Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DI sebuah kedai kopi di Portsmouth, Amerika Serikat, seorang perempuan paruh baya berdiri dan bertanya dengan lembut kepada Hillary Clinton: ”Bagaimana Anda bisa lelah tapi tetap tampil hebat?”
Dan runtuhlah citra wanita baja yang ditampilkan kandidat Presiden Amerika dari Partai Demokrat itu. Istri Bill Clinton, Presiden Amerika ke42, itu tersetrum hatinya. Dengan air mata mengambang, Hillary, 60 tahun, mengakui kegiatan kampanye yang memanas membuat ia lelah. ”Tapi ini sangat personal untuk saya. Ini bukan sekadar politik,” katanya. Suaranya bak orang tercekik. Tepuk tangan dari puluhan perempuan lokal yang ada di kedai itu langsung menyambut.
Momen air mata itu muncul sehari sebelum kaukus Negara Bagian New Hampshire, pemilihan uji coba kedua yang terjadi dalam dua pekan terakhir. Dan terbukti, strategi ini berhasil mendongkrak kemenangan Hillary. Ia menang tipis (39 persen) dari Barrack Obama (37 persen), yang lebih dulu menuai dukungan perempuan dalam keunggulannya dua pekan lalu di Iowa. Sementara itu, Partai Republik punya dua kandidat yang berbeda untuk masingmasing Iowa dan New Hampshire: Mike Huckabee dan John McCain.
Sejumlah pemilihan uji coba seperti ini masih akan dilalui para kandidat sebelum konvensi Partai Republik dan Partai Demokrat memutuskan calon presiden tunggalnya tiga bulan mendatang. Baru pada 4 November, delapan bulan lagi, rakyat Amerika menentukan pilihan final atas presiden berikutnya setelah George W. Bush yang berkuasa dua periode berturutturut.
Di kedai kopi itu, Hillary menyatakan ketulusannya dalam memperbaiki keadaan. ”Saya sudah mendapat banyak sekali kesempatan dari negeri ini. Saya tak mau melihat kita semua bergerak mundur,” katanya.
Harian Chicago Tribune melihat tangis Hillary itu sebagai kunci kemenangannya. ”Saat ini, air mata berlinang membantu, bukannya menjatuhkan. Persis kebalikan dari momen Muskie,” editorial harian ini menulis. Penulisnya merujuk pada Senator Ed Muskie, yang justru menuai kekalahan—setelah merajai di posisi depan—pada 1972 tatkala menunjukkan air mata dalam kampanye.
Hillary sedang mengukir sejarah. Inilah pertama kalinya Amerika Serikat memiliki perempuan sebagai kandidat presiden. Untuk pertama kalinya pula, seorang perempuan bisa unggul dalam pemilihan primer, yang mewakili suara publik di sejumlah negara bagian kunci. Dalam perjuangannya menuju Gedung Putih itu, secara konsisten Hillary selalu menampilkan sosok yang kuat dan stabil. Namun, tak dapat disangkal, Hillary juga bisa menggunakan ”keperempuanannya” sebagai sesuatu yang tak dimiliki kandidat lain.
Lebih dari separuh pemilih primer yang datang ke bilik suara di New Hampshire adalah perempuan. Sebagian besar dari mereka memilih Hillary, termasuk mereka yang berumur 40 tahun atau lebih. Dari kelompok usia ini, ia mendapat 70 persen suara. Di tangan mereka, Hillary berada di tempat teratas, setelah dua pekan lalu ia hanya mampu berada di posisi ketiga, setelah Obama dan John Edwards, kandidat wakil presiden dalam pemilihan presiden 2004. ”Minggu lalu, saya mendengar kalian, dan menemukan diri saya kembali,” kata Hillary, senator Negara Bagian New York, mengomentari kemenangannya.
Banyak analis mengatakan, perubahan yang terjadi pada pemilih perempuan sangat penting bagi kemenangan Hillary. ”Saya cuma punya satu kata, saya akan pilih perempuan,” kata analis CNN Bill Schneider, ”Suara perempuan kembali ke tangannya.”
Tak ada yang menduga Hillary akan unggul di New Hampshire. Bahkan, pada awal pekan, ketika ia dan suaminya bergerilya turun langsung menyapa rakyat, publik New Hampshire tak terlalu antusias meresponsnya. Tatkala ia berbicara di aula sekolah Winnacunnet hampir dua jam penuh, menjawab berbagai pertanyaan dengan penuh tawa dan perhatian, separuh lebih audiens pergi, meninggalkan dua pertiga bangku aula yang kosong melompong
Kurie Suditomo (The Times, CNN, Reuters)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo