Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Implementasi ESG Melalui Praktik Bisnis Berintegritas dan Berkelanjutan

Perusahaan tidak hanya berorientasi pada efisiensi, pertumbuhan, dan laba, tetapi juga harus terlibat aktif dalam menjaga lingkungan

12 Desember 2024 | 16.41 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INFO BISNIS – Praktik bisnis yang berintegritas dan berkelanjutan kini sudah menjadi suatu keharusan di dalam dunia usaha. Perusahaan tidak lagi hanya berorientasi pada efisiensi, pertumbuhan, dan laba, tetapi juga harus terlibat aktif dalam menjaga lingkungan dan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat. Kesadaran ini memunculkan paradigma baru dalam bisnis dan investasi yang dikenal dengan environmental, social, and governance atau ESG, dimana keberlanjutan merupakan kata kunci yang penting.

Head of Environment Sustainability Governance (ESG) PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Linda Chandrawati mengatakan, untuk melaksanakan ESG perlu komitmen terutama dari manajemen. “Karena kalau tidak, kita susah. ESG merupakan perjalanan yang panjang dan harus dilakukan bersama-sama,” kata dia saat menjadi salah satu pembicara dalam Diskusi “ESG: Pilar Penting Menuju Bisnis Berkelanjutan” yang diselenggarakan dalam rangkaian Malam Apresiasi Indeks Integritas Bisnis Lestari 2024 di Salihara Art Center, Jakarta, Selasa 10 Desember 2024.

Sejak adanya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No 51 tahun 2017 terkait penerapan keuangan berkelanjutan bagi lembaga jasa keuangan, emiten, dan perusahaan publik, BCA membentuk unit kerja khusus. “Tugasnya untuk menjadi kolaborator dan juga koordinator untuk melakukan program-program ESG di perusahaan,” kata dia. Alhasil, lanjut dia, budaya keberlanjutan tertanam di perusahaan. Selain itu, komitmen juga dinyatakan dalam visi misi keberlanjutan.

Untuk penerapan ESG di perbankan, aspek G menurut dia sudah lama tertanam. Hal itu dikarenakan prinsip governance di perbankan harus benar-benar kuat untuk menuju perbankan yang sehat. Sementara aspek S juga sudah dilaksanakan. 

Kata Linda, sudah cukup banyak program-program yang dilakukan BCA baik untuk kesejahteraan nasabah, keamanan nasabah, kesejahteraan karyawan maupun memberikan nilai lebih kepada masyarakat luas. “Nah, untuk aspek E-nya ini seperti apa, tentu kita terapkan dengan mengintegrasikan bagaimana kita bisa mendukung ekonomi hijau.”

BCA, lanjut dia, menerapkan sustainable financing yang terdiri atas green financing yakni pembiayaan hijau dan social financing yakni pembiayaan kepada UMKM. Pada September 2024, portofolio BCA untuk sustainable financing sudah mencapai Rp 214 Triliun. Meningkat sekitar 10,7 persen year on year, dan berkontribusi terhadap total portofolio kredit kira-kira sebesar 24,3 persen.

“Tentu, kami akan mengikuti arahan ataupun roadmap daripada regulator kami yakni OJK dimana prioritasnya ada tiga. Pertama, bagaimana bisa turut mengembangkan atau meningkatkan portofolio kita di pembiayaan berkelanjutan. Kedua, bagaimana kita bisa melakukan capacity building. Ketiga, bagaimana kita membangun infrastruktur kita untuk bisa mendukung keuangan berkelanjutan,” tuturnya.

Terkait pembiayaan, BCA menerapkan prinsip kehati-hatian. Semua kredit yang masuk ke dalam perbankan tentunya harus lulus dulu assessment credit. Kemudian dilihat apakah kredit yang akan diberikan itu sektor usahanya itu masuk ke dalam exclusion list BCA atau enggak. “Jadi ada beberapa sektor usaha itu memang yang merusak lingkungan seperti misalnya illegal logging, mempekerjakan anak, dan sebagainya. Itu dilihat dulu.”

Baru setelah itu, lanjut dia, akan dilihat sektor tersebut high risk terhadap risiko lingkungan atau tidak. “Kita akan meminta beberapa dokumen-dokumen tambahan seperti bagaimana dokumen Amdal, kriteria atau rating daripada proper yang dikeluarkan oleh KLHK, dokumen UPL, dan lainnya.”

Plt Direktur Utama Krakatau Steel Muhamad Akbar menerima penghargaan Indeks Integritas Bisnis Lestari yang diselenggarakan oleh Tempo data Science & Transparency International Indonesia, pada Selasa, 10 Desember 2024, di Salihara, Pasar Minggu, Jakarta.

Tom Malik, Head of Corporate Communication PT Merdeka Copper Gold, Tbk mengatakan, penerapan ESG bagi perusahaan tambang merupakan suatu tantangan dan juga komitmen. Merdeka Copper Gold, kata dia, sangat berkomitmen terhadap pembangunan berkelanjutan melalui strategi perusahaan.

Bagaimanapun, lanjut dia, pertambangan menggunakan sumber daya alam tidak terbarukan dan harus dikelola dengan baik melalui pengelolaan lingkungan yang baik. “Bagaimanapun kita juga menjadi motor pengembangan ekonomi dan sosial dan juga menyediakan bahan-bahan baku yang bisa mendukung sustainable development.”

Merdeka Copper Gold, kata dia, selalu berupaya bagaimana menaikkan target pengurangan emisi. Sebagai contoh penggunaan listrik di tambang Merdeka Copper Gold di Banyuwangi, sudah 100 persen menggunakan energi terbarukan. “Melalui PLN kita mendapatkan sertifikat energi terbarukan.”

Tom memastikan perusahaannya telah membuat Sustainability Report sejak 2018. Sementara itu untuk menangani ESG telah disediakan Sustainability Department.

Lufaldy Ernanda, Direktur Pengawasan Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan memastikan agar masyarakat melihat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No 51 tahun 2017 yang merupakan payung hukum bagaimana OJK mengatur keberlanjutan. Indonesia juga terikat dengan Paris Agreement. “Dan kita punya kewajiban untuk berkontribusi ke global tentang perubahan iklim.”

Terkait perdagangan karbon, OJK berperan spesifik di perdagangan sekunder. “Sedangkan pasar primer relevansinya tergantung kepada kementerian terkait.” Adanya potensi perdagangan karbon sebesar Rp 3000 T seperti yang disampaikan Presiden Indonesia ke-7 Joko Widodo pada 2023, menurut Lufaldy lebih kepada ekspektasi yang datangnya dari dua jenis pasar karbon yakni mandatory dan voluntary.

Indonesia, kata Lufaldy, sesungguhnya ditunggu di dunia dalam hal komitmennya untuk perubahan iklim karena selain berkontribusi nasional juga ditunggu kontribusinya untuk global. “Jadi dari skala perusahaan naik ke skala nasional, skala regional, skala dunia.”

Dida Gardera, Plt. Staf Ahli Bidang Konektivitas dan Pengembangan Jasa, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mengatakan, titik balik Indonesia ada pada 2007 ketika menjadi tuan rumah konferensi perubahan iklim di Bali. Sejak 2007 hingga sekarang semua sudah sepakat, tinggal jalan yang terbaik, tercepat, terefisien itu melalui jalan mana.

“Kalau kita lihat pentingnya perusahaan menerapkan ESG ini karena kebutuhan standar dari luar negeri dimana masyarakatnya sudah peduli dengan lingkungan khususnya upaya-upaya untuk penurunan emisi gas rumah kaca,” kata dia.

Terkait karbon, dirinya sempat terlibat dalam penyusunan awal pembuatan bursa karbon.”Tapi kita masih melihat kesiapan dari seluruh stakeholder yaitu dengan adanya penerapan pajak karbon.” Saat ini perdagangan karbon dapat melalui Bursa Efek dan Bursa Komoditi. “Tinggal pilih mana yang lebih tercepat dan menguntungkan.”

Menurutnya, kebijakan-kebijakan saat ini sudah hampir lengkap, tinggal penerapannya. “Secara regulasi, kita siap dengan mitigasi iklim untuk berkontribusi pada penurunan gas rumah kaca.”

Ignatius Denny Wicaksono, Kepala Divisi Pengembangan Bisnis 2 Bursa Efek Indonesia mengatakan, efek terbesar ESG adalah emiten karena mempunyai market cap di atas 11.000 Triliun. “Artinya kalau kita bisa mendorong perusahaan-perusahaan besar di Indonesia ini untuk mencapai ESG, melakukan ESG dengan baik harapannya bisa mendorong perekonomian Indonesia secara luas dan ramah lingkungan.”

Tempo berkolaborasi dengan Transparency International Indonesia (TII) menggelar acara dengan tajuk "Malam Apresiasi Indeks Integritas Bisnis Lestari 2024". Acara tersebut diadakan di Salihara Art Center, Jakarta Selatan, Selasa, 10 Desember 2024. TEMPO/Abdul Karim

Bhima Yudhistira, Pakar Ekonomi dan Direktur Center of Economic and Law Studies melihat publik atau konsumen di Indonesia secara edukasi untuk governace sudah aware, tetapi kalau soal lingkungan tidak seadvance konsumen yang ada di negara lain. “

Konsumen, kata dia, saat ini mulai menanyakan tentang traceability sehingga perusahaan-perusahaan yang memiliki standarisasi ESG harus dapat membuat konsumen lebih yakin. Imbasnya di seluruh rantai pasok produk yang dihasilkan di Indonesia dilihat dari hulu ke hilir. Itu yang dapat menambah value.

“Ketika Presiden Prabowo Subianto membawa oleh-oleh 8,5 miliar dolar atau Rp 290-an triliun dari berbagai kunjungan investasi itu, Nantinya konsumen di negara asalnya itu juga akan menelusuri dengan siapa di Indonesia ini mereka kerja sama,” kata Bhima.

Harapannya, lanjut dia, dengan adanya bisnis berkelanjutan atau lestari melalui indeks ini nanti enggak usah capek-capek calon investor itu melihat partner lokalnya. Adanya aspek lingkungan atau ESG ini ya sebagai konsumen harus paham. “Satu catatannya produk yang mereka beli itu punya value nilai langsung kepada mereka.”

Indeks Integritas Bisnis Lestari

Diskusi ESG kali ini merupakan bagian dari Malam Apresiasi Indeks Integritas Bisnis Lestari 2024. Transparency International Indonesia (TII) berkolaborasi dengan Tempo Data Science membuat Indeks Integritas Lestari 2024. Terdapat 100 perusahaan berhasil diukur dan mendapatkan penilaian berdasarkan tiga aspek yang merupakan turunan dari tiga fokus utama dalam pendekatan Environmental, Social, and Governance (ESG). Adapun untuk mengetahui nama-nama 100 perusahaan tersebut dapat dilihat di sini.

Dalam pendekatan ESG, tiga aspek yang dimaksud yakni, aspek bisnis berintegritas/anti korupsi, aspek bisnis dan hak asasi manusia, dan aspek lingkungan hidup. Dari ketiga aspek itu, kategori penerimaan Indeks Integritas Bisnis Lestari dibagi menjadi 4 yakni Diamond dengan score indeks 85-100, Ruby dengan score indeks 75-84, Sapphire dengan score indeks 50-74, dan Emerald dengan score indeks <50.

Melalui Indeks Integritas Bisnis Lestari, dapat menelusuri kinerja perusahaan dalam praktik bisnis berintegritas dan berkelanjutan dengan produk-produk Indeks Bisnis Lestari sebagai berikut:

  • Laporan kinerja bisnis: membaca laporan mendalam mengenai kinerja kelestarian perusahaan dibandingkan dengan 100 perusahaan lainnya.
  • Dashboard interaktif: masuk lebih dalam ke data Indeks Bisnis Lestari dan mainkan indikator-indikator tertentu untuk melihat keunggulan dan kelemahan bisnis.
  • Layanan konsultasi: Diskusi dengan melalui tempo.co/bisnis-lestari untuk memperbaiki dan meningkatkan skor anda dalam Indeks Bisnis Lestari.

“Indeks ini kami buat bukan untuk menjelek-jelekan, bukan untuk mengatakan perusahaan ini jelek atau baik. Tetapi untuk mengajak kita semua bersama-sama tumbuh dalam ESG ini,” kata Direktur Pusat Data dan Analisis Tempo (PDAT) Philipus Parera. (*)

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Fifia Asiani

Fifia Asiani

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus