Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Sabtu Kuning dari Bersih

Bersih memberi tenggat kepada Komisi Pemilihan Umum Malaysia untuk melakukan perubahan. Solidaritas tumbuh dan pagar pembatas antaretnis di Malaysia mulai runtuh.

18 Juli 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bangunan tua hampir di ujung gang di kawasan Petaling Jaya itu terlihat sepi. Pagarnya tertutup rapat. Demikian pula pintu dan jendela. Padahal jarum jam baru menunjukkan pukul lima sore. Lengangnya jalan sepanjang sekitar 50 meter di depan bangunan itu menambah senyap suasana. Hanya poster-poster yang tertempel di dinding teras bangunan seolah menatap pengunjung.

Menilik situs Bersih 2.0 di Internet, bangunan tersebut seharusnya kantor koalisi lembaga swadaya masyarakat yang menuntut reformasi pemilu. Mereka baru saja berhasil menggalang 20 ribu orang menggelar protes jalanan bertajuk "Walk for Democracy" di Kuala Lumpur, Sabtu dua pekan lalu.

Ketika Tempo menelepon nomor yang tertera di situs Bersih dan minta alamat yang lebih jelas untuk bisa datang, terdengar suara bernada cemas di ujung sana: "Maaf, tidak ada orang Bersih di kantor." Waktu diberitahukan bahwa Tempo hanya ingin melihat-lihat suasana kantor, suara di seberang berubah galak: "Anda tidak boleh datang ke kantor tanpa perjanjian dulu."

Suasana tertutup juga terasa saat Tempo ingin mengikuti pertemuan para tokoh Bersih, Selasa pukul 21.00 waktu setempat, pekan lalu. Orang yang menyelenggarakan pertemuan langsung bertanya penuh selidik. "Dari mana Anda tahu?" katanya. "Ini pertemuan privat, dan tak boleh diberitahukan ke orang lain."

"Mereka memang takut," kata Muhammad Sabu, Wakil Presiden Partai Islam Se-Malaysia (PAS), yang hadir dalam pertemuan tersebut. "Takut diintip polisi. Malaysia memang seperti negara polisi."

Selama ini, kantor Bersih jarang digunakan untuk rapat. Pertemuan biasanya diadakan di hotel, seperti pertemuan Selasa malam pekan lalu, yang berlangsung di sebuah hotel di dekat Stasiun Asia Jaya.

"Ini lebih untuk kesesuaian saja," kata anggota Steering Committee Bersih 2.0, Wong Chin Huat. Dan yang penting, "Untuk memastikan tempat rapat kami tidak disadap."

Bersih memang menjadi incaran aparat keamanan Malaysia. Kantornya pernah digerebek polisi pada 30 Juni. Satu-dua pekan sebelum aksi 9 Juli lalu, lebih dari 150 orang ditangkap di berbagai tempat karena aktivitas mereka yang berkaitan dengan Bersih.

Dalam aksi protes yang digelar 9 Juli lalu, sebagian besar massa yang datang adalah pendukung Bersih. Sebagian kecil merupakan massa kelompok propemerintah, seperti Perkasa dan Patriot, yang dipimpin Khairy Jamaludin dari Pemuda UMNO.

Pendukung Bersih harus memutar otak untuk menerabas blokade polisi agar bisa berkumpul di Dataran Merdeka. "Banyak yang sudah menginap di hotel di dekat lokasi aksi," kata Tian Chua, tokoh Bersih. Banyak pula yang berdatangan dengan kereta light rapid transit atau bus.

Aksi protes yang berlangsung damai itu dibubarkan paksa oleh polisi yang menggunakan gas air mata dan meriam air. Sejumlah tokoh Bersih, seperti Ambiga Sreenevasan, Tian Chua, dan Muhammad Sabu, ditangkap meski akhirnya dibebaskan.

Hingga pekan lalu, suasana ketakutan masih mencekam Kuala Lumpur. Banyak warga khawatir membawa kaus Bersih karena cemas akan ditangkap polisi. "Dianggap ilegal," ujar seorang warga bernama Ian.

"Mereka memang entitas ilegal," kata Sekretaris Jenderal Barisan Nasional Datuk Seri Tengku Adnan bin Tengku Mansor tentang aksi protes 9 Juli itu. Ia khawatir peristiwa 1969, ketika terjadi kerusuhan antaretnis di Malaysia, bakal kembali meletus. "Ini pelajaran buat kami," katanya.

Toh, para aktivis Bersih bergeming. Secara bergerilya mereka tetap menggelar rapat tertutup. Selasa malam pekan lalu, misalnya, digelar rapat gabungan pertama antara lembaga swadaya masyarakat dan partai politik pembangkang sejak aksi 9 Juli.

Sekitar sepuluh orang mengikuti rapat yang berlangsung sejak pukul 9 hingga sekitar pukul 11 tersebut. Tian Chua terlihat datang terlambat. Sebaliknya, Muhammad Sabu meninggalkan pertemuan lebih awal. Hadir pula Madeleine Chang dari Partai Aksi Demokratik. "Kami merancang aksi berikutnya," kata Madeleine Chang.

Konsolidasi gerakan tak hanya berlangsung di tingkat elite Bersih. Di level bawah juga dilakukan kegiatan untuk menggairahkan semangat para penyokong. Sebuah acara lebih terbuka, misalnya, digelar di Hotel Wentworth, Rabu malam pekan lalu.

Di sebuah ruang di lantai 4 hotel itu, suasana terasa meriah. Satu per satu peserta mengisahkan pengalamannya mengikuti aksi 9 Juli. Banyak dari mereka bukan aktivis atau simpatisan partai. Kebanyakan bahkan baru pertama kali ikut aksi turun ke jalan. "Orang tua saya awalnya menentang rally," kata Ian, 20 tahun. Ia dan dua saudaranya pergi secara diam-diam. Telepon dari ayahnya sengaja diabaikan. Tapi tiba-tiba sang ayah mengirim pesan, "Hi, wait for me to go to the stadium."

Banyak peserta aksi, terutama yang berusia di awal 20-an tahun, tidak mendapat izin dari orang tuanya. Tapi semua nekat. Seorang pemuda mengaku tak bisa tidur hingga pukul empat dinihari. Dia bingung memutuskan apakah ikut aksi atau tidak karena ibunya melarangnya pergi. Namun akhirnya hari itu dia berangkat dengan membawa pasta gigi, bersiap menghadapi semburan gas air mata.

Kesaksian peserta aksi tersebut mengingatkan para pendengarnya pada acara televisi Last Comic Standing. Beberapa kisah yang disampaikan peserta memang membuat hadirin lain terpingkal. Misalnya saat ada yang menirukan orang yang merelakan diri menjadi alas untuk orang lain yang harus melewati pagar yang tajam. Peserta lain menceritakan saat gas air mata sudah begitu tebal dan orang-orang berteriak, "Lari… lari…." "Lari ke mana? Saya tidak bisa melihat apa-apa. Juga penuh orang," ujarnya kocak.

Peserta lain mengisahkan saat dia harus tawar-menawar untuk menggunakan Internet. Begitu tahu dia akan mengikuti aksi Bersih, pengelola kios Internet langsung mengatakan, "Gratis." Si pengelola kios kemudian bahkan menyediakan kacang, lagi-lagi tanpa bayaran.

Ada kesamaan yang mengharukan dari cerita-cerita itu: tumbuhnya solidaritas dan runtuhnya pagar pembatas antaretnis. Massa keturunan Melayu, India, Cina bersatu dan saling membantu. Mereka berbagi makanan dan minuman.

"Saya belum pernah melihat solidaritas seperti ini. Kita orang Malaysia. Kita satu." Tepuk tangan keras menyambut ucapan yang disampaikan di acara yang dihadiri sedikit sekali warga Melayu ini. Kebanyakan peserta merupakan warga keturunan Cina dan India. Namun pujian untuk ras lain terus tercurah, dan banyak sekali pujian untuk warga Melayu. "Saya melihat harapan untuk Malaysia," ujar seorang peserta.

Di level bawah itu, antusiasme penyokong tuntutan Bersih terasa masih menggelegak. Satu kalimat yang kerap digunakan sebagai penutup testimoni para peserta adalah, "Jelas ini bukan keikutsertaan saya yang terakhir."

Sementara itu, para elite Bersih yang didukung Pakatan Rakyat (koalisi oposisi yang terdiri atas Partai Islam Se-Malaysia, Partai Keadilan Rakyat, dan Partai Aksi Demokratik) telah merampungkan pertemuan. Beberapa kesepakatan telah dicapai. Wong Chin Huat menegaskan, Bersih akan menggiatkan penyebaran maklumat tentang tipu muslihat dan kesalahan dalam proses pilihan raya.

Penyebaran maklumat itu akan diwujudkan lewat program Sabtu Kuning. Setiap hari Sabtu, para penyokong Bersih diseru agar mengenakan pakaian kuning. Misalnya bila berkumpul atau bertemu dengan teman di kedai atau saat rekreasi bersama.

Selain itu, Bersih memberi waktu kepada Suruhanjaya Pilihan Raya (Komisi Pemilihan Umum Malaysia) tiga-empat bulan untuk melakukan perubahan. "Kalau tidak ada respons positif, baik dari Suruhanjaya Pilihan Raya maupun dari kerajaan, saya tidak heran pada pengujung tahun akan berlaku aksi lagi yang lebih besar," ujar Wong Chin Huat.

Purwani Diyah Prabandari, M. Masrur (Kuala Lumpur)


8 Tuntutan Bersih:

  1. Bersihkan senarai undi (daftar pemilih)
  2. Reformasi undi pos
  3. Gunakan dakwat (tinta) kekal
  4. Masa kempen (kampanye) minimal 21 hari
  5. Akses media yang bebas dan adil
  6. Kukuhkan institusi awam (lembaga publik), seperti Suruhanjaya Pilihan Rakyat, Badan Kehakiman, Peguam Negara, Polisi Diraja Malaysia, dan Suruhanjaya Pencegah Rasuah Malaysia (lembaga antikorupsi)
  7. Hentikan rasuah
  8. Hentikan politik kotor

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus