Tak tercium bau mesiu di Beograd. Dan hari-hari berjalan seperti biasa, walaupun sanksi ekonomi PBB masih tetap berjalan. Menjelang pemilihan presiden Serbia, tanggal 20 Desember mendatang, penduduk Beograd rupanya lebih asyik mengikuti perang iklan calon presiden di televisi. Iklan Partai Sosialis yang berkuasa, pimpinan Slobodan Milosevic, muncul di televisi dengan gambar toko-toko yang dipenuhi barang kebutuhan sehari-hari, dan bensin yang murah. Di ujung iklan tertulis, "Inilah Serbia". Partai oposisi, di bawah pimpinan Milan Panic, tak mau kalah. Mereka menyiarkan iklan gambar para orang tua yang sedang mengobrak-abrik tumpukan sampah, antrean orang cacat akibat perang, pabrik-pabrik yang kosong melompong, serta antrean permintaan visa di kedutaan besar asing. Judul iklan itu: "Ini Serbia juga". Namun umur iklan itu tak panjang. Sebagai presiden, Milosevic tak segan-segan melarang jaringan televisi nasional menyiarkannya. Dan, agar bisa disiarkan di televisi, Panic diminta untuk menemukan slogan lain yang butuh persetujuan Milosevic. Milosevic sejak awal memang tak main-main untuk merebut kembali kursi presiden Serbia, yang bersama Montenegro menjadi bagian dari Yugoslavia sekarang. Dengan menguasai Komisi Pemilihan Umum, Milosevic sempat menghambat Panic untuk mencalonkan diri dengan alasan Panic belum satu tahun tinggal di Serbia. Terpaksa calon presiden yang masih berkewarganegaraan AS itu harus membuang waktu menghadap Mahkamah Agung, yang juga dikuasai orang-orang Milosevic, sebelum mendapat izin mencalonkan diri. Milosevic memang butuh kemenangan dalam pemilu kali ini. Jika bekas orang komunis ini kalah, bukan tidak mungkin ia akan berhadapan dengan pengadilan perang atas perannya dalam perang di Bosnia dan kebijakan pembersihan etnis non-Serbia. Namun tak sedikit yang mengharapkan Panic menang. Soalnya, Panic adalah jutawan farmasi dari California, yang mengaku sebagai orang liberal. Ia lebih diterima oleh dunia internasional, dan artinya sanksi ekonomi bisa dihapuskan. Dan Panic mendapat dukungan dari Presiden Yugoslavia, Dobrica Cosnic, yang sebelumnya mendukung Milosevic.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini