Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tawaran uang 500 ribu krone atau sekitar US$ 80 ribu itu diumumkan di semua surat kabar Norwegia, Rabu pekan lalu. Duit dalam jumlah menggiurkan ini akan dihadiahkan kepada siapa saja yang bisa memberikan informasi terbaru dalam kasus percobaan pembunuhan William Nygaard—penerbit sekaligus editor buku karangan Salman Rushdie, The Satanic Verses.
Pihak yang menawarkan hadiah itu adalah Asosiasi Penerbit Norwegia, Aschehoug, dan direktur pengelola gerakan ”Serangan terhadap Demokrasi”, Per Christian Opsahl. Padahal, 12 tahun lalu, Kepolisian Norwegia sudah menutup kasus ini dan membebaskan seorang tersangka.
Rupanya, tawaran 500 ribu krone itu sejalan dengan upaya Kepolisian Norwegia yang menugasi Biro Nasional Investigasi Kriminal (KRIPOS) membuka kembali kasus ini. Alasannya, ada bukti baru yang ditemukan seorang jurnalis bernama Odd Isungset dalam kasus penyerangan Nygaard, yang dikenal sebagai pendukung kuat Rushdie.
Isungset, yang mengikuti kasus ini selama 17 tahun, mengungkapkan hasil investigasi dalam bukunya, Who Shot William Nygaard. Buku ini baru saja dirilis September lalu. Ia yakin terdapat hubungan yang jelas antara penembakan Nygaard dan fatwa yang dikeluarkan Ayatullah Khomeini pada 1989.
Keyakinan Isungset didasari adanya bukti pembelian tiket pesawat ke Iran sehari setelah insiden penembakan Nygaard. ”Salah satu tersangka dalam kasus ini membeli tiket sekali jalan secara tunai,” ujar Isungset dalam bukunya. ”Tersangka juga ketahuan mengantongi jenis senjata dan amunisi yang sama dengan yang digunakan untuk menembak Nygaard,” Isungset menambahkan.
Dibuka kembalinya kasus Nygaard oleh KRIPOS rupanya menjawab kritik pedas Isungset soal kesalahan polisi dalam melakukan investigasi pada 1998. Saat itu Kepolisian Norwegia membebaskan seorang tersangka tanpa melalui proses interogasi. ”Padahal ini adalah kasus yang sangat penting, serangan teror pertama di Norwegia sejak Perang Dunia II,” ujarnya.
Kritik terhadap Kepolisian Norwegia juga dilontarkan William Nygaard sebagai korban. ”Mereka meremehkan fatwa penting yang diucapkan seorang pemimpin yang menyerukan hukuman mati bagi semua pihak yang terlibat dalam buku Satanic Verses,” katanya kepada Aftenposten, September lalu.
Nygaard dan Isungset berbagi harapan yang sama: melalui hadiah 500 ribu krone, masyarakat yang menyimpan rahasia kasus ini selama 17 tahun mau berbicara. ”Ini juga demi kebebasan berekspresi di Norwegia,” ujar Nygaard.
William Nygaard adalah direktur utama perusahaan penerbit Aschehoug, yang menerbitkan buku The Satanic Verses. Ia ditembak sebanyak tiga kali oleh orang tak dikenal di rumahnya di Oslo pada 11 Oktober 1993.
Serangan terhadap Nygaard dilakukan empat tahun setelah keluarnya fatwa dari pemimpin besar Iran, Ayatullah Khomeini, yang melarang buku karya Rushdie karena menggambarkan sosok Nabi Muhammad dalam sisi negatif. Buku Rushdie ini dinilai Khomeini sebagai bentuk penghinaan terhadap agama Islam.
Lebih jauh Khomeini menyatakan Rushdie sebagai musuh utama umat Islam dan patut dibunuh. Pengarang asal Pakistan itu kemudian hidup dalam pelarian selama sembilan tahun. Namun, pada 1998, dengan perlindungan dari Pengadilan Khusus Skotlandia, kepemimpinan Iran melunak dan memungkinkan Rushdie hidup bebas di depan umum.
Dalam fatwanya, Khomeini juga menghalalkan darah semua pihak yang ikut mempublikasikan buku The Satanic Verses. Pada 1991, dua penerjemah buku itu, Hitoshi Igarashi (berkebangsaan Jepang) dan Ettore Caprioli (Italia), diserang.
Igarashi tewas setelah ditusuk berkali-kali di bagian muka dan dada oleh orang tak dikenal. Jasadnya ditemukan di University of Tsukuba, Ibaraki, pada 11 Juli 1991. Igarashi adalah sarjana sejarah dan sastra Arab dan Persia serta pernah melakukan penelitian di Iran.
Ironisnya, Igarashi adalah mualaf yang percaya bahwa fatwa Khomeini terhadap Rushdie itu benar. Hingga kini, pelaku penyerangan terhadap Caprioli dan pembunuh Igarashi belum terungkap.
Cheta Nilawaty (Guardian, CBC, NY Times)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo