AKIBAT pertempuran yang terus berlangsung -- antara pasukan
Vietnam dan sisa pasukan rezim Pol Pot -- sekitar 120.000 perang
Kambodia telah mengungsi ke Muangthai. Bahkan 80.000 penduduk
Muangthai yang berdiam di sekitar perbatasan terpaksa
meninggalkan kampung halamannya karena merasa terancam.
Kenyataan semakin gawat itu rupanya rnendorong para Menlu ASEAN
untuk mengadakan sidang 'tidak resmi' pekan lalu di Kuala
Lumpur. Menlu Muangthai Upadit Pachariyangkun semula mengusulkan
supaya mereka dapat bersidang. Namun sidang yang semula
direncanakan akan berlangsung selama hari itu ternyata hanya
berlangsung 1 hari saja. Satu di antara keputusannya -- yang
agak mengagetkan -ialah ditunjuknya Menlu Malaysia, Tengku Ahmad
Rithauddeen, selaku Ketua Panitia Tetap ASEAN, untuk melakukan
perundingan dengan pemerintah Hanoi. Pendekatan itu dianggap
mendesak, walaupun Hanoi tetap tak pernah mengakui ASEAN.
Maka itu Menlu Mochtar Kusumatmadja, sepulangnya dari Kuala
Lumpur mengatakan bahwa kunjungan Rithauddeen itu merupakan awal
dari suatu usaha mencari landasan bersama antara ASEAN dan
Vietnam. Artinya, ASEAN sendiri mungkin tak berharap banyak dari
kunjungan Rithauddeen itu. "Paling tidak kunjungan itu akan
membantu menjernihkan kecurigaan Vietnam terhadap ASEAN,"
tambah Mochtar.
Norodom Sihanouk
Begitupun suatu usul Muangthai yang menghimbau PBB untuk
mengirimkan tim peninjau ke perbatasan dan supaya menambah
tenaga petugas yang membantu para pengungsi, berhasil menjadi
keputusan bersama ASEAN. Sedang masalah pencabutan pengakuan
Inggris terhadap rezim Pol Pot yang semula diduga akan menjadi
bahan pembicaraan hangat tampaknya dilewatkan begitu saja.
Sebelumnya Menlu Singapura Sinnathamby Rajaratnam menyesalkan
tindakan Inggris itu, yang menurut dia, hanya akan menambah
rumitnya usaha ASEAN bagi penyelesaian politik di Kambodia.
Memang perkembangan terakhir di kawasan itu sudah ruwet. Akan
sukar dicapai suatu penyelesaian politik yang memuaskan semua
pihak. Suatu rumusan yang tepat, jika diusulkan, mungkin juga
akan sia-sia.
Rajaratnam dalam suatu wawancara sebelum sidang Menlu ASEAN tadi
mengatakan bahwa Pangeran Norodom Sihanouk, bekas kepala negara
Kambodia, bisa diharapkan menjadi pemimpin yang baik bagi negara
itu. Namun sidang Menlu ASEAN itu memutuskan tetap melanjutkan
pengakuannya pada pemerintah Demokrasi Kambodia yang dipimpin
Pol Pot.
"Tapi itu tidak berarti tanpa reserve," kata Mochtar. "Kita tak
bisa menutup mata terhadap kekejaman yang telah dilakukan Pol
Pot."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini