Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Belarus Alexander Lukashenko pada Senin, 27 Januari 2025, memperpanjang masa jabatannya setelah komisi pemilihan umum Belarus (KPU) mengumumkannya sebagai pemenang pilpres. Penetapan ini mendapat kecaman dari negara-negara Barat dengan menyebutnya sebagai hal yang memalukan. Lukashenko sudah berkuasa 31 tahun di Belarus
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Anda bisa mengucapkan selamat pada Republik Belarus karena kami telah memilih presiden,”kata Igor Karpenko, Kepala KPU Belarus, Senin pagi, 27 Januari 2025.
Lukashenko, yang nyaris tak mendapat perlawanan dari empat kandidat presiden lainnya di pilpres, memdapatkan 86.8 persen suara berdasarkan hasil perhitungan suara yang dipublikasi KPU Belaurs di akun Telegram resmi mereka. Sebanyak 6.9 juta warga Belarus berhak mengikuti pilpres. Politikus Eropa mengatakan keadilan pilpres dipertanyakan karena media independen dilarang beroperasi di Belarus dan seluruh tokoh oposisi berpengaruh sudah dijebloskan ke penjara atau dipaksa eksil ke luar negeri. Belarus adalah negara bekas pecahan Uni Soviet.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Warga Belarus tidak punya pilihan. Ini adalah sebuah hari yang pahit bagi semua orang yang merindukan kebebasan dan demokrasi,” kata Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock.
Disinggung soal pemimpin oposisi yang dijebloskan ke penjara, Lukashenko mengatakan pada Minggu, 26 Januari 2025, para oposisi itu punya hak untuk menentukan nasib mereka sendiri. “Beberapa ada yang memilih penjara, ada yang memilih eksil. Kami tidak mengusir siapa pun dari negara ini,” kata Lukashenko.
Lukashenko adalah sekutu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin, yang mengizinkan negaranya digunakan oleh Rusia untuk tempat persiapan pengiriman tentara Rusia ke perang Ukraina, yang meletup pada 2022. Lukashenko membela tindakannya itu dari para penentangnya dengan menyebut ‘saya tidak peduli dengan negara-negara Barat’.
Pada pekan ini, Sviatlana Tsikhanouskaya tokoh oposisi Belarus yang eksil atau melarikan diri ke luar negeri mengatakan pada Reuters Lukashenko telah mengendalikan pilpres sehingga dia bisa terpilih kembali. Unjuk rasa menolak keputusan KPU Belarus dan menolak pemerintahan Lukashenko yang diktator, terjadi di Kota Warsaw dan kota-kota lain di Eropa pada Minggu, 26 Januari 2025.
Sumber: Reuters
Pilihan editor: Donald Trump akan Jatuhkan Sanksi Kolombia karena Tolak Terima Deportasi Imigran dari Amerika Serikat
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini