Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JALAN kecil berdebu di Muridke, Punjab, Pakistan, itu menuju sebuah kompleks pendidikan seluas 75 hektare. Di balik gerbang, dalam ruang-ruang kelas, puluhan bocah duduk bersila mendaras Quran.
”Anda lihat sendiri, kan? Ini bukan tempat melatih para teroris,” kata Abdullah Muntazir. Dia juru bicara organisasi Jamaat-ud-Dawa, yayasan sosial yang menaungi sejumlah sekolah: sebuah sekolah menengah untuk putri, sebuah lagi untuk putra, dua madrasah untuk putra dan putri, dan satu asrama terpisah. Tak kurang dari 530 putra dan 345 putri bersekolah di sini.
Di tempat inilah para murid dididik pengetahuan umum seperti bahasa Inggris dan sains. ”Kami baru saja memperbaiki fasilitas laboratorium dengan fasilitas kelas satu, yang hanya akan Anda temukan di sekolah-sekolah bagus,” kata Rashid Minhas, guru sains. ”Kurikulum dasar sama dengan yang ada di sekolah mana pun di Pakistan. Hanya, kami lebih berfokus pada Islam.”
Pusat kompleks yayasan ini adalah sebuah masjid besar yang dikelilingi pusat perbelanjaan, perumahan, dan sebuah rumah sakit yang dilengkapi 60 tempat tidur. Orang bebas berlalu-lalang. Tak ada tanda-tanda kegiatan militer.
”Tak ada yang kami sembunyikan di sini,” kata Muntazir.
Tak ada yang membedakan Jamaat-ud-Dawa dengan kompleks pendidikan lain. Namun, sejak petaka Mumbai, yayasan yang menaungi sekolah ini menjadi pusat pembicaraan. Yayasan ini disebut-sebut sebagai pusat pelatihan militer bagi Lashkar-e-Taiba. Kelompok inilah yang kini diyakini pemerintah India telah menaungi para pelaku serangan teror 60 jam yang menewaskan 188 orang di Kota Mumbai, India.
Lashkar-e-Taiba atau Tentara Suci sudah dikenal sejak 1990 sebagai musuh bebuyutan pasukan India di wilayah Kashmir. Mereka disebut-sebut memperluas wilayah pertempuran ke sejumlah lokasi di India. Penduduk Kashmir menyebut mereka sebagai pasukan yang gigih dan tak kenal takut.
Siapa Lashkar-e-Taiba sebenarnya? Kelompok ini didirikan Hafiz Mohammad Saeed, mantan profesor teknik dari University of Punjab. Kelompok ini menginduk pada yayasan Markaz Dawa-ul-Irshad. Dalam kegiatannya, Markaz kemudian dikenal sebagai pusat pendidikan garis keras. Tak kurang dari 100 ribu orang menimba ilmu di sini. India menyebut pusat pendidikan itu sebagai pembekalan jihad.
Pada 1994, Lashkar berkembang menjadi sayap militer organisasi itu. Perjuangan awalnya adalah membebaskan Kashmir dari India. Belakangan, Lashkar mendapat dukungan dana dan diizinkan masuk Pakistan. Tak seperti sebagian besar kelompok pejuang Kashmir lain, sebagian besar anggota Lashkar bukan warga Kashmir. Mereka bermarkas di Pakistan.
Pada Januari 2002, di bawah tekanan Amerika menyusul serangan 11 September 2001, Presiden Pakistan saat itu—Pervez Musharraf—resmi melarang Lashkar bersama empat organisasi lain. Meski melarang aktivitasnya, pemerintah tak membubarkan Lashkar. Petinggi-petingginya memilih mundur dari publik, tapi anggotanya mencari tempat berteduh yang baru. Belakangan, seperti diungkapkan sejumlah pejabat intelijen India, organisasi ini melebur ke dalam aktivitas Jamaat-ud-Dawa pada pertengahan 2002.
Sejak 2002 itu, aktivitas kelompok ini disebut-sebut tak hanya mendukung pemisahan Kashmir, tapi juga melebar ke sikap anti-Amerika. Apalagi belakangan Amerika kian rajin mengaduk-aduk situasi dalam negeri Pakistan. Yang unik, para petingginya kerap mengecam sikap sejumlah kelompok Islam garis keras Pakistan yang bersitegang antar-aliran seperti Sunni dan Syiah.
Dalam catatan intelijen India, kelompok ini kemudian dikatakan bertanggung jawab atas sejumlah serangan, seperti serangan berdarah ke wilayah India pada Desember 2001 dan serangan ke parlemen India pada tahun yang sama. Lashkar juga dianggap bertanggung jawab atas serangan bom di Delhi pada 2005, yang menewaskan 60 orang. Tak ada yang mereka akui kecuali satu serangan ke barak militer Red Fort di Delhi pada 2000.
Gempa dahsyat yang merontokkan Pakistan pada 2005 membuat Lashkar bebas bergerak mencari dana. Bahkan tak sedikit petingginya yang kembali membuka kantor dan memainkan peran penting dalam membangun sarana-sarana umum.
Lashkar yang semula beku itu pun kembali tumbuh dan melanjutkan serangan ke India. Mereka menyebut gerakan ini sebagai Muttahida Jihad Council atau Badan Jihad Bersatu. Mereka mengklaim tak terikat pada organisasi radikal lain di Pakistan.
Sepak terjang mereka menghadapi kepolisian India inilah yang membuat negara itu gerah dan menuding Pakistan tak bergigi. Presiden Pakistan Asif Ali Zardari menyebut mereka ”teroris tanpa negara”.
Angela Dewi (AFP, BBC, CNN)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo