Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tangan Jose Pereira, 33 tahun, masih bergetar saat dia beristirahat di trotoar di kawasan kumuh Rio de Janeiro, Brasil, Ahad dua pekan lalu. Dia merogoh rokok di kantong, dan mengisapnya kuat, mencoba menenangkan diri setelah sebutir peluru menembus salah satu kakinya. ”Mereka bertarung, tapi kami yang menderita. Bagaimana saya bisa bekerja lagi sekarang,” kata tukang batu itu sambil menunjukkan kaki yang diperban.
Ayah tiga anak ini adalah satu dari puluhan korban perang antara polisi dan geng narkoba di Vila Cruzeiro. Bagi polisi, kawasan itu merupakan benteng pengedar obat terlarang bersenjata di Rio de Janeiro. Namun, untuk Pereira dan warga lainnya, kawasan itu merupakan rumah yang nyaman. Tempat mereka menjalankan aktivitas sehari-hari. Anak-anak pergi ke sekolah di pagi hari, dan orang-orang seperti Pereira bangun subuh untuk mencari nafkah.
Sejak Ahad dua pekan lalu, pemerintah Brasil mengerahkan 2.700 anggota pasukan keamanan melawan tiga geng narkoba besar di Complexo do Alemao. Ketiga kelompok yang menguasai daerah kumuh di Rio de Janeiro ini tak tinggal diam saat polisi membombardir dengan serangan bertubi. Untuk pertama kalinya, mereka bersatu melawan negara.
Pertempuran pun pecah di Vila Cruzeiro, wilayah yang terletak di bagian utara kota yang akan menjadi tuan rumah Olimpiade 2016. Pasukan polisi dan marinir, dibantu helikopter angkatan udara dan kendaraan lapis baja, merangsek masuk. Geng narkoba melawan dengan membakar ban dan memblokade mulut gang. Hingga sepekan pengepungan, setidaknya 50 orang terbunuh, termasuk Thiago Ferreira Faria, 24 tahun, seorang pedagang obat bius yang dikenal dengan julukan G3.
”Operasi kali ini untuk merebut kembali wilayah yang dikuasai bandar narkoba. Kami akan menyelamatkan masyarakat setempat dari kelompok kartel,” ujar Kepala Polisi Kolonel Alvaro Rodrigues.
Dalam penyerbuan itu, polisi berhasil menyita 40 ton ganja dan 200 kilogram kokain siap edar dari beberapa rumah di Grota. Sejumlah gembong narkoba juga ditangkap, termasuk Elizeu Felicio de Souza alias Zeu, yang membunuh wartawan Tim Lopes pada 2002. Polisi juga menemukan rumah gembong narkoba Pezao alias Bigfoot. Rumah ini berdiri tiga lantai dengan kolam renang di atapnya serta Jacuzzi di kamar tidur utama.
Gubernur Rio de Janeiro Sergio Cabral mengatakan upaya penaklukan wilayah Complexo do Alemao merupakan langkah fundamental untuk menyelamatkan warga. ”Tujuan utama kami mengentaskan masyarakat miskin yang terabaikan selama 30 tahun,” katanya.
Kawasan kumuh di Rio de Janeiro ini unik. Sementara di kota atau negara lain daerah kumuh menjadi wilayah yang disembunyikan oleh pemerintah, di sana justru dipromosikan oleh pemerintah federal dan negara bagian sebagai tempat wisata. Ribuan rumah gubuk atau favelas yang terletak di perbukitan indah menjadi tempat berkunjung wisatawan asing ataupun domestik.
Favelas yang dijadikan contoh wisata adalah Kota Gubuk Santa Marta. Rumah-rumah kumuh di sini dicat warna-warni bak pelangi berkat bantuan dua seniman Belanda, Dre Urhahn dan Jeroen Koolhaas, yang berkunjung ke sana untuk membuat video tentang tembang hip-hop. Penduduk di kawasan kumuh itu juga dilatih menjadi pemandu wisata. Petunjuk jalan dalam bahasa Inggris dipasang di seluruh kota gubuk yang memiliki sekitar 30 obyek wisata.
Mantan anggota geng narkoba, Tigrao atau Big Tiger, kagum akan proyek ini. ”Ini memberi saya pandangan yang berbeda tentang kehidupan, menunjukkan kepada saya bahwa pekerjaan yang jujur dapat menjadi hal yang baik,” katanya. Tak mengherankan bila Presiden Luiz Inacio Lula da Silva ingin menyebarkan program wisata ini untuk masyarakat miskin lainnya di Rio dan seluruh Brasil.
Pendudukan polisi di favelas secara permanen terbukti menyebabkan penurunan angka kejahatan. Di Cidade de Deus, sebuah daerah kumuh yang mengilhami film City of God, hanya terdapat 35 kasus pembunuhan antara November 2007 dan November 2008. Angka itu terus turun pada tahun berikutnya, yakni enam pembunuhan.
Suryani Ika Sari (AP, CNN, Reuters, Washington Post, The Economist)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo