Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

<font size=2 color=navy>Palestina</font><br />Diplomasi Orkestra Sang Pencela

Konduktor Daniel Barenboim, yang berdarah Yahudi Rusia dan pemegang paspor Israel, mendapat kewarganegaraan Palestina. Ia kerap mengkritik kebijakan Israel.

4 Februari 2008 | 00.00 WIB

<font size=2 color=navy>Palestina</font><br />Diplomasi Orkestra Sang Pencela
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baton di tangan konduktor Daniel Barenboim ternyata tak kalah sakti dari tongkat penyihir dalam legenda mana pun. Dengan kayuhan yang selalu memukau, lelaki berusia 65 tahun itu sukses mendapatkan empat kewarganegaraan sekaligus: Argentina, Spanyol, Israel, dan—nah ini uniknya—Palestina, yang diperolehnya Sabtu dua pekan silam.

”Adalah kehormatan besar bagi saya mendapatkan paspor Palestina,” ujar Barenboim setelah resital piano karya-karya Beethoven di Ramallah, Tepi Barat. ”Saya menerima (kewarganegaraan) ini karena percaya bahwa nasib rakyat Israel dan Palestina terhubung satu sama lain. Kita diberkahi, atau dikutuk, untuk hidup bersama. Dan saya memilih yang pertama.”

Mantan Menteri Penerangan Palestina Mustafa Barghouti, motor penyelenggaraan konser, menyatakan paspor Barenboim sudah disetujui otoritas Palestina sebelumnya ketika ia masih menjabat sampai Juni 2007.

Anugerah kewarganegaraan Palestina yang diperoleh lelaki berdarah Yahudi Rusia itu tak lepas dari perannya sebagai konduktor West-Eastern Divan Orchestra, nama yang dicuplik dari antologi puisi Johann Wolfgang von Goethe. Ini bukan orkestra biasa, karena anggotanya adalah para musisi muda Arab, Suriah, Libanon, Yordania, Palestina, dan Israel. Adalah Barenboim dan sahabatnya Edward Said, intelektual Amerika-Palestina, yang menggagas ”diplomasi orkestra” ini pada 2002. ”Tujuannya menjembatani perdamaian antara Israel dan Palestina,” tutur Barenboim pada saat pendirian orkestra.

Sebagai seorang musisi, Barenboim, yang sejak umur 12 tahun sudah dijuluki gurunya, komponis Austria Wilhem Furtwaengler, sebagai ”sang fenomena”, sudah menorehkan banyak catatan emas dalam musik klasik. Persahabatannya dengan para maestro seperti Itzhak Perlman, Zubin Mehta, Pinchas Zuckerman, dan Jacqueline du Pre, virtuoso cello yang juga istri pertamanya, membuat kelimanya mendapat julukan ”Trout” Quintet—judul komposisi gubahan Franz Schubert. Padahal mereka lebih suka berkelakar dalam menyebut persahabatan mereka sebagai The Kosher Nostra, sebuah pelesetan dari nama asli mafia Italia (Cosa Nostra) yang digabungkan dengan aturan makan agama Yahudi (Kosher).

Awalnya pemerintah Israel ikut berbangga atas pencapaian gemilang Barenboim di ranah klasik. Namun, sejak era pemerintahan Perdana Menteri Menachem Begin (1977-1983), Barenboim mulai lantang melontarkan kecamannya terhadap strategi pendudukan Israel di tanah Palestina. Pilihan bahasanya pedas, singkat, menusuk. Misalnya ketika Presiden George Bush sibuk mondar-mandir Israel-Palestina pada awal tahun ini sebagai lanjutan kesepakatan Annapolis. Tatkala Bush menyerukan penghentian ”pendudukan” untuk menggambarkan kehadiran tentara Israel di Palestina, Barenboim segera menyambar, ”Sekarang bahkan orang yang tak terlampau cerdas pun bisa melihat bahwa pendudukan harus dihentikan.”

Tapi tak ada yang lebih menjengkel-kan Israel dibandingkan konser Barenboim pada 7 Juli 2001 yang digelar sebagai bagian dari Festival Israel di Yerusalem. Saat itu konduktor yang tinggal di Berlin itu—pemerintah kota Berlin lalu mengangkatnya sebagai Music Director Berlin State Orchestra seumur hidup—mencuplik bagian opera Richard Wagner Tristan und Isolde untuk dimainkan. Sebab, di Israel, sejak 1938, berkembang sebuah sikap untuk tak memutar, apalagi menampilkan secara langsung karya-karya Wagner, komponis Jerman yang dinilai anti-Semit, bahkan menjadi inspirasi bagi Adolf Hitler.

Tak ada yang bisa menghentikan Barenboim, tak juga gerutuan warga Israel atas kerelaan sang konduktor menerima paspor Palestina seperti sindiran di sebuah blog Israel. ”Jika masih mungkin, Barenboim pasti akan menerima kewarganegaraan Nazi Jerman juga.”

Akmal Nasery Basral (Haaretz, BBC, The Guardian)


Daniel Barenboim

Lahir:

  • 15 November 1942, Buenos Aires, Argentina

Konser pertama:

  • Agustus 1950 (tujuh tahun) sebagai pianis

Pengalaman:

  • Konduktor Philharmonia Orchestra, London (1967)
  • Music Director Orchestra de Paris (1975-1989)
  • Music Director Chicago Symphony Orchestra (1991-2006)
  • Konduktor tamu La Scala Opera House, Milan (2006)
  • Music Director Berlin State Opera (1992-sekarang)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus