Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

<font face=arial size=1 color=brown><B>Iran</B></font><BR />Reformis Kalem Menantang Ahmadinejad

Calon presiden kubu reformis Iran punya riwayat garis keras. Pemilih muda belum mengenalnya.

30 Maret 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sekitar seribu orang memadati masjid di Naziabad, kawasan selatan Teheran. Tapi yang terdengar justru sorak dukungan politik: ”Mousavi calon presiden!” Di mihrab, seorang pria dengan rambut kepala dan janggut memutih berbicara kalem tentang pencapaian teknologi Iran. ”Tanpa kemerdekaan dan perlawanan, kita tak akan memperoleh teknologi nuklir dan ruang angkasa,” kata lelaki itu.

Pria itu Mir-Hossein Mousavi. Usianya tak muda, 67 tahun. Mousavi resmi mencalonkan diri sebagai Presiden Iran dari kubu reformis pada pemilu 12 Juni. Pencalonan itu direstui bekas presiden Mohammad Khatami, yang menyatakan mundur sebagai kandidat presiden, Rabu pekan lalu.

Di masjid itu, Mousavi menunjukkan kapasitasnya sebagai calon presiden dengan berbicara tentang kemampuan teknologi Iran saat ini yang merupakan hasil revolusi Islam Iran pada 1979. Sepintas suara Mousavi itu mirip suara lantang Presiden Mahmud Ahmadinejad, yang mewakili suara mullah garis keras. Tapi Mousavi berbeda dalam kebijakan luar negeri. Ia tak meledak-ledak menghadapi Barat.

Kemunculan Mousavi dalam pertarungan kursi presiden tak terduga. Namanya tenggelam setelah lama tak terdengar, sejak ia tak lagi menjabat perdana menteri. Mousavi berada di lingkaran dalam politik Iran setelah revolusi 1979. Ia merintis karier politik lewat koran Jomhuri-e-Eslami sebagai pemimpin redaksi. Koran ini menjadi corong pemerintah kaum mullah konservatif.

Sukses mengelola koran, ia ditunjuk sebagai perdana menteri pada 1981. Tapi, sebagai perdana menteri, ia malah sering bertengkar dengan Presiden Iran saat itu, Ayatullah Ali Khamenei, yang kini menjadi pemimpin tertinggi Iran. Mousavi ribut soal otoritas politiknya sebagai perdana menteri. Toh, ia menjabat pos perdana menteri selama delapan tahun hingga 1989. Sejak itu, ia dikenal sebagai seorang reformis.

Ketika seorang imam reformis, Mohammad Khatami, terpilih sebagai presiden pada 1997, Mousavi kembali ke lingkaran kekuasaan. Ia dipercaya Khatami menjadi penasihat senior. Arsitek dan pelukis ini juga anggota Dewan Kebijaksanaan yang memediasi parlemen dengan Dewan Pengemban, yang dihuni para mullah. Anggota lembaga itu langsung dipilih oleh pemimpin tertinggi Iran. Posisi ini menunjukkan Mousavi punya pengaruh di kalangan imam garis keras. Selama pemerintahan Ahmadinejad, Mousavi memimpin Akademi Seni dan menjadi penasihat pemerintah dalam bidang cagar budaya.

Kelompok reformis meminta ayah tiga anak ini mencalonkan diri sebagai presiden ketika Khatami mengakhiri periode kedua kepresidenannya. Tapi Mousavi dengan rendah hati menolak. Ahmadinejad, kandidat kelompok garis keras, menang pada pemilu 2005. Aktivis kelompok reformis menuding penolakan Mousavi menyebabkan Ahmadinejad menang.

Kini pendukung Mousavi di kubu reformis berhasil mendorongnya mencalonkan diri sebagai presiden. Khatami, yang mundur agar suara kubu reformis tak terbelah, juga mendukungnya. ”Mousavi akan mampu memimpin Iran secara efisien,” ujar imam yang menghargai pikiran bebas itu.

Kelompok reformis berharap jejak revolusi Mousavi dalam kelompok imam garis keras mampu menyingkirkan Ahmadinejad, yang popularitasnya mulai melorot gara-gara harga minyak terjun bebas. Analis politik menduga, dengan mundurnya Khatami dari pencalonan, Ahmadinejad tak lagi menikmati dukungan sepenuhnya kubu konservatif. Kalangan reformis berharap Mousavi mengikuti kebijakan luar negeri Khatami—meredakan ketegangan dengan Barat. Terlebih setelah Gedung Putih, yang kini dihuni Presiden Barack Obama, bersikap moderat terhadap Iran. ”Mousavi adalah Ahmadinejad tanpa makian atau kemarahan,” ujar Patrick Clawson, wakil direktur lembaga kajian Institut Kebijakan Timur Dekat di Washington.

Masalahnya, popularitas Mousavi belum sekelas Ahmadinejad, terlebih di kalangan pemilih muda. Jajak pendapat terbaru menunjukkan 46 persen dari 23 ribu responden memilih Ahmadinejad dan 33 persen memilih Khatami. Sedangkan Mousavi dan Mahdi Karroubi, bekas ketua parlemen yang juga kandidat kubu reformis, hanya kebagian dua persen. ”Mousavi sedang berusaha memperoleh dukungan dari kelompok reformis dan moderat konservatif,” ujar analis politik di Teheran, Hedayat Aghaei.

Raihul Fadjri (AP, AFP, Mehr News Agency)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus