Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Faktor-Faktor yang Menekan Perputaran Uang Saat Libur Idul Fitri 2025

Perputaran uang saat Idul Fitri 2025 diprediksi menurun akibat jarak libur Nataru-Idul Fitri, daya beli melemah, PHK, serta faktor cuaca. Pemerintah berupaya menggenjot konsumsi melalui berbagai stimulus ekonomi.

18 Maret 2025 | 15.45 WIB

Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pengembangan Otonomi Daerah dan
Direktur Eksekutif APKASI (Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia), Sarman Simanjorang. Dok. Pemkab Trenggalek
Perbesar
Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pengembangan Otonomi Daerah dan Direktur Eksekutif APKASI (Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia), Sarman Simanjorang. Dok. Pemkab Trenggalek

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INFO NASIONAL - Perayaan Idul Fitri menjadi momen perputaran uang terbesar di Indonesia. Sekitar 90 persen masyarakat merayakannya di berbagai daerah. Mudik ke kampung halaman, belanja berbagai kebutuhan, hingga mengunjungi tempat wisata dan berkumpul bersama keluarga besar. Di sisi bisnis, perusahaan turut meramaikan momen ini dengan mengirimkan parcel atau hampers kepada mitra kerja.

Namun, perputaran uang pada lebaran tahun ini diprediksi menurun seiring dengan berkurangnya jumlah pemudik. Berdasarkan survei dari Badan Kebijakan Transportasi, Badan Pusat Statistik, Kementerian Perhubungan, serta akademisi, jumlah pemudik Lebaran 2025 diperkirakan mencapai 146,48 juta orang atau sekitar 52 persen dari populasi Indonesia. Angka ini turun 24 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 193,6 juta pemudik.

Dampaknya, perputaran uang selama libur Idul Fitri diprediksi hanya mencapai Rp137,98 triliun, turun dari Rp157,3 triliun pada tahun lalu. Perhitungan ini berdasarkan jumlah pemudik yang diperkirakan mencapai 146,48 juta orang atau setara dengan 36,26 juta keluarga (asumsi satu keluarga terdiri dari empat orang). Jika setiap keluarga membawa dana rata-rata Rp3,75 juta—naik 10 persen dari tahun lalu—maka total perputaran uang mencapai Rp137,98 triliun.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan penurunan perputaran uang tahun ini. Pertama, jarak antara libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) serta Idul Fitri yang berdekatan. Masyarakat yang sudah berlibur saat Nataru cenderung tidak merencanakan perjalanan mudik atau liburan saat Lebaran.

Kedua, kondisi ekonomi yang mendorong masyarakat lebih berhati-hati dalam pengeluaran. Dengan tahun ajaran baru yang akan segera tiba, banyak keluarga lebih memilih menabung untuk biaya pendidikan anak.

Ketiga, meningkatnya kasus Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), yang berdampak pada berkurangnya daya beli masyarakat. Keempat, faktor cuaca yang kurang mendukung juga memengaruhi keputusan untuk pulang kampung.

Bank Indonesia telah menyiapkan uang layak edar (ULE) sebesar Rp180,9 triliun untuk memenuhi kebutuhan Ramadan dan Idul Fitri 2025. Namun, tidak semua uang tersebut diperkirakan terserap oleh masyarakat.

Sebaran perputaran uang ini diperkirakan sekitar 60 persen terjadi di Pulau Jawa—terutama di daerah tujuan mudik utama seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Yogyakarta, Banten, dan Jabodetabek. Sementara itu, 40 persen sisanya tersebar di Sumatera, Kalimantan, Bali, NTB, Sulawesi, NTT, Maluku, dan Papua.

Berbagai sektor usaha akan merasakan dampak dari perputaran uang selama libur Idul Fitri 2025. Industri makanan dan minuman, fesyen muslim, ritel, serta pedagang sembako diprediksi akan mengalami peningkatan permintaan. Sektor pariwisata—termasuk hotel, vila, restoran, kafe, minimarket, warung, serta destinasi wisata—juga akan mendapat manfaat.

Selain itu, sektor transportasi juga akan terdampak, baik darat (bus, rental, kereta api, mobil pribadi, dan motor), laut (kapal penumpang dan penyeberangan), maupun udara (pesawat), serta pengelola jalan tol dan SPBU.

Pemerintah berupaya mendorong konsumsi rumah tangga selama Idul Fitri tahun ini dengan berbagai stimulus. Beberapa langkah yang dilakukan antara lain optimalisasi penyaluran bantuan sosial (bansos), diskon harga tiket pesawat, diskon tarif tol, potongan harga belanja dan paket pariwisata Lebaran, stabilisasi harga pangan, serta pencairan Tunjangan Hari Raya (THR) bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) dan pekerja swasta. Selain itu, pemerintah juga mendorong operator ojek online (ojol) untuk memberikan bonus Lebaran bagi pengemudinya.

Melaui berbagai stimulus itu, peningkatan konsumsi rumah tangga selama libur Idul Fitri diharapkan dapat mengangkat pertumbuhan ekonomi kuartal I-2025 ke level 5 persen atau lebih. Angka ini menjadi landasan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di kuartal-kuartal berikutnya, sehingga target pertumbuhan ekonomi nasional 2025 sebesar 5–5,1 persen bisa tercapai.

Perputaran uang di daerah tujuan mudik juga berpotensi menggairahkan perekonomian lokal. Peningkatan aktivitas ekonomi ini akan mendorong pertumbuhan di tingkat daerah, yang pada akhirnya berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Diharapkan para pelaku usaha di daerah, salah satunya di Trenggalek, dapat memanfaatkan momentum ini dengan memberikan pelayanan yang baik dan berkesan, sehingga pemudik terdorong untuk membelanjakan uangnya di kampung halaman—baik untuk wisata, kuliner khas daerah, maupun oleh-oleh sebelum kembali ke kota. (*)


Sarman Simanjorang | Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pengembangan Otonomi Daerah dan Direktur Eksekutif APKASI (Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Sandy Prastanto

Sandy Prastanto

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus