Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebuah surat kawat dikirim dari kantor Avigdor Lieberman, dua pekan lalu. Menteri Luar Negeri Israel ini memberikan instruksi ke Kedutaan Israel di 10 negara di Eropa. Masing masing kedutaan diberi tugas mengumpulkan seribuan nama. Tidak untuk dikerahkan ke garis depan, tapi dijadikan pembela dan juru bicara bagi segala kebijakan negeri bersimbol bintang Daud ini.
Aktivis, wartawan, akademisi, juga mahasiswa dikerahkan untuk membuat Israel tampak cantik. Surat kabar Inggris, Guardian, menyamakan mereka dengan hubungan masyarakat (humas) Israel. Israel sendiri memiliki istilah khusus buat peningkatan citra diplomatis ini secara agresif: hasbara (menjelaskan).
Kehebohan hasbara yang luar biasa juga terlihat seperti saat Israel memutuskan menyerang Gaza dua tahun silam. Sesaat sebelum pasukan Israel menyerbu, dua pertemuan penting digelar di Yerusalem. Satu pertemuan membahas skenario serangan, satu pertemuan lagi sudah membahas bagaimana hasbara dilakukan. Padahal keputusan soal serangan belum ditentukan.
Rapat soal hasbara dihadiri berbagai perwakilan dari kantor perdana menteri, kementerian luar negeri, kementerian pertahanan, angkatan bersenjata, dan para juru bicara dari kota kota di Israel selatan. Mereka melakukan simulasi bagaimana memberikan respons setelah serangan dilakukan.
Begitu serangan dilancarkan pada malam 28 Desember 2008, kelompok tersebut langsung bergerak. Para diplomat sibuk dengan para wartawan dari berbagai pojok dunia. Angkatan bersenjata langsung membuka press center. Menteri Luar Negeri Tzipi Livni bicara di Meet the Press NBC.
”Kecepatan adalah prioritas utama,” kata Yigal Palmor, juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel, kepada B’nai B’rith, tahun lalu. ”Tujuannya menyampaikan pesan kita secepat mungkin ke sebanyak mungkin audiens.”
Langkah ditingkatkan. Beragam video disebar lewat YouTube. Twitter pun diramaikan. Kelompok kelompok pro Israel dikerahkan. Bahkan tak lama kemudian, karena dianggap pentingnya hasbara ini, dibentuklah Direktorat Informasi Nasional di kantor perdana menteri yang mengorganisasi program pencitraan.
Hanya dalam 22 hari, Angkatan Bersenjata Israel menerima 1.200 wawancara. Ribuan lagi wawancara yang dilakukan orang orang dari Kementerian Luar Negeri, kedutaan, konsulat, dan kelompok pro Israel.
Awalnya, upaya hasbara memang hanya dilakukan oleh para pegawai pemerintah, termasuk diplomat. Kemudian dikembangkan dengan menyewa humas profesional, melibatkan warga sipil Israel dan kaum Yahudi, hingga merekrut orang penting dari berbagai belahan dunia. Sebut saja kelompok The European Friends of Israel atau Friends of Israel Initiative, yang salah satu motornya adalah mantan Presiden Spanyol Jose Maria Arnaz.
Namun sepertinya berbagai upaya hasbara tersebut dinilai belum cukup. Dalam instruksi terbaru, perekrutan pembela Israel diperluas. Para petugas humas yang berasal dari berbagai kalangan ini akan mendapat briefing rutin dari pejabat Israel. ”Mereka akan didorong untuk angkat bicara soal Israel dalam berbagai pertemuan, atau juga didorong untuk menulis surat pembaca ataupun artikel di media massa,” kata sumber Guardian.
Selain itu, kedutaan diminta setiap bulan mengadakan acara besar dan memperbanyak kunjungan ”teman teman” ke Israel. Sementara itu, untuk lima kedutaan di London, Paris, Berlin, Madrid, dan Roma, ada instruksi tambahan untuk menyewa humas dan pelobi profesional.
Seorang pejabat Israel tak bersedia menjawab soal instruksi tersebut. Dia hanya mengatakan, ”Tentu saja kami selalu mencari cara meningkatkan komunikasi kami. Tak ada yang tak biasa dengan hal itu.”
Purwani Diyah Prabandari (Guardian, B’nai B’rith)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo