Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

10 menit horor di masjid Ibrahim

Untuk pertama kali Yasser Arafat bereaksi keras. ia menuduh konspirasi militer israellah yang melakukan pembantaian ini. perdamaian PLO-Israel terancam ambruk.

5 Maret 1994 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEKALI tepuk, 50-an orang tewas. Inilah pembantaian tersingkat dan terbesar korbannya dalam sejarah pendudukan Israel, dan mungkin menentukan berlanjut atau tidaknya perdamaian di Timur Tengah. Jumat subuh, seorang yang kemudian dikenal sebagai Baruch Goldstein keluar dari permukiman Yahudi di Kiryat Arba, Tepi Barat. Ia berjalan menuju Masjid Ibrahim di Hebron, sekitar satu kilometer dari Kiryat Arba, 30 km dari Yerusalem. Menurut saksi mata, ia tiba di masjid sekitar pukul 05.20, dan ketika itu sekitar 500 jemaah sedang khusyuk melakukan salat subuh. Tiba-tiba, di tangan Goldstein sudah bertengger senjata otomatis Galil buatan Israel yang langsung menghamburkan peluru. Tujuh orang tewas dalam sekejap. Lalu dengan tenang, bak mengganti alat suntik, Goldstein yang dokter itu, yang konon oleh teman-temannya dikenal lembut dan tak bakal tega membunuh seekor lalat pun, mengganti magasin senjatanya, dan kembali memberondong jemaah yang ketika itu sudah lintang-pukang. Penggantian magasin itu terjadi beberapa kali, sebelum pembantai berjanggut itu membuang senapannya dan menggantinya dengan sepucuk revolver. Setidaknya 53 orang tewas seketika, 200-an luka-luka. Horor ini berjalan 10 menit, sebelum Goldstein bunuh diri. Ia meninggalkan secarik kertas bertuliskan: "Saya senang kerja untuk Anda. Semoga Tuhan membantu Anda melayani masyarakat yang diberkati ini. Dengan penuh cinta. Baruch G." Pembantaian ini terjadi di tengah harapan PLO dan Israel menemukan kompromi berdirinya pemerintahan otonomi Palestina di Gaza dan Yerikho. Dan untuk pertama kali sejak proses perdamaian itu, Yasser Arafat bicara keras, "Bukan saya yang menunda proses perdamaian, tapi Rabin." Bagi Arafat, ini pengkhianatan luar biasa. Ia yakin, penembakan di Masjid Ibrahim itu dilakukan oleh sebuah konspirasi angkatan bersenjata Israel. "Bagaimana mungkin itu hanya dilakukan oleh seorang dokter?" kata Arafat. PLO pun menarik pulang semua juru rundingnya. Di wilayah pendudukan sendiri, kemarahan meledak dengan garang. Warga Palestina turun ke jalan, batu-batu beterbangan, dan api serta asap hitam tampak di mana-mana, hanya beberapa jam setelah tragedi Hebron. Bentrokan dengan militer Israel pun tak mungkin dielakkan. Di Jalur Gaza, delapan warga Palestina tewas dan puluhan lainnya terluka. Di Kota Yerikho, yang akan dijadikan pusat pemerintahan Palestina, tujuh orang Arab tewas. Siangnya, sehabis salat Jumat, Tembok Ratapan, tempat suci Yahudi di Yerusalem, diserbu lebih dari 100.000 jemaah muslim. Sampai Sabtu sore pekan lalu, jumlah korban di Tembok Ratapan belum diumumkan. Dari Damaskus, Yordania, suara kelompok radikal PLO yang sejak awal menentang perdamaian mengumandangkan ancaman pembalasan. "Brigade Ezul-din al-Qassam tak akan tinggal diam," tulis ancaman pernyataan yang diteken Abu Mohammad Mustafa, wakil organisasi Islam radikal Hamas. Sedangkan tentara Israel bereaksi secara sistematis. Permukiman Kiryat Arba yang dihuni 800 jiwa, tempat sang pembantai berasal, diisolasi. "Mereka dilarang keluar masuk tanpa izin dari militer," kata Yossi Sarid, menteri lingkungan, seusai menghadiri sidang kabinet darurat di Tel Aviv, Jumat itu juga. Tentu ini sekaligus melindungi permukiman Yahudi itu dari balas dendam warga Palestina. Benarkah tuduhan Arafat bahwa ini merupakan aksi komplotan militer Israel? Siapakah yang dimaksud dengan "Anda" oleh Goldstein sang pembantai itu? Goldstein, 42 tahun, dikenal sebagai pendukung Kahane Chai, kelompok radikal Yahudi anti Arab. Kelompok ini dipimpin oleh Neir Kahane, seorang Zionis fanatik yang pada tahun 1990 dibunuh di New York. Mungkin saja, yang dimaksud dengan "Anda" itu adalah pemimpin organisasi ini. Yang jelas, Azziz al-Hashmami, salah seorang saksi mata, melihat empat atau lima orang yang juga memberondongkan senapan otomatis ke arah masjid. Hussein Al Rajabi, saksi yang lain, malah melihat seorang warga Yahudi membantu memasok amunisi kepada para penembak gelap yang jumlahnya lebih dari satu orang. PLO memperkirakan, pembantaian itu dilakukan oleh sedikitnya 30 orang. Kantor berita AFP di Yerusalem menerima telepon dari kelompok "Pengikut Setia Tuhan Israel", yang mengaku bertanggung jawab atas pembantaian terburuk di Hebron itu. Tak jelas, adakah pembantaian ini ada hubungannya dengan bentrokan semalam sebelumnya, ketika warga Palestina yang muslim terlibat perkelahian dengan kaum Yahudi yang ingin merayakan hari Purim, peringatan bebasnya kaum Yahudi dari kekuasaan Kerajaan Persia. Apa kata Perdana Menteri Yitzhak Rabin? Ia minta maaf, dan mengutuk pembantaian itu. "Saya serukan kepada warga Arab dan Yahudi agar mengendalikan aksi-aksi yang bisa memperburuk situasi," ujarnya. Rabin kini ditantang Arafat untuk melucuti 120.000 pemukim Yahudi di wilayah pendudukan, di Gaza dan Tepi Barat, yang diizinkan oleh militer Israel menyandang senjata. Ini memang kebijaksanaan pada masa pemerintahan Yitzhak Shamir, yang membolehkan warga Israel membalas menembak bila diancam orang Palestina. Andai Rabin bisa melakukannya, tetap terbuka insiden yang bisa meruntuhkan perdamaian ini: balas dendam warga wilayah pendudukan sendiri, dan aksi kelompok radikal PLO yang memang tak ingin berdamai dengan Israel.Didi Prambadi (Jakarta) dan Dja'far Bushiri (Kairo)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum