Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Politikus yang paling acap ditahan. Itulah julukan media massa Malaysia untuk Tian Chua. Laki-laki bertubuh kurus ini langganan keluar-masuk tahanan polisi. Dicokok ketika sedang berdemonstrasi sudah biasa bagi pria kelahiran Malaka 46 tahun lalu itu.
Alumnus filsafat dari University of New South Wales, Australia, ini bergabung dalam Partai Keadilan Rakyat sejak awal 2003. Dalam aliansi Pakatan Rakyat yang dipimpin Anwar Ibrahim, partai ini menjadi kekuatan terbesar. Ia awalnya menjabat wakil presiden partai, kemudian menjadi juru bicara. Ia anggota parlemen dari wilayah Batu, Kuala Lumpur.
Ketika pecah kerusuhan di depan Gedung Parlemen Perak di Ipoh, Kamis pekan lalu, Tian termasuk di antara aktivis dan politikus yang berdemonstrasi. Mengenakan pakaian serba hitam, penggemar buku Pramoedya Ananta Toer dan pengagum Tan Malaka ini digelandang bersama puluhan aktivis lain oleh polisi karena mencoba merangsek ke dalam gedung parlemen. ”Saya cuma hendak menyambut anggota Pakatan Rakyat Perak yang mulai bersidang,” katanya.
Angela Dewi dari Tempo mewawancarai laki-laki bernama lengkap Chua Tian Chang ini Jumat sore, sehari setelah pembebasannya dari tahanan polisi Ipoh, lewat sambungan telepon internasional. Ia bercerita tentang sikap Pakatan soal kisruh kepemimpinan di Perak.
Bagaimana ceritanya Anda ditangkap?
Saya datang bersama teman-teman aktivis hukum Bersih dari Kuala Lumpur untuk memberikan dukungan bagi anggota Pakatan di parlemen Perak di Ipoh. Anda tahu, beberapa bulan belakangan, suasana di Perak tak mendukung. Tak ada kepastian politik dan tak jelas siapa mengatur apa. Suasana ini tak baik dan tak demokratis. Ternyata terbukti bahwa pemerintah Malaysia memang tak punya niat baik untuk menegakkan demokrasi di negara ini. Aktivis yang menghendaki pemilu ulang dan suasana politik yang lebih demokratis justru ditangkap.
Di mana Anda ditahan dan berapa lama?
Saya ditahan Kamis sore sekitar pukul empat. Saat itu saya dan teman-teman berada di sekitar gedung parlemen. Suasananya ribut. Glenn Sinnapah, kepala divisi kriminal, minta kami pulang saja. Saya pikir, kenapa saya tidak boleh masuk dan memberikan dukungan kepada teman-teman? Ternyata kami diciduk sejumlah polisi tanpa seragam. Bersama saya ada sejumlah pengacara dari gerakan Bersih. Kami dibawa ke kantor polisi dan dimintai keterangan selama beberapa jam. Malamnya saya langsung dilepas bersama puluhan demonstran lain.
Sempat bertemu dengan Ketua Parlemen Sivakumar di tahanan?
Tidak. Dia dibawa polisi ke tempat terpisah karena suasananya sudah tidak terkendali. Orang berteriak-teriak, tapi saya tak melihat ada yang cedera. Kejadiannya berlangsung cepat sekali. Saya bahkan tidak sempat berpikir ada apa ini.
Apa yang akan dilakukan Pakatan Rakyat setelah insiden di gedung parlemen?
Datuk Anwar Ibrahim sudah berkoordinasi dengan sejumlah petinggi partai lain untuk menyusun langkah. Kami jelas akan membawa masalah ini ke tingkat hukum yang lebih tinggi. Parlemen harus dihormati karena belum ada keputusan mengenai siapa yang berhak menjadi ketua. Tindakan pencerabutan Sivakumar dari jabatannya dengan paksa itu menghina pengadilan. Kalau Barisan Nasional sportif, mereka harus mau menggelar pemilu ulang. Bertempur bagi kami tidak jadi masalah. Pemilu adalah cara yang paling fair dan bermartabat. Memang ini pemerintahan diktator?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo