Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

<font color=#CC0000>Riad Malki:</font> Israel Sudah Dewasa

29 Oktober 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Semua perundingan damai Palestina dan Israel mentok di masalah yang sama. Perebutan Yerusalem, batas definitif, kembalinya pengungsi, dan perluasan pendudukan Israel. Masalah ini pula yang akan dibawa Presiden Palestina Mahmud Abbas ke meja perundingan di Annapolis pada akhir November.

Riad Malki, pejabat Menteri Luar Negeri Palestina, mengaku yakin pada dukungan pemerintahan Presiden George Bush. Menurut dia, Amerika kali ini tidak akan main-main. ”Bush ingin melihat negara Palestina merdeka berdampingan dengan Israel,” ujarnya.

Pekan lalu, dia memberikan wawancara kepada Tempo di Hotel Shangri-La, Jakarta. Berikut ini petikannya:

Apa yang bakal berbeda dari perundingan kali ini?

Kali ini Amerika kelihatan serius. Presiden Abbas juga sudah bertemu dengan Perdana Menteri (Israel) Olmert dan yakin ia serius. Setelah tujuh tahun berlalu, kami siap untuk memulai lagi.

Seberapa seriuskah Israel, menurut Anda?

Kini mereka sudah lebih dewasa secara politik. Mereka mulai menerima hal-hal yang dulu ditentang, misalnya tentang negara Palestina merdeka. Jangan lupa pernyataan Wakil PM Haim Ramon yang menyatakan sudah saatnya Yerusalem Timur diserahkan ke Palestina. Perdana Menteri Olmert sendiri di depan Knesset, parlemen Israel, pernah menyatakan hal serupa. Beberapa tahun lalu, hal ini masih tabu. Perundingan Camp David (2000) pun gagal karena mereka enggan melepas Yerusalem.

Apa pelajaran yang dapat dipetik dari perundingan terdahulu?

Kesalahan kami dalam perundingan Oslo adalah tak ada jadwal yang jelas, tak ada batas waktu. Sekarang kami menuntut sebuah proses yang diatur dengan jadwal, yang pada akhirnya mengarah para perjanjian damai final.

Kami amat bersandar pada visi George Bush yang ingin melihat berdirinya negara Palestina yang merdeka, berdampingan dengan Israel. Kami menuju solusi dua negara (two state solutions) sesuai dengan inisiatif damai 22 negara Arab dan Peta Jalan Damai yang dibuat pada 2003.

Bagaimana upaya melibatkan Hamas dalam kondisi Hamas-Fatah berkonflik seperti sekarang?

Memang sulit karena Hamas menolak Peta Jalan Damai se-kaligus inisiatif damai negara Arab. Kalau mereka mau jadi bagian dari upaya perdamaian ini, silakan terima itu semua, tapi terlebih dulu mereka harus keluar dari Jalur Gaza, tempat yang mereka kudeta dan isolasi sejak Juni lalu. Mereka harus mau mengakui kedaulatan Otoritas Palestina sebagai satu-satunya kekuasaan dengan Presiden Abbas sebagai pemimpinnya. Kami menunggu mereka melakukan itu. Bolanya ada di Hamas sekarang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus