Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Akhir masa bulan madu

Pm mahathir membubarkan parlemen dan mempercepat jadwal pemilu. ia sendiri masih ragu barisan nasional akan berjaya lagi. keretakan umno semakin tampak ke permukaan. sementara oposisi terbelah 2.(ln)

26 Juli 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SAAT-SAAT yang ditunggu akhirnya datang juga. Jumat pekan lalu, seusai sidang Majelis Tertinggi Barisan Nasional, PM Mahathir mengucapkan niatnya membubarkan Dewan Rakyat (parlemen). Maka, jalan menuju Pilihan Raya, yang di jadwalkan 2-3 Agustus 1986, terbuka lebar. Cukup mengagetkan, memang. Padahal, seminggu sebelumnya, di hadapan massa pendukungnya di Johor, ia masih meyakinkan semua pihak bahwa pesta demokrasi tidak akan diselenggarakan sebelum masa bakti parlemen berakhir Juni tahun depan. Dalam wawancaranya dengan TEMPO belum lama berselang, Mahathir juga mengungkapkan keraguannya bahwa Barisan Nasional akan bisa menang seperti pada Pemilu 1982. Katanya, "Tahun itu kami berada pada honeymoon period. Saya baru saja mengambil alih jabatan perdana menteri. Orang tidak sempat memburuk-burukkan nama saya." Lalu apa sebab ia senekad itu? Harus diakui bahwasanya Mahathir cukup lihai untuk menjaga keseimbangan Barisan Nasional dengan keberhasilannya meredam konflik-konflik yang dapat memecah-belah persatuan koalisi 13 partai itu. Antara lain sengketa politik di Sabah dan Sarawak. Kemudian ancaman MCA dan Gerakan untuk hengkang. (Justru langkah tersebut diambil oleh partai Berjaya, anggota Barisan Nasional dari Sabah, pekan lalu, lantaran mereka hanya mendapat kesempatan satu kursi pada pemilihan anggota Dewan Rakyat). Karena itu, tidaklah mengherankan jika tindakan membubarkan parlemen, selain membuka jalan untuk pemilu, juga dimaksudkan sebagai upaya untuk meniadakan kemungkinan munculnya faktor-faktor baru yang makin mengancam keutuhan Barisan Nasional. Namun, ia masih harus membenahi partainya sendiri, Pertubuhan Kebangsaan Melayu Bersatu (UMNO). Sudah bukan rahasia bahwa benih-benih keretakan telah tumbuh subur di sana. Terutama setelah Muktamar UMNO 1981 dan 1984, ketika Datuk Musa Hitam dan Tengku Razaleigh Hamzah saling memperebutkan kursi deputi presiden UMNO -- yang akan memberi peluang menjadi Timbalan PM Malaysia. Mundurnya Musa Hitam dari pos deputi PM dan menteri dalam negeri sebenarnya makin memperlihatkan keretakan tersebut. Polarisasi itu kabarnya muncul kembali pada perebutan jabatan kursi ketua Pemuda UMNO: Anwar Ibrahim yang sekarang menteri pendidikan, belia, dan sukan melawan Syed Hamid Albar. Kata sebuah sumber, pertarungan tersebut kembali "merupakan adu kekuatan tersamar antara kubu Mahathir dan Musa". Sementara itu, masih setumpuk masalah lain yang siap mengganjalnya. Misalnya skandal Bumiputra Malaysia Finance di Hong Kong yang sempat meludeskan Mal$ 2,5 milyar. Melihat gelagat Mahathir, kalangan politisi UMNO berkomentar, "Sambil meminta mandat baru, sesungguhnya Mahathir, melalui pemilu ini, mencoba mengukur sampai sejauh mana dukungan rakyat kepadanya maupun kepada Barisan Nasional." Dalam pada itu, sudah menjadi tekad oposisi untuk menggoyahkan mayoritas dua pertiga yang selama ini selalu dipegang oleh Barisan Nasional di parlemen yang nantinya beranggota 177 orang ini. Pemilu 1982 hanya menghasilkan 18 kursi bagi mereka. Ini berarti mereka harus berjuang keras untuk melipatgandakan kekuatan di parlemen empat kali agar nantinya mereka dapat diikutsertakan dalam setiap upaya mengubah konstitusi -- hal yang sejak lama menjadi impian mereka, yang tampaknya akan tetap lama menjadi impian. Sejauh ini kekuatan oposisi terbelah dua. Di satu pihak dipelopori oleh PAS (Parti Islam Sa-Malaysia) yang militan sedang di pihak lainnya berdiri DAP (Democratic Action Party) yang condong ke kiri. PAS sendiri telah menggalang kekuatan dengan intensif. Pada mulanya, mereka mensponsori berdirinya CCC (Chinese Consultative Council), partai yang dapat menjembatani keinginan PAS dengan keturunan Cina. Kemudian mereka mencoba upaya serupa dengan keturunan India melalui ICC (Indian Consultative Party) untuk merebut hati keturunan India -- walau gagal. Sementara itu, PAS juga merapatkan kekuatannya dengan menjalin kerja sama dengan empat partai kiri lainnya -- SDP (Sosialist Democratic Party), Nasma (Parti Nasionalis Malaysia), PSRM (Parti Socialis Rakyat Malaysia), dan Partai Buruh Malaysia. Kedua blok oposan ini, secara ideologis sulit dipertemukan. DAP sejak dulu menolak gagasan negara Islam yang selalu didengungkan PAS. Dengan begitu, untuk tingkat nasional, sulit rasanya mereka menggoyahkan posisi Barisan Nasional. James R. Lapian, Laporan Ekram H. Attamimi (Kuala Lumpur)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus