Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

<font size=1 color=#FF0000>KOREA SELATAN</font><br />Tiada Maaf buat Nyonya Park

21 November 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TANGIS penyesalan Presiden Park Geun-hye tampaknya tidak mempan melunakkan hati rakyat Korea Selatan. Tiga pekan setelah dia meminta maaf karena membocorkan pidatonya kepada sahabat dekatnya, Choi Soon-il, gelombang aksi dan kemarahan warga terus mengalir. Mereka ingin presiden perempuan pertama Korea Selatan ini mengundurkan diri.

Kamis pekan lalu, parlemen meloloskan undang-undang yang bakal menunjuk penyelidik khusus untuk memeriksa skandal Park. "Aturan ini bertujuan menuntaskan kecurigaan publik dengan menunjuk jaksa khusus untuk menemukan kebenaran," begitu bunyi rancangan yang akhirnya disahkan itu. Choi diduga menggunakan kedekatannya dengan Park untuk merongrong perusahaan-perusahaan besar mengucurkan sumbangan ke dua yayasan.

Hampir sejuta orang turun ke jalan menuntut Park mundur, Sabtu pekan lalu. Bahkan, di kampung halamannya, Park mendapat perlawanan. Kota Daegu, yang menjadi basis dukungan yang menyokong kemenangan putri mantan diktator Korea itu, juga meradang. Sejumlah warga Kota Daegu menurunkan foto Park dari rumah mereka. Kasus Choi hanya pemicu, kekecewaan warga terutama pada kegagalan Park memulihkan ekonomi.

Pakar politik meyakini Park tidak akan mundur. Parlemen sudah bersiap mengajukan pemakzulan. Perlawanan tidak hanya dari oposisi, tapi juga dari partai Park sendiri, Partai Saenuri.

RUSIA
Moskow Memikat Bulgaria dan Moldova

KAMPANYE untuk lebih mendekat ke Rusia ternyata memikat hati rakyat Moldova dan Bulgaria. Pekan lalu, kedua negara itu memilih presiden yang menjanjikan program-program pro-Moskow.

Rumen Radev dari Partai Sosialis mengalahkan pesaingnya, Ketua Parlemen Tsetska Tsacheva. Ia menjanjikan hubungan baik dengan Kremlin tanpa mengabaikan kewajiban sebagai anggota Uni Eropa dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Pada hari yang sama, rakyat Moldova memilih Igor Dodon. Dia juga pemimpin Partai Sosialis, yang bertekad mencabut kesepakatan politik dan perdagangan dengan Uni Eropa yang diteken pada 2014, lalu menggantinya dengan Serikat Kepabeanan Eurasia yang dipimpin Rusia.

"Ini adalah kemenangan bagi seluruh rakyat Bulgaria. Hari ini demokrasi telah mengalahkan apatisme dan ketakutan," kata Radev di stasiun televisi Bulgaria tak lama setelah terpilih.

Menurut Reuters, dua kemenangan tersebut bisa menyeret Uni Eropa lebih jauh ke dalam krisis. Namun The Economist menilai kedua presiden terpilih tidak benar-benar pro-Rusia. "Tidak satu pun yang akan membuat perubahan orientasi geopolitik yang radikal dalam jangka pendek," begitu menurut media itu.

MYANMAR
Persekusi Warga Rohingya

PENDERITAAN etnis Rohingya di Myanmar tak berakhir dengan pergantian pemerintah. Kekerasan terus terjadi, bahkan meningkat selama dua pekan terakhir. Aktivis kemanusiaan mencatat pembunuhan, penganiayaan, pemerkosaan, dan perusakan kediaman etnis Rohingya di Arakan atau Rakhine utara meningkat sejak 9 Oktober lalu.

"Organisasi Nasional Rohingya Arakan mengecam keras pembantaian, penyiksaan hingga tewas, pemerkosaan, dan perusakan properti warga Rohingya," demikian pernyataan mereka pekan lalu.

Sejak 12 November lalu, tentara Myanmar meningkatkan penyisiran menggunakan helikopter tempur, tank, dan artileri. Penindasan dilakukan setelah sebuah pos tentara diserang kelompok bersenjata--diduga etnis Rohingya. Aktivis mengklaim 150 warga sipil tewas dan 200 luka-luka. Banyak yang ditahan dan disiksa. Sekitar 1.500 rumah, termasuk tempat ibadah, dibakar habis.

Terhitung sejak 9 Oktober hingga 13 November, korban tewas mencapai 350 orang, 300 luka-luka, puluhan wanita diperkosa, ratusan ditangkap, dan 3.500 rumah termasuk 4 desa dibakar habis atau dirusak. Sekitar 30 ribu orang mengungsi.

Human Rights Watch Asia mendesak otoritas Myanmar membentuk tim investigasi bersama Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menyelidiki tindak kekerasan yang dilakukan aparatnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus