MALAM itu penduduk Seoul tiba-tiba dikejutkan oleh banyaknya
barikade yang dipasang di sekitar jalan penting yang menuju
gedung pemerintahan atau kediaman pejabat. Bahkan ratusan tank
dan kendaraan berlapis baja bergerak ke wilayah yang dianggap
penting. Suara desingan peluru terdengar di bagian tenggara
Seoul, dekat kediaman Jenderal Chung Seung-hwa, penguasa keadaan
darurat dan Kepala Staf Angkatan Darat.
Ada apa? Polisi Militer bersama Komando Keamanan AD rupanya Rabu
pekan lalu itu bermaksud menahan Jenderal Chung. Tapi pihak
pengawalnya melawan hingga suatu pertempuran tak bisa
dihindari. Dia akhirnya berhasil ditangkap setelah satu jam
pertempuran. Penangkapan ini dilakukan atas perintah Jenderal
Thun Doo-hwan, Kepala Tim Pemeriksa kasus pembunuhan Presiden
Park Chung-hee, yang mendapat persetujuan dari Presiden Choi
Kyu-hah.
Jenderal Chung yang pada malam pembunuhan Park berada sekitar
100 meter dari tempat kejadian itu -- masih dalam kompleks
gedung KCIA -- dituduh terlibat dalam peristiwa itu. Namanya
terseret setelah Mahkamah Militer mengadili Kim Jae-kyu,
Direktur KCIA, yang membunuh Park. Sebelum itu kalangan pengamat
juga sudah mencurigai keterlibatan Chung.
Dengan ditangkapnya Chung, paling tidak misteri pembunuhan mulai
terungkap. Tapi kalangan pengamat di Seoul melihat bahwa suatu
perebutan kekuasaan terselubung terjadi di kalangan militer yang
menyebabkan Jenderal Chung ditangkap. Dan ini, menurut mereka
merupakan gerakan yang berhasil dari suatu kelompok jenderal
melawan kelompok jenderal lainnya. Namun mereka percaya bahwa
gerakan ini tak akan menggulingkan pemerintahan Presiden Choi
Kyu-hah yang baru terpilih 2 pekan lalu.
Begitupun suatu tanda tanya besar masih tetap menyertai
serangkaian peristiwa akhir-akhir ini di Korea Selatan. Pertama,
terpilihnya Choi sebagai presiden secara mudah, walaupun dia
hanya seorang birokrat. Kedua, perubahan susunan kabinet Jumat
pekan lalu, yang menyingkirkan Menteri Pertahanan Ro Jae-kyu
dari kedudukannya. Ketika terjadi penangkapan Chung, dia berada
dalam tempat perlindungan di Markas Besar tentara AS. Sebuah
sumber mengatakan bahwa Ro Jae-kyu malam itu - setelah
meninggalkan tempat perlindungan -- kemudian bergabung dengan
pasukan pengawal Jenderal Chung.
Yang jelas, begitu peristiwa penangkapan itu terdengar di
Washington, Deplu AS langsung memperingatkan agar kekuatan yang
ada di Kor-Sel tidak merusak jalan ke arah demokrasi. "Tindakan
itu akan berakibat buruk bagi hubungan Korsel-AS," kata
jurubicara Deplu AS. Dan hari itu juga pasukan AS di Korsel yang
berkekuatan 38.000 orang segera dalam keadaan siaga. Kepada
pemerintah Korea Utara, diperingatkannya pula supaya tidak
memanfaatkan situasi yang sedang berlangsung di Korsel.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini