Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setumpuk dokumen itu menggegerkan publik Inggris dalam sebulan terakhir. Dokumen berupa surat dan surat elektronik itu mengungkap sejumlah pertemuan rahasia antara mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair dan bekas diktator Libya, Muammar Qadhafi.
Pertemuan itu berlangsung beberapa bulan sebelum Abdelbaset al-Megrahi, pengebom pesawat Pan Am di Lockerbie, Skotlandia, pada 21 Desember 1988, dibebaskan dari penjara Inggris.
Isi dokumen itu mengejutkan: Blair dua kali terbang ke Libya menumpang jet pribadi Qadhafi. Pertemuan terjadi pada Juni 2008 dan April 2009, ketika Libya mengancam akan memutus semua akses bisnisnya bila Megrahi masih mendekam di dalam bui.
Dalam surat-menyurat, kantor Blair menyebut Qadhafi sebagai "sang Pemimpin". Dokumen yang dipublikasikan The Sunday Telegraph pada akhir September lalu itu menyebutkan pula Blair pernah mengajak miliarder Amerika Serikat, Tim Collins, bertemu dengan Qadhafi. "Sang Pemimpin" meminta Collins membantunya membangun resor di tepi pantai Libya.
Menurut Telegraph, pertemuan rahasia terjadi setidaknya enam kali sejak Blair mundur sebagai perdana menteri pada 27 Juni 2007.
Surat-menyurat antara kantor Blair, Duta Besar Inggris di Tripoli, dan Duta Besar Libya di London memicu kekhawatiran akan adanya konflik kepentingan bekas perdana menteri itu. Blair merupakan duta perdamaian Timur Tengah, tapi pada saat yang sama menjadi konsultan bisnis.
Salah satu surat dikirimkan pada 2 Juni 2008 kepada Omar Jelban, Duta Besar Libya untuk Inggris. Surat itu ditulis Gavin Mackay dari kantor Blair di Grosvenor Square, London. Di sana tertulis, "Tuan Blair senang bila sang Pemimpin dapat menemuinya pada 10 Juni sore."
Disebutkan pula Blair sangat berterima kasih karena Libya telah bermurah hati menawarkan sebuah pesawat untuk menerbangkannya dari Freetown (ibu kota Sierra Leone) menuju Tripoli dan kembali ke London.
Perincian pertemuan 2009 tercantum dalam sejumlah surat elektronik antara Victoria Gould, penata acara Blair, dan Sir Vincent Fean, bekas Duta Besar Inggris untuk Libya. Dalam salah satu suratnya, Gould mencantumkan daftar orang yang akan terbang bersama Blair, di antaranya Collins dan sejumlah perwira polisi.
Pertemuan itu terjadi sehari setelah Inggris menandatangani perjanjian pertukaran tahanan dengan Libya, salah satu langkah awal pembebasan Megrahi.
Semua tuduhan itu dibantah Blair. Melalui juru bicaranya, ia mengatakan topik pembicaraan dalam pertemuan itu hanya menyangkut soal Afrika. "Libya saat itu Ketua Uni Afrika. Tentu juga tentang Timur Tengah dan bagaimana Libya harus mereformasi diri. Dia tidak pernah memiliki hubungan komersial, bisnis, atau konsultasi dengan perusahaan Libya mana pun." Adapun pembebasan Megrahi disebut sebagai "keputusan pemerintah Skotlandia".
Juru bicara Collins juga mengatakan tak ada perjanjian bisnis dalam kunjungan ke Libya. "Tim diajak dalam posisinya sebagai wakil Yayasan Blair di Amerika. Tim tidak punya niat berbisnis dengan Qadhafi."
Salah satu pertemuan disebut melibatkan J.P. Morgan, bank investasi tempat Blair menjadi penasihat, pada Januari 2009. Saat itu J.P. Morgan sedang bernegosiasi dengan Otoritas Investasi Libya dan perusahaan aluminium asal Rusia, Rusal.
Keterlibatan J.P. Morgan terungkap dalam surat elektronik Wakil Direktur J.P. Morgan, Lord Renwick, kepada Otoritas Investasi Libya pada Desember 2008. Namun juru bicara J.P. Morgan membantah Blair terlibat. "J.P. Morgan menolak ikut dalam transaksi itu dan Blair tak pernah terlibat."
Pengungkapan pertemuan-pertemuan itu menuai reaksi dari keluarga korban pengeboman Lockerbie. "Perincian yang mereka bicarakan harus disampaikan ke publik," kata Pam Dix, yang saudara lelakinya tewas dalam ledakan pesawat Pan Am itu.
Parlemen Inggris juga mendesak Blair mengungkap seluruh perincian pertemuan itu. Bahkan anggota parlemen, Daniel Kawczynski, menyurati Perdana Menteri Inggris David Cameron untuk meminta penyelidikan resmi. "Penyelidikan akan memastikan berapa kali kunjungan dilakukan, lama kunjungan, dan apa tujuan kunjungan itu," tulis Kawczynski.
Sapto Yunus (The Telegraph, Daily Mail)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo