Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

<font size=1 color=#FF9900>PAKISTAN</font><br />Palu untuk Hakim Independen

Krisis hakim Iftikhar Muhammad Chaudhry membuat pamor Presiden Asif Ali Zardari tersuruk. Muncul bintang baru.

23 Maret 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MEREKA datang membawa bendera dan gula-gula, bentuk ungkapan sukacita khas Pakistan. Ribuan orang bersorak gembira di kediaman bekas Ketua Mahkamah Agung Iftikhar Muhammad Chaudhry di Islamabad, Senin pagi pekan lalu. ”Rule of law,” teriak mereka.

Pagi itu mereka merayakan kemenangan gerakan rakyat yang istimewa, yang berhasil memaksa pemerintah memulihkan kedudukan sang hakim yang telah dicopot Presiden Pervez Musharraf. Ini suatu perubahan yang pada masa lalu hanya bisa terjadi lewat kudeta militer. ”Kami membisu begitu lama,” ujar Ansa Nadeen, warga Karachi yang secara khusus terbang ke Islamabad untuk bergabung dalam protes itu.

Kegembiraan Ansa bermula ketika mata rakyat Pakistan memelototi layar televisi, menanti hasil pertemuan darurat Perdana Menteri Yousef Raza Gilani, Presiden Asif Ali Zardari, dan Panglima Angkatan Darat Ashfaq Kayani, yang berakhir pukul satu dinihari. ”Saya umumkan hari ini bahwa Iftikhar Chaudhry dan semua hakim yang dipecat akan dipulihkan namanya pada 21 Maret, ketika Ketua Mahkamah Agung saat ini pensiun,” ujar Gilani.

Iftikhar tersenyum lebar sembari melambaikan tangan kepada ribuan orang di depan rumahnya. ”Saya yakin sekali kita punya peradilan yang independen, yang akan memberikan perlindungan terhadap demokrasi, dan akan menyurutkan intervensi dari luar negeri,” ujar Iftikhar, yang juga bekas ketua asosiasi pengacara.

Keputusan pemerintah Gilani menghindari kekacauan politik yang bakal terjadi ketika ribuan orang mengikuti ajakan kelompok pengacara menggelar demonstrasi berantai dari Queta, Karachi, Rawalpindi, Lahore, dan berakhir di gedung parlemen di Ibu Kota Islamabad hari itu. Mereka menuntut Presiden Asif memenuhi janjinya mengukuhkan kembali jabatan sejumlah hakim, termasuk Iftikhar Chaudhry. ”Ini adalah kemenangan pertama rakyat dalam sejarah Pakistan,” ujar Hamid Khan, salah satu pemimpin gerakan pengacara. ”Inilah pertama kalinya elite penguasa tunduk pada tekanan rakyat.”

Semula Presiden Asif tak kunjung memenuhi janjinya mengembalikan posisi Iftikhar. Akibatnya, koalisi Partai Rakyat Pakistan (PPP) dan PML-N yang dipimpin bekas perdana menteri Nawaz Sharif bubar. Bahkan pengadilan Punjab melarang Nawaz dan saudaranya, Shahbaz Sharif, terlibat dalam politik. Sikap Asif membuka luka lama perseteruan PPP dan PML-N dan mendorong kelompok pengacara pendukung hakim Iftikhar kembali turun ke jalan.

Bentrokan antara pendukung PML-N dan polisi sempat pecah, dan para pengacara mulai merancang pawai besar yang bakal melintasi empat kota. Tentara di bawah komando Jenderal Ashfaq Parvez Kayani khawatir konflik politik akan berujung pada kerusuhan politik. Demonstrasi berantai sudah bergerak dan akan mencapai Ibu Kota Islamabad Senin pekan lalu. Polisi pun sudah menangkap sekitar 400 aktivis. Kayani bergerak cepat, memperingatkan Presiden Asif bahwa ia tak akan menggunakan militer untuk bentrok dengan demonstran dan menghalangi mereka masuk Islamabad. ”Militer tak akan menembaki demonstran dan kelompok politik,” ujar seorang pejabat senior Amerika.

Diduga, saat-saat kritis itu, Amerika Serikat juga ikut bermain. Seorang pejabat Amerika, seperti dikutip koran Christian Science Monitor, menyatakan Presiden Barack Obama sempat menelepon Kayani, memperingatkan bahwa konflik saat ini adalah masalah konstitusional, dan Obama mengatakan mendukung pengembalian posisi Iftikhar. Amerika adalah negeri yang paling takut jika stabilitas politik Pakistan guncang karena Pakistan punya senjata nuklir. Dengan dukungan pemerintah Amerika, Kayani memainkan peran. ”Ia (Kayani) membiarkan Zardari tanpa pilihan selain membiarkan demonstran masuk (Islamabad) dan mengembalikan Chaudhry,” ujar seorang pakar intelijen Amerika untuk Asia Selatan.

Selain itu, masih menurut pejabat Amerika yang menolak disebut identitasnya itu, Menteri Luar Negeri Hillary Rodham Clinton dalam percakapan telepon dengan Presiden Asif Ali Zardari menyatakan tak bisa mendukung Asif sebagaimana Presiden George W. Bush mendukung penuh tindakan Jenderal Pervez Musharraf melibas pendukung Iftikhar Chaudhry pada 2007. ”Pesan kepada Zardari adalah (Amerika) tak lagi mendukungnya habis-habisan,” ujar sumber itu.

Farahnaz Ispahani, juru bicara PPP, mengakui Jenderal Kayani memainkan peran positif menyelesaikan krisis itu. Kedutaan Amerika pun segera menyampaikan selamat kepada Presiden Asif yang menunjukkan kenegarawanannya mengembalikan jabatan hakim agung Iftikhar Chaudhry.

Kubu Presiden Asif sejatinya khawatir atas kembalinya Iftikhar ke jabatan strategis di Mahkamah Agung. Sebab, diduga Iftikhar akan menganulir kesepakatan Musharraf dengan (mendiang) Benazir Bhutto—termasuk dengan suaminya, Asif Ali Zardari—untuk menghapus dakwaan korupsi sebagai imbalan koalisi Benazir dengan Musharraf setelah Benazir pulang dari pembuangan.

Menurut penulis buku tentang militer Pakistan, Hasan Askari Rizvi, belum jelas kesepakatan politik yang diperoleh Presiden Asif dengan pemulihan jabatan Iftikhar Chaudhry. Yang terang, sepanjang masih memangku jabatan presiden, Asif tak bisa disentuh—itulah bagian dari imunitas presiden. Selain itu, posisinya sebagai presiden aman karena konstitusi melarang pemakzulan presiden.

Tapi, akibat krisis kemarin, secara politik Asif dan PPP kehilangan kepercayaan. ”Zardari muncul dengan babak-belur,” ujar Zahid Hussain, komentator politik. ”Ia berhasil bertahan, tapi kekuasaannya tentu telah diporoti.”

Sebaliknya, bintang Nawaz Sharif moncer. Nawaz bahu-membahu dengan gerakan pengacara menuntut nama hakim Iftikhar Chaudhry dipulihkan. Bahkan, kepada kantor berita AP, ia menyatakan tak peduli Presiden Asif Ali mencabut hak politiknya lewat tangan hakim pengadilan Punjab, asalkan jabatan hakim agung Iftikhar dipulihkan. ”Dia secara politik makin kuat setelah krisis ini, tapi ia masih menunggu hingga pemilu berikutnya, empat tahun lagi,” kata Zahid Hussain.

Pemerintah Perdana Menteri Gilani berencana akan mengajukan judicial review atas putusan pengadilan terhadap Nawaz. Jika itu diterima, Nawaz bisa kembali ke panggung politik.

Sikap Gilani yang berbau rekonsiliasi antara PPP dan PML-N ini membuat dia dihargai kalangan dalam partainya dan PML-N. ”Kami percaya kepada Perdana Menteri,” ujar Siddique ul-Farooque, juru bicara PML-N. Dan sudah jadi rahasia umum bahwa Gilani sering berselisih dengan Presiden Asif Ali. Bahkan kalangan trah Bhutto mulai tidak percaya kepada suami Benazir Bhutto ini. Sanam Bhutto, adik Benazir, siap mendepak iparnya itu dari jajaran petinggi PPP. Gilani mencuat menjadi bintang baru di PPP.

Raihul Fadjri (AP, AFP, The Dawn, CS Monitor)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus