Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Cukup menyelam satu meter di laut Wakatobi, nikmati hamparan terumbu karang dan aneka ikan yang menari-hari di depan mata. Wakatobi di Sulawesi Tenggara termasuk destinasi wisata terletak di segitiga terumbu karang dunia (Coral Triangle). Dari total 850 spesies terumbu karang, sebanyak 750 di antaranya terdapat di laut Wakatobi. Juga menjadi rumah bagi sekitar 942 spesies ikan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Tidak perlu keahlian menyelam yang tinggi untuk menyaksikan kehidupan surga bawah laut Wakatobi," kata Seto Ariadi, pendiri agen wisata Wakatobi Dive Trip kepada Tempo, Rabu, 27 November 2024. Terdapat sekitar 85 spot wisata bawah laut di Wakatobi yang tersebar di antara gugusan kepulauan Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia, hingga Binongko.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Petualangan bisa dimulai dari Pulau Wangi-wangi atau penduduk setempat biasa menyebutnya Pulau Wanci. Di jantung Kota Wakatobi ini, wisatawan dapat bermain di Pantai Marina, yang menjadi lokasi terbaik untuk menyaksikan matahari terbenam. Di seberangnya ada Pulau Kapota, kalau mau berenang bersama kawanan lumba-lumba.
Untuk spot menyelam, wisatawan bisa ke Pulau Kaledupa dan Pulau Hoga. Di bawah perairannya, terdapat kontur slope, step slope, hingga wall, serta ikan barakuda, kerapu, pari, hingga penyu hijau. "Pulau ini populer pada awal 2000, kemudian mulai menarik wisatawan mancanegara ketika event Wakatobi Wave rutin digelar sejak 2015 hingga sekarang," ujar Seto.
Lalu beranjak ke Pulau Tomia dengan tiga spot selam terbaik, yakni Marimabuk, Roma, serta Fan 38 East dan Fan 38 West. Disebut Marimabuk karena tempat ini tertutup bukit karang (pinnacle) yang khas, seperti taman terumbu karang, kipas laut, dan ikan warna-warni. Itu sebabnya, tidak sedikit penyelam yang mabuk kepayang saat menikmati keindahan Marimabuk.
"Saking terpesonanya, penyelam sampai lupa stok oksigen di tabung sudah menipis dan baru tersadar saat sudah kehabisan napas," ujar Seto terkekeh. Di Roma, Fan 38 East, dan Fan 38 West, juga bakal membuat wisatawan terlena dengan keindahan alam bawah lautnya.
Dari dermaga Waha di Tomia, sekitar 20 menit perjalanan menggunakan kapal, juga terdapat spot Seafans atau karang kipas warna-warni. Wisatawan bisa singgah di Pulau Runduma yang berhadapan dengan Laut Banda sebagai habitat penyu. Dua jenis penyu yang sering dijumpai adalah penyu hijau atau Honu, penyu sisik atau Koyla. Waktu terbaik berkunjung ke Pulau Runduma pada Oktober hingga April, saat laut sedang teduh.
Dengan potensi tersebut, menurut Seto, sektor pariwisata menjadi tulang punggung ekonomi berkelanjutan di Wakatobi. “Sayang sekali jika potensi ini tidak dimaksimalkan," kata pria yang terlibat berbagai promosi pariwisata Wakatobi hingga ke Kamboja, Jerman, dan Inggris, ini.
Senada dengan Seto, pendiri Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Keppo'Oli Liya Togo di Liya Togo, Wangi-wangi, Nursida mengatakan, telah mendapatkan berbagai pelatihan, seperti promosi wisata, produksi konten media sosial, hospitality, pembekalan pemandu wisata, sampai pelestarian lingkungan. “Ilmu yang kami dapat melalui pelatihan bisa mendatangkan uang," katanya. "Kalau bantuannya hanya berupa uang, itu habis kapan saja."
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Tenggara, Belli Tombili mengatakan, telah menggelontorkan anggaran promosi pariwisata sekitar Rp 1 miliar periode 2023-2024. "Pemerintah juga menggenjot infrastruktur di empat pulau wisata di Wakatobi," katanya. Empat pulau itu adalah Pulau Wangi-wangi atau Wanci, Kaledupa, Tomia, dan Binongko.
Saat ini, listrik sudah sampai ke wilayah pelosok dan aktif sepanjang hari, jaringan internet, air bersih, termasuk Bandara Matahora dan transportasi penghubung empat pulau utama. Dengan begitu, akses transportasi dari dan ke Wakatobi lebih beragam. Mulai dari Tol Laut yang menghubungkan Wakatobi dengan Pelabuhan Nusantara Kendari atau kapal dari Kota Baubau.