Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

<font face=arial size=1 color=brown><B>Belanda</B></font><BR />Pengadilan Si Pembenci Islam

Politikus Geert Wilders didakwa karena menghina Islam di Pengadilan Amsterdam. Sudah menyiapkan paket undang-undang anti-imigran muslim.

25 Oktober 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berjalan menuju gedung pengadilan di Amsterdam, Geert Wilders tak henti melambai kepada para pendukungnya. Di tengah kawalan lima polisi, sebelum masuk ruang sidang, dia menerobos para demonstran yang mengecamnya karena ucapan rasis yang dilontarkannya. ”Pengadilan buat saya adalah pengadilan bagi kebebasan berpendapat di Belanda. Saya tak akan bicara sepatah kata pun,” ujarnya kepada hakim Jan Moors.

Dua pekan lalu, Ketua Partai Kebebasan yang konservatif dan beraliran kanan itu akhirnya tampil sebagai terdakwa atas tuduhan menyebarkan kebencian dan rasisme. Tuduhan ini sudah masuk sejak awal tahun, tapi sempat ditunda kejaksaan. Dasar tuduhan jaksa adalah tulisan Wilders di editorial surat kabar Belanda yang menyiratkan kebencian terhadap Islam. ”Jangan biarkan muslim berimigrasi lagi ke Belanda. Saya sudah cukup melihat Al-Quran. Larang buku fasis itu.”

Kalimat itu menjadi amunisi buat jaksa untuk mendakwanya menyebarkan kebencian. Dalam tulisan itu, Wilders juga menyebutkan Al-Quran mirip buku doktrinasi Hitler, Mein Kampf. Selain lewat tulisan, dia menyebarkan kebencian kepada Islam lewat filmnya, Fitna.

Tuduhan jaksa ini sebetulnya sudah didrop dari daftar pidana yang akan didakwakan. Kejaksaan menilai tak ada cukup bukti atas tuduhan itu. Namun, setelah beberapa orang penuntut naik banding, pengadilan banding memerintahkan Kejaksaan Agung Belanda tetap memproses tuntutan itu menjadi dakwaan di Pengadilan Amsterdam.

Pengadilan Wilders digelar tak lama setelah kemenangan partainya, Partai Kebebasan, yang meraup 24 kursi dari 150 kursi di parlemen Belanda. Partai ini menempati peringkat ketiga, setelah Partai Kristen Demokrat serta Partai Kebebasan dan Demokrasi, dalam pemilu lalu. Kedua partai koalisi beraliran tengah kanan itu meraup 54 kursi.

Kemenangan Wilders, yang membenci Islam, memberikan sinyal munculnya kekuatan anti-Islam yang sedang merambah Eropa. Tak cuma Belanda, Belgia dan Prancis pun memiliki anggota di parlemen yang keras terhadap Islam dan membatasi pemakaian burka.

Wilders tampak sadar, kekuatan politik mendukungnya. Di pengadilan, tak cuma menolak bicara, dia malah menuduh para hakim yang dipilih bias. ”Tak ada indikasi hakim-hakim yang bertugas berat sebelah,” kata hakim Frans Bauduin, yang menjadi sasaran tuduhan sang politikus.

Sejak awal, hakim Jan Moors, yang memimpin majelis, menyindir Wilders, ”Sangat bagus dalam mengambil sikap dan menghindar untuk berdiskusi.” Ucapan itu keluar setelah politikus berusia 47 tahun itu menyatakan akan menggunakan haknya untuk diam di pengadilan. Bram Moszkowicz, pengacara Wilders, kontan memprotes sikap sang hakim.

Rudy Andeweg, pakar politik dari Universitas Leiden, menilai apa yang dilakukan Wilders sebagai sebuah pertunjukan politik. ”Dia menikmati ini semua.” Dia ingin publik melihat ini sebagai pengadilan politik. ”Kebetulan suasana mendukung dan menjadi ibarat podium bagi Wilders,” Andeweg menambahkan.

Namun para hakim justru diuntungkan dengan aksi panggung Wilders. Dengan sikap diamnya, pengadilan bisa berlangsung cepat. Mungkin pada 4 November vonis sudah bisa dibacakan. Hari vonis itu mundur dua hari dari yang seharusnya lantaran pada 2 November kelompok ekstremis anti-Islam mengenang Theo van Gogh, sutradara dan pembuat film Fitna, yang dibunuh seorang ekstremis Islam.

Toh, dengan kursi di parlemen, Partai Kebebasan sudah berancang-ancang apa pun yang bakal terjadi dengan Wilders. Mereka sudah menyiapkan rancangan undang-undang anti-imigran muslim, termasuk pencari suaka. Disiapkan pula rancangan larangan pemakaian burka. Sebuah ekstremitas berseteru dengan ekstremitas lainnya.

Yophiandi (Christian Science Monitor, Guardian)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus