Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

<font face=verdana size=1>Pakistan</font><br />Talak Musharraf-Benazir

Tahanan rumah mengembalikan Benazir Bhutto ke kubu oposisi. Amerika Serikat masih berusaha menyatukan Benazir-Musharraf.

19 November 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Setelah dikenai status tahanan rumah—ini yang kedua di sepanjang hidupnya—barulah pemimpin Partai Rakyat Pakistan (PPP), Benazir Bhutto, sadar bahwa Musharraf bukan kawannya. Selasa pekan lalu, Jenderal Pervez Musharraf mengirim seribu polisi, membentangkan ratusan meter pagar kawat berduri, serta mendirikan barikade-barikade kayu untuk mengurung Benazir di rumah peristirahatannya di Lahore. Polisi memarkir dua kontainer berat di mulut jalan menuju rumah Benazir dan menghalau siapa saja yang mendekat. ”Rumah itu kini dinyatakan sebagai penjara,” ujar komandan polisi, Ayaz Salim.

”Mereka mengunci gerbang rumah dengan rantai besi dan memarkir kendaraan militer di luar,” ujar Safdar Abbasi, senator PPP. Penahanan Benazir dimaksudkan agar ia tak lagi bebas menggalang kekuatan menentang kekuasaan tunggal Presiden Musharraf setelah sang Jenderal memberlakukan keadaan darurat, 3 November lalu. Benazir memang tengah menyusun rencana long march 250 kilometer Lahore-Islamabad untuk memaksa Musharraf mencabut keadaan darurat. Sebelumnya, 9 November lalu, ia gagal menggelar demo di Rawalpindi.

Dua kali Benazir mencoba menerobos barikade polisi dan kawat berduri dengan mobil Toyota Land Cruiser antipeluru. Mobilnya sempat menerobos barikade di depan rumahnya, tapi polisi kemudian berhasil menghentikan Benazir dan 50 orang aktivis PPP yang mengiringinya, di ujung jalan. ”Ayah saya mengorbankan dirinya untuk Anda dan bangsa ini,” ujar Benazir kepada kerumunan polisi. Ayahandanya adalah bekas perdana menteri Zulfiqar Ali Bhutto. Ia dikudeta Jenderal Zia Ul-Haq pada 1979 dan dihukum gantung dua tahun kemudian.

Sempat melawan dan berteriak berapi-api, toh akhirnya Benazir menyerah dan kembali ke rumahnya. Polisi membubarkan kerumunan dengan gas air mata dan menahan ratusan pendukung Benazir, termasuk seorang laki-laki dengan seekor kambing yang akan dikorbankan dalam acara selamatan.

Entah kenapa, dalam praktek, kondisinya sebagai tahanan rumah hanya berlangsung beberapa jam. Esoknya, Benazir melenggang ke luar rumah, mengunjungi Ketua Mahkamah Agung Iftikhar Muhammad Chaudhry, yang sudah dipecat Musharraf dan dikenai tahanan rumah karena menolak melegalkan keadaan darurat. Polisi menghalangi Benazir. ”Ia (Chaudhry) Ketua Mahkamah Agung sejati,” ujar Benazir. Hari itu Benazir juga mengunjungi sekelompok wartawan yang memprotes penutupan stasiun televisi independen, dan menghadiri pesta diplomat yang diselenggarakan partainya di gedung parlemen.

Inilah konfrontasi pertama Benazir-Musharraf sejak sang Jenderal memberlakukan keadaan darurat, awal November lalu. Benazir tak bisa lagi bermanis-manis dengan Musharraf—sosok yang terpilih kembali sebagai presiden berkat dukungan partai yang dipimpin Benazir, PPP, yang menolak aksi boikot partai oposisi pada awal Oktober lalu. ”Untuk menyelamatkan Pakistan, Musharraf harus mundur,” kata Benazir. ”Saya tidak akan menjabat perdana menteri dengan Jenderal Musharraf sebagai presiden.”

Selama ini, berdasarkan kesepakatan berbagi kue kekuasaan dengan Musharraf yang dicomblangi Amerika Serikat, Benazir bakal menduduki kursi perdana menteri. Kini Benazir mulai mengancam Amerika, yang masih menginginkan dia rujuk dengan Musharraf. ”Masyarakat internasional (negara Barat) perlu memutuskan apakah akan bergandengan dengan satu orang (Musharraf) atau dengan rakyat Pakistan,” kata Benazir.

Musharraf pun tersengat lidah tajam Benazir. Menurut Musharraf, Benazir tak berhak memintanya mundur dan ia hanya membesar-besarkan dukungan rakyat Pakistan kepada dirinya. Kebanyakan rakyat Pakistan memang tak terlalu antusias bereaksi terhadap keadaan darurat yang diterapkan Musharraf. Demonstrasi hanya digerakkan para pengacara dan aktivis hak asasi. Dan Musharraf berani menantang Benazir menguji popularitas lewat pemilu parlemen yang dia jadwalkan berlangsung pada 9 Januari tahun depan—lebih cepat dari jadwal semula. ”Mari kita mulai pemilu dan kita lihat apakah dia (Benazir) yang bakal menang,” katanya.

Cuma, masalahnya, mustahil pemilu bisa berlangsung bebas jika keadaan darurat masih berlaku—ya, keadaan darurat juga berarti mengharamkan demonstrasi, pawai, atau pertemuan umum sebangsanya. Sejauh ini, mayoritas partai oposisi berjanji akan memboikot pemilu jika Musharraf belum mencabut keadaan darurat.

Menurut para analis, inilah momentum yang tepat bagi oposisi untuk kembali bersatu menghadapi Musharraf. Status Benazir sebagai tahanan rumah—sama dengan nasib pemimpin partai oposisi lainnya—telah mengembalikan Benazir ke tempat semula: kelompok oposisi. ”Dia (Benazir) memperoleh keuntungan karena status tahanan rumah meningkatkan citranya sebagai pembangkang,” ujar Arif Rafiq, analis politik Pakistan di Amerika. Sebulan lalu, banyak orang masih memandang Benazir telah mengkhianati gerakan oposisi penentang Musharraf. Tapi kini citranya sebagai demokrat yang beroposisi membaik. Bahkan, kalau beruntung, ia dapat dijuluki ”bintangnya oposisi”.

”Saya akan melakukan apa pun untuk dia, dan dia akan melakukan apa pun untuk kami,” ujar Akram Hayat Malik, penduduk Lahore. Para pendukungnya meneriakkan namanya: ”Hidup Bhutto!” Sekarang, kelompok-kelompok mahasiswa di kampus yang selama ini diam telah berencana mendukung sepak terjang Benazir melawan Musharraf. Mereka sibuk membuat poster bertulisan ”Demokrasi Sekarang” dan ”Mahasiswa Melawan Undang-Undang Darurat”.

Benazir pun seperti pulih dari amnesia politik dan sadar bahwa mustahil militer Pakistan memimpin jalan menuju demokrasi setelah berkali-kali penguasa militer mendepak pemerintah sipil lewat kudeta. Ibu tiga anak ini mengajak partai oposisi, bahkan partai Islam militan, bergabung untuk menggulingkan Musharraf. Tak terkecuali Nawaz Sharif, sosok yang kini dalam pembuangan di Arab Saudi. Ia melupakan kekecewaannya atas aliansi Bhutto-Musharraf dan menyambut ajakan Benazir. ”Ini kebutuhan kita karena akan sulit jika hanya sendirian melawan kediktatoran,” ujar Nawaz.

Sebelumnya, partai yang dipimpin Nawaz, Liga Muslim Pakistan (PML)-N, menolak bekerja sama dengan Benazir sebelum Benazir menunjukkan keberpihakannya secara tegas. Tapi, tak bisa dibantah, PPP yang dipimpin Benazir masih merupakan kekuatan politik yang besar untuk menarik banyak orang turun ke jalan.

Toh, masih ada yang meragukan perubahan sikap politik Benazir. Imran Khan, misalnya. Bekas bintang olahraga kriket dan pemimpin Partai Gerakan untuk Keadilan ini percaya Benazir terlalu dalam terlibat dalam proyek bagi-bagi kekuasaan dengan Musharraf. Ini pendapat yang dengan jelas juga diungkapkan kolumnis politik koran The Dawn, Ayaz Amir. Menurut Ayaz, konflik Benazir-Musharraf yang kini terbuka hanya akan berakhir dengan kesepakatan pembagian kekuasaan. Apalagi, Jumat pekan lalu, Musharraf kembali mencoba memecah oposisi. Ia membebaskan Benazir dari tahanan rumah, tapi masih menahan pemimpin oposisi lainnya dan Ketua Mahkamah Agung Iftikhar Muhammad Chaudhry.

Seorang analis politik lain, Nasim Zehra, tetap menyodorkan dua hal yang mungkin muncul di pengujung konflik dua orang itu. Ada 80 persen kemungkinan Benazir tidak bisa bekerja sama dengan Musharraf, tapi masih ada 20 persen kemungkinan sebaliknya. ”Pada akhirnya, Musharraf butuh Benazir, dan Benazir butuh Musharraf,” kata Nasim. Apalagi Amerika masih terus mendorong keduanya kembali ke meja negosiasi. Menurut seorang pejabat Amerika, ia yakin Benazir dan Musharraf masih dapat membentuk aliansi.

Raihul Fadjri (NY Times, AFP, AP, The Dawn)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus