SEORANG pengacara berkebangsaan Swiss, Moritz Leuenberger, pertengahan pekan lalu angkat bicara tentang harta karun bekas Presiden Ferdinand Marcos. Mengaku bertindak atas nama pemerintahan Aquino, Leuenberger menyatakan pihaknya optimistis sekali bisa segera memperoleh US$ 213 juta cuma sebagian kecil dari simpanan Marcos yang tertanam pada sejumlah bank di Swiss. Dia malah mengatakan -- yang kemudian dibantah sendiri -- bahwa telah tercapai persetujuan antara pengacara Marcos dan dirinya, mengenai uang US$ 213 juta itu. "Persetujuan itu komplet, kendati masih ada beberapa masalah teknis dan transfer uangnya perlu waktu," kata pengacara itu lagi. Tapi hal ini dianggapnya merupakan langkah pertama dalam upaya pemerintah Filipina memperoleh harta Marcos di Swiss yang seluruhnya diperkirakan bernilai US$ 1,5 milyar. Pernah dibekukan atas instruksi pemerintah Swiss, kekayaan itu kini cair kembali, kecuali yang tersimpan di Zurich, Jenewa, Bern, dan Fribourg. Harian Philippine Inquirer yang terbit di Manila memberitakan Jumat lalu bahwa lima bank Swiss diharapkan bisa memindahkan uang sebanyak US$ 213 juta dalam tempo 20-30 hari. Penuntut Umum Sedfrey Ordonez berharap bank-bank Swiss lainnya mengikuti jejak itu. Tapi sehari kemudian, keterangan Leuenberger dibantah, balk oleh pemerintahan Aquino di Manila maupun oleh Marcos di Honolulu. "Pemerintah kami tidak tahu-menahu tentang transfer itu," kata Ordonez di Manila. Jovito Salonga, Ketua Komisi Pelacak Harta Marcos, kabarnya tidak mengenal Moritz Leuenberger. Apa komentar Marcos? "Cerita itu sama sekali tidak berdasar, hanya rekaan dan spekulasi orang." Seorang pejabat Departemen Kehakiman mengemukakan pendapat yang sama, begitu pula beberapa tokoh bank di Swiss. "Aneh. Kalau benar, pemerintah di Bern seharusnya sudah mengetahui lebih dulu." Tapi Leuenberger dalam tangkisannya mengungkapkan, serah terima US$ 213 juta belumlah terikat kontrak secara hukum. Kesimpangsiuran soal harta ini meningkat ketika seorang pejabat Departemen Kehakiman Swiss mengungkapkan adanya surat keterangan tertulis yang menjamin bahwa Marcos tidak menolak untuk menyerahkan sebagian hartanya kepada Manila. "Surat itu diserahkan pada kami oleh dubes Filipina (di Zurich) dan di situ terlampir surat perintah dari seorang wakil Marcos." Tidak ada sumber lain yang bisa memastikan kebenaran berita ini, sementara di Manila media massa memberitakan kegesitan Presiden Corazon Aquino yang selama tiga bulan berkuasa bisa menghemat US$ 1 1/4 juta dari anggaran karangan bunga. Tapi adanya gejala retak dalam kabinet Aquino pasti jauh lebih menarik dari isu harta dan bunga. Keretakan tak dapat disembunyikan lagi manakala terjadi debat sengit antara kelompok Enrile-Ramos dan kelompok Menpen Locsin Jr. yang diperkuat Sekretaris Kepresidenan Joker Arrojo. Sebagai orang kepercayaan Aquino, Locsin & Arrojo menyuarakan protes mereka atas kebijaksanaan Enrile yang memberi pengampunan pada 200 tentara yang pro-pemberontak Tolentino. Aquino sendiri menyetujui keputusan Enrile itu, tapi Locsin & Arrojo berpendapat bahwa pengampunan adalah hak prerogratif Presiden Aquino. "Mengapa Anda meremehkan Presiden?" begitu Arrojo bertanya dalam nada amat gusar, dalam sidang kabinet Rabu pekan lalu. Konfrontasi Enrile lawan Arrojo terputus karena di Provinsi Lanao del Sur, Mindanao, terjadi tiga kali penculikan berturut-turut yang dilakukan oleh pemberontak separatis Moro, yang menuntut otonomi bagi umat Islam di Filipina Selatan. Namun, di luar dugaan, 10 biarawati korban penculikan pertama telah dikembalikan tanpa cedera dan tanpa membayar uang tebusan. Begitu pula yang terjadi dengan seorang warga AS, Pendeta Brian Lawrence, dan Linaces Cawley gadis cilik Amerika, berusia tiga tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini