, serta solusi dalam mengatasi tantangan setiap masa.

”Satu-satunya kota yang sejarah perubahannya tercatat dan terlihat dalam dokumentasi di Indonesia adalah Jakarta. Walaupun pertumbuhan kota ini tidak dimulai dari nol seperti Ibu Kota Nusantara (IKN). IKN adalah kota yang direncanakan sejak awal, tapi Jakarta adalah kota yang tumbuh berkembang, bersama masyarakatnya yang juga berkembang,” jelas Yayat.

Senada dengan Yayat, Menteri Agama Republik Indonesia Nasaruddin Umar yang juga hadir dalam acara “Bentang Harapan JakAsa” turut mengapresiasi kegiatan tersebut. Menurutnya, pertemuan para mantan gubernur ini semakin mengukuhkan keyakinan bahwa kota ini dibangun dari nilai toleransi yang tinggi.

”Kita berterima kasih kepada Pak Pj. Gubernur yang menjadikan Jakarta ini seperti Indonesia kecil. Menghimpun yang berserakan, menyatukan yang berbeda. Ini luar biasa. Kita sangat berharap Jakarta akan menjadi kiblat peradaban dunia Islam modern, kiblat percontohan untuk adanya kesetaraan, adanya toleransi umat beragama dan juga adanya kesetaraan gender,” terangnya.(*)

Prodik Digital

Prodik Digital

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus