RENCANA damai Vance-Owen untuk Bosnia kini ada tandingannya. Rabu pekan lalu, menteri luar negeri AS, Warren Christopher, menyatakan enam pasal untuk Bosnia. Yakni: Menunjuk duta besar AS untuk NATO, Reginald Bartholomew, sebagai utusan khusus AS untuk menjadi penengah internasional. Langkah pertama utusan khusus ini, mengajak Rusia bersedia bergabung dalam pasukan perdamaian PBB, nanti. Menekankan negosiasi pembagian wilayah Bosnia kepada ketiga etnis yang bertikai: muslim Bosnia, Kroasia, dan Serbia. Pasal ini jelas membela hak-hak muslim Bosnia dibandingkan dengan usulan Vance-Owen yang membagi Bosnia menjadi sepuluh provinsi semiotonom, dan membagi hampir sama rata kepada ketiga etnis. Memperketat sanksi terhadap Serbia, sebagai pihak yang paling banyak melakukan kejahatan perang. Membentuk pengadilan penjahat perang agar keadilan bisa ditegakkan. Mendukung rencana Dewan Keamanan PBB memberlakukan zone larangan terbang bagi Serbia. AS siap bergabung dengan pasukan PBB, NATO, dan negara- negara lain dalam pasukan perdamaian PBB. Dengan enam pasal yang lebih menekankan diplomasi, Presiden Bill Clinton bukannya menutup kemungkinan penggunaan militer. Tapi, kata Clinton, itu adalah alternatif paling akhir. Bagi AS, penggunaan kekuatan militer, sebelum kesepakatan gencatan senjata dicapai, hanya akan memperburuk situasi. Yang segera disambut di Eropa adalah keterlibatan AS itu sendiri. Selama ini pihak Barat yang aktif ambil bagian dalam krisis Bosnia hanyalah Perancis dan Inggris. Dan menurut sejumlah pengamat, pasukan perdamaian Inggris dan Perancis gagal melakukan tugasnya di Bosnia. Buktinya, sampai terjadi wakil perdana menteri Bosnia dibunuh di wilayah yang berada di bawah pengawasan pasukan PBB beberapa waktu lalu. Sikap menyambut keterlibatan AS dan menomorduakan pasal- pasal usulan damai mungkin sikap yang wajar. Soalnya, apa pun langkah yang ditawarkan, yang terlebih penting adalah menyiapkan kondisi hingga para wakil ketiga etnis itu menyepakati sebuah rencana gencatan senjata. Ini kurang lebih mirip dengan yang terjadi di Kamboja. Setelah Perjanjian Paris diteken oleh keempat faksi yang bertikai di Kamboja, baru pasukan perdamaian PBB bisa dikirim, dan masa depan Kamboja direncanakan. Dan ternyata wibawa AS bila boleh disebut begitu sampai juga di Bosnia. Kata juru bicara kepresidenan Bosnia yang mati-matian menentang rencana Vance-Owen, ''Kami senang Amerika langsung terlibat dalam upaya menyelesaikan perang.'' Etnis Kroasia pun tak keberatan, meski bagi mereka lebih menguntungkan rencana damai Vance-Owen. Bahkan dari pihak etnis Serbia tak terdengar suara keras. ''Ini pendekatan yang lebih realistis,'' kata seorang pimpinan Serbia di Bosnia. Maksudnya, AS ternyata tak bersikap keras langsung menggunakan kekuatan militer, seperti banyak diberitakan sebelumnya. Tapi memang, ini baru awal keterlibatan AS, dan belum punya efek kongkret di medan tempur yang masih terus menyala. FS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini