Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SPANDUK bergambar wajah pemimpin Libya, Muammar Qadhafi, yang diberi tanda silang terpasang di atas rumah mewah dengan dinding batu besar merah bata di Hampstead, London Utara, Inggris. Pemiliknya, Saiful Islam, putra Qadhafi, sudah lama tak menghuni rumah senilai 11 juta pound sterling itu. Rumah ini hanya satu dari sekian aset keluarga Qadhafi, yang seluruhnya bernilai US$ 200 miliar dan tersebar di seluruh dunia.
Seusai revolusi, Dewan Transisi Nasional Libya memburu dan berupaya memulangkan aset Qadhafi di seluruh dunia. Aset berupa uang tunai, saham, properti, dan emas ini akan digunakan untuk pemulihan fasilitas umum yang hancur berantakan karena perang. Penelusuran itu termasuk terhadap miliaran dolar aset yang belum terlacak.
"Bertahun-tahun Qadhafi melakukan hal yang juga dilakukan diktator lain di seluruh dunia, menyembunyikan kekayaan mereka," kata analis finansial Libya, Mohammed Haraba.
Kekayaan Qadhafi ini tersebar di Amerika Serikat, Inggris, Italia, Prancis, Swiss, Malta, Jerman, Australia, Kanada, dan sejumlah negara Afrika. Masalahnya, tak semua aset miliaran dolar itu atas nama Qadhafi dan keluarganya. Banyak aset yang mengatasnamakan lembaga keuangan Libya tapi bisa diakses keluarga Qadhafi.
WikiLeaks pernah mengungkap berita kabel diplomat Amerika bahwa LFICO, lembaga keuangan pemerintah Libya, memiliki dua persen saham di produsen otomotif Italia, Fiat, dan 15 persen saham di perusahaan energi Eropa, Tamoil. Lembaga keuangan Libya ini juga menanam lebih dari US$ 500 juta di Inggris. Qadhafi pun memiliki 7,5 persen saham di klub sepak bola Juventus lewat lembaga keuangan ini. Saadi, salah satu putra Qadhafi, malah pernah duduk dalam jajaran dewan direksinya. Aset lain berupa 3,27 persen saham di Pearson Plc, raksasa penerbit Inggris yang memiliki The Financial Times.
Amerika Serikat, Inggris, dan sekutunya serentak membekukan aset Qadhafi di negara mereka sejak Februari lalu, bersamaan dengan bangkitnya revolusi Libya. Sejumlah penyelidik Amerika dan Eropa malah memperkirakan aset Qadhafi yang tersebar di seluruh dunia bisa mencapai US$ 200 miliar.
Jalan untuk memulangkan aset Qadhafi rupanya tak mulus. Ketidakpastian pemerintahan pascarevolusi membuat sejumlah negara enggan mencabut pembekuan aset. Negara-negara ini ingin memastikan otoritas resmi yang berhak menerima dana itu.
Bulan lalu, Perserikatan Bangsa-Bangsa memberikan persetujuan kepada Amerika Serikat untuk mencairkan US$ 1,5 miliar aset Libya yang dibekukan dan menyalurkannya kepada Dewan Transisi. Namun Negeri Abang Sam mengelak dan beralasan Dewan Transisi hanya meminta pencairan dana sekitar US$ 700 juta.
Amerika dan negara-negara Eropa menganggap pemulangan aset tak memungkinkan karena sistem perbankan Libya pascarevolusi masih rawan. Otoritas resmi di Tripoli mesti membuat prosedur pemerintahan dan mekanisme penggunaan aset dan kekayaan yang akan dipulangkan serta akuntabilitasnya.
Tak sedikit pula aset yang tersimpan di beberapa negara sekutu Qadhafi, misalnya Zimbabwe, Suriah, dan Aljazair. Di Aljazair, keluarga Qadhafi membawa kekayaan mereka dalam bentuk emas. Pemerintah Aljazair menolak ekstradisi keluarga Qadhafi.
"Ketakutan terbesar adalah keluarga dan pendukung Qadhafi yang masih hidup akan menggunakan aset itu untuk membalas dendam," kata Mohammed Haraba.
Nieke Indrietta (Daily Mail, Guardian, Reuters, Goal.com)
Beberapa Aset Qadhafi:
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo