KAPAL pesiar Achille Lauro dibajak dan Leon Klinghoffer tewas. Tapi itu belum cukup. Tidak kurang dari Perdana Menteri Italia Bettino Craxi dibaptis jadi korban, Kamis pekan lalu. Craxi menyerahkan surat pengunduran diri kepada Presiden Francesco Cossiga sesudah Giovanni Spadolini menarik dukungan Partai Republik untuk kabinet koalisi yang dipimpinnya. Singkat kata, Kabinet Craxi jatuh sesudah berjaya menciptakan stabilitas politik, menekan laju inflasi sebatas 9% dan melumpuhkan sarang Mafia di Sisilia. Seorang pengamat mencatat bahwa baru sekali ini sepanjang sejarah Italia ada kabinet yang jatuh karena kebijaksanaan politik luar negerinya. Harus diakui, kejatuhan Craxi sama tragisnya dengan pembajakan yang dialami kapal Italia, Achille, dua pekan berselang. Empat gerilyawan Palestina bersenjata, menurut pengakuan mereka, berlayar menumpang Achille hanya untuk turun di pelabuhan Ashdod, Israel. Di sana mereka akan mencetuskan kerusuhan dengan target agar 50 warga Palestina bisa dibebaskan dari penjara Israel. Tapi rencana tiba-tiba batal karena senjata yang mereka selundupkan diketahui awak kapal. Panik dan gugup, mereka akhirnya membajak Achille di lepas pantai Port Said, Mesir. Leon Klinghoffer, seorang turis Amerika yang lumpuh, tewas di tangan mereka. Kematian ini membuat Presiden Ronald Reagan berang. Dan amarahnya ternyata berbuntut panjang. Menurut Spadolini, kabinet koalisi yang dipimpin Craxi sudah tidak dapat dipertahankan lagi karena sebagai menhan ia tidak diajak berkonsultasi, khususnya dalam upaya menangkal pembajakan Achille dan memutuskan pembebasan Abu Abbas. Spadolini merasa terhina karena walaupun ia memboikot sidang kabinet terbatas, Craxi tetap saja meneruskan sidang, malah memastikan bahwa kuorum terpenuhi. Sebagai tokoh Partai Republik, Spadolini condong bersimpati pada AS dan Israel. Sejajar dengan itu, ia terang-terangan menentang pembebasan Abu Abbas, salah seorang pemimpin PLF (Palestine Liberation Front) yang, menurut berbagai sumber AS, dinyatakan "berbahaya". Sebab, Abbas tidak sekadar berunding dengan para pembajak Achille, tapi juga mengotaki pembajakan kapal itu. Oleh Craxi, Abbas justru diizinkan terbang di Yugoslavia, padahal AS gencar sekali menuntut ekstradisi orang ini kepada Roma. Sekarang, tokoh PLF itu bebas berkelana, sedangkan Craxi terjerumus demi kepentingannya. Tragis, memang. Namun, perdana menteri yang berwatak keras itu tidak menyerah begitu saja. Dalam pidatonya di hadapan Majelis Rendah Italia - beberapa waktu sebelum menghadap Presiden Cossiga, Craxi mengungkapkan beberapa bagian gelap yang berkait dengan pembajakan Achille, penyergapan atas Boeing 737 EgyptAir, dan berbagai hal yang terjadi sesudah pesawat niaga Mesir itu mendarat terpaksa di Sigonella, pangkalan NATO, di Sisilia. Yang paling menarik dari pidato Craxi ialah penjelasan tentang hampir terjadinya bentrok antara tentara Italia dan pasukan khusus AS di Sigonella. Mereka memperebutkan pembajak Achille karena Presiden Reagan memerintahkan keempat Palestina itu diterbangkan ke Washington. Craxi, sebaliknya, mengharuskan para pembajak dikirimkan ke Roma untuk diadili menurut hukum yang berlaku di Italia. Atas instruksi Reagan tentara Amerika mundur, sementara sumber lain menyatakan, hal itu terjadi karena tentara Italia jauh lebih besar jumlahnya. Walaupun tidak merinci sampai ke jumlah, pidato Craxi telah dengan resmi membuktikan bahwa tidak ada kerja sama yang baik antara AS dan Italia seperti diduga semula. Bertolak dari kenyataan ini adalah mengherankan jika Washington terlalu jauh mendiktekan kehendaknya kepada Roma, termasuk soal ekstradisi Abu Abbas. Pendaratan EgyptAir di Sigonella juga tidak disetujui Italia. Menlu Andreotti sudah mengharuskan pesawat Mesir itu didaratkan di salah satu bandar udara milik Italia, tapi ini tidak dihiraukan AS. Bahkan Washington tidak merundingkan soal pendaratan di Sigonella itu dengan Roma, seperti yang diungkapkan jaringan tv Amerika, CBS. Penyergapan terhadap EgyptAir juga baru dibocorkan Kedutaan AS pada pemerintah Italia ketika jet tempur F-14 Tomcat sudah muncul di layar radar pangkalan NATO di Sigonella. Rekonstruksi berbagai kejadian itu menunjuk pada satu hal, bahwa AS secara tidak langsung telah menggali lubang untuk kejatuhan Craxi. Tanpa berterima kasih untuk kesabaran yang diperlihatkan Roma, Washington sebaliknya menuduh Italia telah membuat kesalahan besar dengan membebaskan Abu Abbas. Seirama dengan itu, Reagan juga menolak meminta maaf kepada Mesir - karena telah membajak EgyptAir seperti yang dituntut Presiden Husni Mubarak. Tak dapat tidak hubungan AS dengan Italia dan Mesir memburuk. Seakan berusaha memperbaiki situasi, Reagan mengutus Wakil Menlu John C. White-head ke Roma dan Kairo sejak akhir pekan lalu. Kepada Craxi ia menitipkan surat pribadi, mengharapkan kehadiran bekas PM itu dalam sidang puncak negara-negara Barat di New York. Surat yang diawali tulisan berbunyi "Dear Bettino" dan diakhiri dengan "Sincerely Ron" telah disambut hangat oleh Craxi. TAPI bagaimana dengan masa depannya sebagai politisi? Ada pengamat meramalkan, Presiden Cossiga akan menunjuk seorang formatir baru, ada juga mengunggulkan Craxi. Ternyata ramalan kedua yang benar. Senin awal pekan ini, Presiden Cossiga kembali mempercayakan pembentukan kabinet baru pada Bettino Craxi, tokoh Partai Sosialis, yang oleh majalah The Economist dijuluki orang kuat Eropa masa kini. Isma Sawitri Laporan kantor-kantor berita
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini