Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INFO NASIONAL - Ketua Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) Becky Mardani memberi apresiasi kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang menggunakan nama sejumlah tokoh seni dan budaya Betawi menjadi nama jalan. “Sangat apresiasi, karena jadi pembekalan sejarah untuk generasi yang akan datang,” ujarnya kepada Tempo melalui sambungan telepon, Kamis, 30 Juni 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Generasi berikut, ujar Becky, mungkin tidak tahu H. Bokir, Mpok Nori, KH. Ahmad Suhaimi, dan lain-lain. Setidaknya, ketika anak-anak muda melintas di jalan tersebut dan melihat nama-nama itu akan mencari tahu, sehingga bisa memahami bahwa nama-nama itu memiliki peran penting dalam sejarah Jakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Becky juga menghargai proses pemilihan nama jalan yang menggunakan nama tokoh Betawi. “Waktu itu Sudin (Suku Dinas) melakukan sosialisasi. Kita juga dilibatkan untuk memberi usulan nama. Prosesnya kira-kira dari awal tahun. Akhirnya selesai dan jadi kado untuk HUT Jakarta tahun ini,” ujarnya.
Anggota Forum Jibang Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Lahyanto Nadie, menambahkan bahwa Gubernur Anies Baswedan sebenarnya sudah menerbitkan ide nama jalan sejak 2021. Sejumlah diskusi dilakukan hingga akhirnya membentuk tim secara formal pada awal 2022. Lahyanto, atau biasa disapa Bang Lay, menyebut ada lebih dari 30 nama yang masuk dalam usulan.
“Selain nama jalan, ada juga nama kampung. Usulan saya akhirnya terpakai untuk Setu Babakan. Di sana awalnya hanya Zona A, Zona B, dan seterusnya. Sekarang diganti jadi Zona A untuk Kampung MH Thamrin, Zona B jadi Kampung Abdulrahman Saleh, Kampung Ismail Marzuki tadinya Zona C, dan ada juga Kampung KH. Noer Ali,” ucap wartawan senior yang juga penulis sejumlah buku tentang Betawi.
Pemakaian nama tokoh Betawi menjadi nama jalan dan nama kampung, Bang Lay melanjutkan, sangat penting agar generasi mendatang mengerti tentang sejarah Jakarta. Ciri khas masyarakat Betawi sejak dulu dikenal egaliter, demokratis, dan suka berbicara terus terang, sehingga membentuk Jakarta seperti saat ini yang menerima berbagai bentuk kebudayaan, suku, agama, dan golongan. “Itulah yang perlu dipahami semua orang, apalagi anak muda,” kata Bang Lay. Dengan demikian sangat tepat jika Pemprov DKI memberi penghargaan kepada tokoh-tokoh Betawi dengan menggunakannya sebagai nama-nama jalan.
Bang Lay juga meminta masyarakat tidak khawatir dengan data kependudukan jika terjadi perubahan nama jalan. Data lama masih bisa dipakai hingga saat pembaruan dapat diganti secara gratis. “Pakai aja yang lama, enggak masalah. Nanti kalau perlu diperbarui, maka orang kelurahan/kecamatan akan ngasih tahu kok,” ujarnya.
Sebagaimana diketahui, perubahan sejumlah nama jalan di Jakarta tertuang dalam Keputusan Gubernur Nomor 565 Tahun 2022. Kakorlantas Mabes Polri, Irjen (Pol) Firman Santyabudi mengatakan, pihak kepolisian tidak mewajibkan masyarakat langsung mengurus dan mengganti surat-surat berlalu lintas untuk perubahan nama jalan.
“Masyarakat yang terkena dampak tidak diwajibkan untuk mengganti STNK, namun data perubahan nama jalan yang akan kami sesuaikan. Selanjutnya, setelah tahun kelima, ketika masa STNK kendaraan telah habis, baru akan dilakukan penggantian PNBP yang berlaku seperti sekarang,” kata Irjen (Pol) Firman.
Demikian pula, Direktur Utama Jasa Raharja, Rivan Achmad Purwantono mengatakan bahwa penyesuaian data ini tidak akan mengganggu pembayaran santunan. “Dari perubahan data pada KTP dan Data Kendaraan, tentu data historis yang telah ada tidak akan ditinggalkan, dalam rangka pembayaran santunan bagi yang mengalami kecelakaan,” ujarnya memastikan.
Berikut nama-nama jalan yang mengalami pembaruan:
Jakarta Pusat
- Tino Sidin diabadikan sebagai nama jalan di Jalan Cikini VII. Tino Sidin dikenal sebagai tokoh seni lukis yang mengisi program di TVRI, juga berperan dalam militer pada era revolusi kemerdekaan.
- Mahbub Djunaidi, Ketua Umum pertama Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), juga dikenal sebagai wartawan, sastrawan, kolumnis, dan agamawan. Menjadi nama jalan di Jalan Srikaya, sekitar Kebon Sirih.
- Raden Ismail, kemenakan pahlawan nasional M.H. Thamrin yang aktif di dunia seni peran. Bergabung dengan grup opera pada era 1950-an dan pernah berkeliling hingga ke Singapura, Malaya, serta Thailand. Diabadikan sebagai nama jalan di Jalan Buntu.
- A. Hamid Arief, aktor Indonesia yang aktif pada era 1950-1980-an. Diabadikan sebagai nama jalan di Jalan Tanah Tinggi 1 Gang 5.
- H. Imam Sapi’ie. Pahlawan Kemerdekaan yang berjuang melawan penjajah, pernah diangkat menjadi Menteri Urusan Keamanan Rakyat pada zaman revolusi. Diabadikan sebagai nama jalan di Jalan Senen Raya.
- Abdullah Ali, putra Betawi yang dijuluki maestro dan legenda perbankan Indonesia. Diabadikan sebagai nama jalan di Jalan SMP 76.
- M. Mashabi, pemusik yang memperkenalkan gaya musik Melayu modern. Ditetapkan sebagai nama jalan di Jalan Kebon Kacang Raya sisi utara.
- H.M. Saleh Ishak, putra asli Jakarta dan Pahlawan Kemerdekaan pada 1945-1950-an. Ditetapkan sebagai nama jalan Kebon Kacang Raya sisi selatan.
Jakarta Utara
- Mualim Teko, ulama Betawi yang wafat di Kapuk Teko. Diabadikan sebagai nama jalan di depan Taman Wisata Alam Muara Angke.
Jakarta Barat
- Guru Ma’mun, intelektual sekaligus ulama Betawi di Rawa Buaya, Cengkareng. Dijadikan nama jalan di Jalan Rawa Buaya.
- Syekh Junaid Al Batawi, ulama Betawi yang menyebarkan agama Islam di Betawi pada abad ke-18. Diabadikan sebagai nama jalan di Jalan Lingkar Luar Barat (dari Pasar Cengkareng ke arah Kamal).
Jakarta Selatan
- H. Rohim Sa'ih, penyedia lahan untuk disewakan guna pembuatan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan yang sekarang kita kenal dengan Zona Embrio. Diabadikan sebagai nama jalan di Bantaran Setu Babakan Barat.
- KH. Ahmad Suhaimi, penggagas pendirian Masjid Baitul Ma’mur (kini menjadi Masjid Raya Baitul Ma’mur). Diabadikan sebagai nama jalan di Bantaran Setu Babakan Timur.
- K.H. Guru Amin, ulama yang turut berjuang melawan penjajah pada masa revolusi. Jadi nama jalan di Jalan Raya Pasar Minggu sisi utara.
- Hj. Tutty Alawiyah, mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan, akademisi/dosen, dan ulama wanita. Diabadikan sebagai nama jalan di Jalan Warung Buncit Raya.
Jakarta Timur
- Mpok Nori, komedian Betawi. Dijadikan nama jalan di Jalan Bambu Apus Raya.
- H. Bokir bin Dji’un, seniman topeng Betawi. Jadi nama jalan untuk sebagian ruas Jalan Raya Pondok Gede.
- Haji Darip, pendakwah dan pejuang pada masa revolusi yang dijuluki Panglima Perang Klender. Jadi nama jalan di Jalan Bekasi Timur Raya.
- Entong Gendut, pejuang dari Tanjung Oost (saat ini kampung Gedong, Condet). Jadi nama jalan di Jalan Budaya.
- Rama Ratu Jaya, guru bela diri yang berjuang melawan penjajahan Belanda pada tahun 1869. Dijadikan nama jalan di Jalan BKT sisi barat.
Kepulauan Seribu
- Habib Ali bin Ahmad, ulama dan mubaligh yang pertama kali menyebarkan Islam di Pulau Panggang dan sekitarnya. Jadi nama jalan di Pulau Panggang.
- Kyai Mursalin, ulama yang piawai ilmu bela diri. Jadi nama jalan di Pulau Panggang.(*)