Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Muhammad Sabu menyambut di atas kursi roda saat Tempo bertandang ke kediamannya di Shah Alam, Rabu pagi pekan lalu. "Maaf, ya, saya pakai sarung. Ini ditabrak, tak tahu polisi atau siapa waktu 9 Juli lalu," ia menjelaskan kondisi kakinya yang bengkak. "Jumat besok akan dioperasi, dan saya akan jadi iron man," Sabu menambahkan.
Sabtu sebelumnya, Wakil Presiden Partai Islam Se-Malaysia (PAS) ini berhasil masuk Kuala Lumpur untuk bergabung dengan aksi Bersih 2.0 atau juga disebut "Walk for Democracy". Ia menginap terlebih dulu di sebuah hotel dekat Stadion Merdeka.
Namun, baru menuju Stadion Merdeka, saat belok, sepeda motor yang dia tumpangi ditabrak mobil. "Ada yang menutup jalan, terus ada yang menabrak," katanya. Dia harus bolak-balik rumah sakit dan kantor polisi karena dia juga ditahan bersama ratusan orang lain yang ikut aksi Sabtu silam itu. Dia baru dibebaskan pukul 10 malam.
Meski cedera, Sabu tetap menghadiri rapat bersama aktivis Bersih dan anggota koalisi partai oposisi. Kepada Purwani Diyah Prabandari dan M. Masrur dari Tempo, dia menjelaskan tuntutan Bersih dan situasi politik di Malaysia
Apakah tujuan aksi Bersih, 9 Juli lalu, sudah tercapai?
Kami masih harus terus berjuang untuk menegakkan hak dalam perlembagaan, yaitu hak berhimpun secara aman (damai). Ternyata dalam perlembagaan pada zaman penjajah British, berkumpul dengan aman tidak ada masalah, selagi tidak angkat senjata. Tapi hak itu semakin hilang secara amalan. Beberapa aturan dibuat, di mana kepala polisi daerah berhak izinkan himpunan atau tidak. Pemerintah, khususnya UMNO, menggunakan pasukan polisi untuk menahan himpunan aman atau juga mengadakan ceramah atau majelis lain. Ini seperti di Indonesia semasa Soeharto. Dalam ASEAN, Malaysia yang ketinggalan bersama Myanmar.
Apa yang diinginkan PAS sehingga terlibat dalam aksi Bersih?
Kami dari partai oposisi menyokong Bersih untuk mendesak pemerintah melakukan reformasi terhadap cara berpilihan raya. Selain itu, pemerintah harus mendorong kebebasan media dan kebebasan berhimpun. Juga kedaulatan badan kerajaan. Misalnya polisi, bukan tugasnya menjaga UMNO. Dia jaga keselamatan rakyat. Suruhanjaya Pilihan Raya (Komisi Pemilihan Umum) juga tidak bebas. Dia tidak macam di Indonesia. Di sini betul-betul dikuasai UMNO.
Ada tuduhan pendukung aksi 9 Juli lalu adalah massa bayaran?
Kami partai marhaen, juga partai Islam yang memiliki pengorbanan tinggi. Kita seru mereka semua datang dengan bus atau kereta api. Mereka adalah pendukung gerakan Islam. Jadi kami tak perlu bayar. UMNO yang biasa begitu.
Salah satu alasan melarang aksi Sabtu lalu khawatir menimbulkan kerusuhan?
Itu alasan sama dengan Pak Harto dulu. Coba diizinkan himpunan dari Dataran Merdeka ke Istana Negara pukul 14.00-17.00. Tiga jam saja, orang berarak dengan aman dan tenteram. Tapi polisi bilang tidak izinkan. Pintu perundingan tertutup, untuk jaga UMNO.
Mungkinkah peristiwa 1969 ketika terjadi kerusuhan rasial terulang?
Tidak. Malah mereka gunakan semboyan, kalau UMNO kalah, siapa jaga Islam, siapa jaga Melayu.
Apakah aksi Sabtu lalu berhasil dari segi penggalangan massa?
Banyak sekali orang awam yang ikut. Orang Cina juga ramai. Dulu takut. Pemerintah gagal menumbuhkan isu rasial. Sebelum perhimpunan, disebut ada jumpa senjata, parang. Polisi yang buat. Itu taktik yang sama digunakan sejak zaman komunis dulu. Tengok hari kejadian, yang ganas polisi.
Mungkinkah tuntutan reformasi di Malaysia menjadi unjuk rasa besar seperti di Timur Tengah?
Tidak mungkin. Kita mau pilihan raya yang adil dan bersih.
Ada agenda mempercepat pemilu, dengan aksi tersebut?
Tidak.
Ada tuduhan, partai pembangkang memperalat aksi Bersih untuk kepentingan mendapat kekuasaan?
NGO (lembaga swadaya masyarakat) memperalat kami, kami memperalat NGO. Siapa menunggang siapa, tidak penting.
Apa yang akan dilakukan Pakatan Rakyat dan Bersih selanjutnya?
Pihak pengendali pilihan raya diberi tempo tiga bulan untuk buat perubahan. Kalau tidak ada, kami akan bermusyawarat, apa tindakan seterusnya.
Apa yang akan dilakukan dalam masa tiga bulan tersebut?
Kami buat majelis penerangan di seluruh negara tentang tuntutan Bersih. Ini sangat diperlukan supaya orang-orang, terutama yang di desa, yang biasa hanya menonton televisi pemerintah, paham. Selain itu, ada program baru: setiap Sabtu pakai baju kuning. Jadi ada Sabtu Kuning. Kalau kami kumpul di kedai makanan, minum teh, atau ketemu dengan rekan-rekan, kami akan pakai pakaian warna kuning.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo