Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

<font size=2>Venezuela</font><br />Kalah, tapi Masih Punya El Commandante

Chávez gagal meloloskan amendemen konstitusi dalam referendum. Ia masih punya waktu lima tahun.

10 Desember 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kerumunan pendukung Presiden Hugo Chávez yang memenuhi halaman depan istana kepresidenan Miraflores dirundung duka, Ahad malam 2 Desember lalu. Seorang pria termangu dengan selembar poster bertulisan ”Si” di tangannya. Siang tadi ia mencoblos ”Si” alias ”ya” untuk perubahan konstitusi demi mendukung sang Commandante. Malam itu berlalu tanpa suara-suara klakson mobil yang memekakkan telinga dan musik yang ingar-bingar sebagaimana telah direncanakan.

Lewat referendum itu, Chávez, 53 tahun, meminta dukungan rakyat Venezuela terhadap amendemen konstitusi yang—antara lain—memberikan peluang kepadanya buat mencalonkan diri sebagai presiden untuk ketiga kalinya, memperpanjang masa kekuasaan presiden dari enam tahun menjadi tujuh tahun, mengurangi jam kerja maksimum dari delapan menjadi enam jam, serta memberikan jaminan pensiun bagi ibu rumah tangga dan pekerja sektor informal. Bagi Chávez, referendum atas amendemen konstitusi ini merupakan ”perang suci” dalam rangka mewujudkan ”sosialisme abad ke-21”.

Tapi rupanya popularitas Chávez yang pernah dipetiknya lewat pemilu tahun lalu—ia menyabet 63 persen suara—tak bisa diandalkan kali ini. Ia kalah tipis. Sebanyak 51 persen pemilih menolak usul Chávez mengubah konstitusi; hanya 49 persen yang mendukung. Tak aneh, Chávez yang dinanti-nanti tak kunjung muncul di balkon istana. Ia justru muncul di layar raksasa dalam tayangan televisi dari balik meja di dalam istana dengan pengakuan kekalahan yang menyedihkan bagi kebanyakan pendukungnya. ”Mungkin saya membuat kesalahan soal waktu (referendum), ketika mungkin kita tak cukup dewasa secara politik,” katanya.

Chávez menenangkan pendukungnya, yang sebagian besar kaum papa. ”Jangan bersedih. Untuk sekarang, kita belum dapat melakukannya,” katanya. Toh, Nelly Hernandez, 37 tahun, tak kuasa menahan air matanya. ”Sulit menerima hal ini. Tapi Chávez tak akan meninggalkan kami. Dia akan tetap di sana untuk kami,” kata pedagang kaki lima ini seraya tersedu. Chávez sendiri memberi selamat kepada para penentangnya. ”Saya mengakui keputusan yang telah dibuat rakyat,” katanya. Presiden George W. Bush pun cepat memberi selamat kepada pemenang pemilu. ”Mereka memilih untuk demokrasi,” ujar Bush.

Sentimen sukacita juga menyebar di kawasan permukiman penduduk kaya, Altamira, di Karakas. Para penentang Chávez meluapkan kemenangan dengan menari salsa di jalanan, menabuh genderang, menyulut kembang api, dan berpelukan. ”Tak bisa dipercaya! Kita menang,” teriak seorang pria. Sebagian besar dari mereka, mahasiswa, berkerumun di luar markas kampanye kubu oposisi, yang juga dihadiri bekas kandidat presiden Teodoro Petkoff. ”Ini adalah awal berakhirnya (kekuasaan) Chávez. Kami telah bersumpah menghajarnya,” ujar Edwin Sanchez, 27 tahun, mahasiswa dari kelas menengah atas yang ikut berdemonstrasi menentang amendemen konstitusi.

Mereka, terutama yang berasal dari kelas menengah dan kelas atas, sangat membenci Chávez. Mereka menyebut Chávez penghasut, diktator, dan kini lebih buruk lagi: pecundang. Tapi Chávez belum sepenuhnya takluk, dan ia berjanji akan meyakinkan mereka—”Saudara kita yang ragu, yang takut terhadap sosialisme,” ujar Chávez.

Dia telah mengajukan 33 perubahan. Dan kini majelis nasional (parlemen) yang terdiri atas para pendukung Chávez mengajukan 36 usul perubahan lagi. Termasuk memberi presiden wewenang mengontrol bank sentral, membentuk provinsi baru yang diperintah oleh pejabat yang diangkat oleh pemerintah pusat, menurunkan usia pemilih dari 18 menjadi 16 tahun, dan memperluas kewenangan presiden selama bencana alam atau ”keadaan darurat” politik. Usul perubahan itu juga termasuk menetapkan jam kerja maksimum 6 jam per hari dan 36 jam per minggu.

Menurut Chávez, amendemen konstitusi ini akan memberikan kekuasaan lebih besar kepada rakyat dan memotong belitan birokrasi pemerintah provinsi sehingga uang hasil kekayaan minyak Venezuela bisa mengalir bebas untuk program sosial. ”Paket reformasi ini diperlukan untuk membangun perekonomian sosialis yang baru,” katanya.

Tapi usul yang paling sensitif adalah mengizinkan presiden mencalonkan diri berkali-kali tanpa batasan. Di sinilah para penentangnya melihat kilatan ambisi pribadi Chávez terhadap kekuasaan. Berdasarkan konstitusi sekarang, Chávez harus mundur saat berakhir masa jabatan keduanya pada Januari 2013.

Bagi Jenderal Raúl Baduel, bekas menteri pertahanan yang berubah haluan menjadi penentang Chávez, amendemen konstitusi itu merampok kekuasaan dari rakyat dan menjerumuskan Venezuela ke dalam bencana. ”Kita sedang memberikan kekuasaan seenaknya kepada satu orang untuk mengambil keputusan yang sukar dipahami tentang arah negeri ini,” ujar Baduel.

Tapi, bagi pendukung sejati Chávez semacam Darleny Córdoba, 24 tahun, menjadikan Chávez presiden seumur hidup justru diinginkan agar hidup mereka tak terlindas sistem kapitalisme yang mencekik. Nona Córdoba memperoleh bantuan pemerintah bersama sekelompok temannya sebesar US$ 12 ribu untuk mendirikan kedai makan. ”Saya kira reformasi ini baik. Tak ada yang salah, bahkan lebih baik dari sebelumnya,” ujar Córdoba, yang mengaku memilih ”Si” dalam referendum.

Jadi kenapa amendemen konstitusi ditolak, bahkan oleh pendukung Chávez? Masalah muncul dari pendukung moderat Chávez yang ragu terhadap arah amendemen konstitusi itu. ”Sebelumnya, saya tak pernah absen memilih Chávez, tapi kali ini berbeda. Saya khawatir dengan arah amendemen konstitusi ini,” ujar Jonathan Machado, 25 tahun, sopir taksi di Kota Barinas. ”Saya ingin ia sebagai presiden, tapi terkendali.”

Pendukung Chávez lainnya berubah sikap karena frustrasi akibat kelangkaan bahan makanan seperti telur, gula, dan khususnya susu. Di Kota Sabaneta, misalnya, kelangkaan susu membuat persediaan 18 karton susu di toko segera ludes dalam waktu empat menit.

Sabaneta adalah kampung halaman Chávez. Di tempat itulah akan dibangun museum untuk dipersembahkan kepada putra terbaiknya, sang Presiden. Krisis susu dan lain-lain itu telah membuat pendukung moderat Chávez berubah sikap. Buktinya, jumlah pemilih yang datang ke tempat pencoblosan hanya 55 persen, tingkat partisipasi terendah dalam pemilu di Venezuela. Selebihnya menentang Chávez dengan mengurung diri di rumah. ”Ketidakhadiran mengalahkan kita. Ini pelajaran bagi kita,” ujar Chávez.

Menurut analis politik, Chávez terburu-buru menyodorkan amendemen konstitusi itu, tanpa sosialisasi dan diskusi yang cukup. Ini menunjukkan rasa percaya diri yang berlebihan yang terakumulasi menjelang 10 tahun ia berada di tampuk kekuasaan. ”Kekalahan Chávez akan mendorong introspeksi di dalam gerakan Chávez yang selama ini tak ada debat kritisnya,” ujar Steve Elner, analis politik di Universitas Oriente di kawasan timur Venezuela. Menurut Elner, yang menggerogoti kemenangan politik Chávez kali ini antara lain tekanan yang berlebihan untuk mengegolkan gagasan sosialisme yang diagungkan Chávez.

Bahkan loyalis Chávez yang disebut ”Chavista” semacam Pedro Luis Urbina, 33 tahun, bersikap mendua. Ia mengaku mencoblos ”ya” dalam referendum meski tak setuju dengan paket amendemen konstitusi itu. ”Saya senang karena tak ada yang menang,” kata sopir bus ini. ”Tapi saya tetap punya Presiden Chávez.” Dan Chávez masih punya waktu lima tahun lagi hingga 2012 untuk meluruskan sikap pendukungnya semacam Urbina yang masih bengkok dengan 69 pasal amendemen konstitusi.

Raihul Fadjri (The Guardian, El Universal, NY Times, Reuters, BBC)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus