SEBUAH apologi beredar di Manila "Anggota kabinet serentak mengundurkan diri agar presiden punya kebebasan menyusun kabinet baru." Alasan itu resmi dikemukakan hampir semua pihak, ketika Rabu pekan lalu para menteri dan sejumlah pejabat tinggi dalam Kabinet Cory bersama-sama mengajukan pengunduran diri. Benarkah eksodus ini sebuah langkah yang direncanakan? Rasanya, tak masuk akal. Sebuah ketegangan terselip di tengah berita yang menggegerkan itu. Sehari sebelumnya Sekretaris Eksekutif Joker Arroyo beritakan berbicara keras di Dewan Perwakilan Rakyat. Arroyo, yang dalam dengar pendapat itu sebenarnya akan memberi penjelasan pemerintah mengenai percobaan kudeta berdarah 28 Agustus lalu, terpancing bicara melebar. Ketika itu ia tidak hanya mengecam pelaku kudeta, tapi juga jajaran militer lainnya -- dan menyamakan mereka dengan perwira-perwira Hitler di zaman Nazi. Tak hanya menggebrak militer, Arroyo juga mengecam Wakil Presiden Salvador Laurel yang dituduhnya secara sengaja memanaskan berbagai kelompok militer untuk memberontak. Seperti memberondongkan mitralyur, Arroyo lalu menghantam Menteri Keuangan Jaime "Jimmy" Ongpin, dan Menteri Industri dan Perdagangan Jose Concepcion. Sekretaris Eksekutif pembantu paling dekat Presiden Cory Aquino itu menuduh saudara kembar Jose, Raul Concepcion, telah memanfaatkan posisi saudaranya untuk melakukan manipulasi. Pertengkaran tak bisa dihindari. Menurut pemberitaan resmi hari itu juga, Jose Concepcion merintis pengunduran diri setelah menghadap Cory di Istana Malacanang. Keesokan harinya terdengar pengunduran diri masal anggota kabinet yang lain -- yang mengesankan semacam solidaritas. Berangsur-angsur merambat pula ke sektor lain. Pejabat tinggi di lingkungan Biro Imigrasi dan Keuangan, anggota Badan Moneter, dan juga Gubernur Bank Sentral. Joker Arroyo, yang disebutkan sebagai pangkal pengunduran diri masal itu, sudah lama dianggap tokoh kontroversial. Banyak kalangan, khususnya di tubuh militer dan bisnis, tak menyukainya. Tapi apakah begitu luas kebencian pada sahabat Mendiang Benigno Aquino ini, hingga eksodus anggota kabinet harus dibebankan padanya sebagai pemetik picu krisis? Ternyata, ada versi lain. Kolomnis The Philippines Inquirer, Luis Beltran, yang dikenal mempunyai hubungan luas di lembaga-lembaga pemerintah dan bisa dengan mudah masuk Malacanang, pekan lalu menurunkan laporan yang sama sekali lain dari berita resmi yang beredar. Menurut Beltran -- yang mengaku mendapat informasi dari sumber-sumbernya di Malacanang -- pengunduran diri menteri ternyata pembubaran kabinet secara terselubung. Surat permohonan berhenti para menteri disorongkan oleh Nyonya Presiden Cory Aquino sendiri pada sebuah sidang kabinet terbatas, Selasa lalu. Kisahnya, menurut Beltran, pada hari Arroyo memberikan penjelasan di DPR, Presiden Aquino mengadakan sidang Ekuin terbatas di kantor presiden di Malacanang. Acaranya pertemuan khusus dengan NEDA, Badan Pengembangan Ekonomi Nasional yang dipimpin Dr. Solita "Winnie" Monsod. Pada pertemuan itu selain Ketua NEDA dan stafnya, hadir pula Menteri Industri dan Perdagangan Jose Concepcion, Menteri Keuangan Jaime Ongpin, menteri pekerjaan umum dan menteri pertanian. Presiden sendiri didamping pembantu-pembantunya termasuk Joker Arroyo. Pada pertemuan itulah, Jose Concepcion menegaskan bahwa tuduhan Arroyo tentang manipulasi yang dilakukan saudara kembarnya Raul Concepcion sama sekali tidak berdasar. Arroyo bertahan dan terjadilah pertengkaran mulut antara keduanya. Ketika itu Concepcion balik menghantam Arroyo, dan mengeluarkan ganjalan yang telah lama terpendam di kalangan teknokrat. Kepada Cory ia membeberkan kecaman-kecaman Arroyo yang telah membuat banyak perusahaan multinasional enggan melakukan investasi. Sekretaris eksekutif yang memang dikenal keras ini menangkis Jose dengan berbagai argumentasi -- tanpa memberi kesempatan pada Cory untuk bertanya atau memberi komentar. Tapi Presiden berhasil meredakan pertengkaran dan untuk menenangkan suasana, Cory mengajak semua yang hadir makan siang. Malang tak dapat ditolak, di tengah perjamuan suasana kembali panas. Bahkan perang mulut Arroyo dan Jose Concepcion kian memuncak. Keduanya, menurut Beltran, mulai bicara dengan suara keras tanpa mempedulikan orang lain. Ketika itulah Cory naik pitam. "Di tengah segudang masalah yang kita hadapi dan krisis yang rnengancam negara, sempat-sempatnya kalian bertengkar macam ini," ujar Cory dengan suara yang tak kalah kerasnya. Jaime Ongpin mencoba menengahi dengan beberapa penjelasan pada Cory soalnya, ia juga merasa diserang Arroyo pada acara dengar pendapat di DPR. Namun, Cory yang sedang marah tak mau lagi menambah persoalan. "Mereka juga mengincar kepalamu, Jimmy," teriaknya. Semua lalu diam. Dan Cory menegaskan bahwa perpecahan bukanlah aset untuk menghadapi krisis di masa kini. "Sikap ini bukannya menyelesaikan persoalan, tapi malah membangun permusuhan," katanya lagi. Dan Cory sangat menyesalkan keadaan yang di dalamnya terdapat semakm banyak perbedaan pendapat antara dia dan para anggota kabinetnya. "Allright, saya minta kalian mengundurkan diri sekarang juga," ujar Presiden berang. Salah seorang sekretarisnya berucap, lututnya sampai gemetaran melihat Cory marah. Itulah pertama kalinya ia melihat Presiden naik pitam macam itu. Segera setelah itu, Cory meminta agar sekretarisnya membagi-bagikan formulir pengunduran diri para anggota kabinet di sekeliling meja makan itu, termasuk Arroyo. Ketegangan saat makan siang melebar dengan segera. Para sekretaris presiden menelepon menteri yang lain dan mengumumkan instruksi pengunduran diri itu. Sebagian segera mengerti karena November lalu ketika Menteri Pertahanan Juan Ponce Enrile dan empat menteri lainnya diminta mengundurkan diri, instruksi yang sama pernah dikemukakan Cory dengan maksud agar Enrile dan menteri yang dipecat itu tidak terlampau kehilangan muka. Namun, pengunduran diri masal untuk formalitas itu tak sampai terlaksana, karena yang mengajukan surat permohonan berhenti hanya Enrile dan empat menteri, sementara anggota kabinet lainnya tak jadi mundur. Toh ada anggota kabinet yang tak segera paham akan apa yang terjadi. Wakil Presiden dan Menteri Luar Negeri Salvador Laurel, yang sedang berkunjung ke Davao, kebingungan menerima telepon dengan perintah mengundurkan diri itu. Ia minta bicara langsung dengan Presiden. "Saya sudah memasukkan surat permohonan Maret lalu," katanya dingin -- entah memaksudkan surat yang mana. Cory, yang masih marah segera menjawab, "Saya memerlukan surat yang baru dan segera, hari ini juga." Laurel menyanggupi, walau mungkin masih terbingung-bingung. Dan keesokan harinya, pada sidang kabinet darurat, terjadilah pengunduran diri masal yang kemudian ramai diberitakan itu. Toh Menteri Pertahanan Rafael Ileto masih bertanya-tanya, kapan eksodus masal disepakati para menteri. "Kok saya nggak tahu," celetuknya terheran-heran. Seorang anggota kabinet menjawab, "Tanda tangani saja, pengunduran diri. Ini atas permintaan presiden." Ileto melengkapi formulirnya dan ia pun mendengar apologi dibacakan. Segera setelah peristiwa itu, Presiden meresmikan pengalihan tugas kenegaraan kepada Dewan Negara yang sudah ditentukan September tahun lalu dengan Ketetapan Pemerintah No. 305. Dalam ketetapan itu disebutkan Dewan Negara bekerja bila negara dilanda krisis. Anggota dewan ini adalah presiden, wakil presiden, menteri pertahanan, kepala staf angkatan bersenjata, ketua Dewan Keamanan Nasional, ketua Senat, ketua DPR, dan staf Presiden. Berbeda dengan Dewan Negara pada masa Ferdinand Marcos, Dewan Negara yang ditetapkan Cory tidak menyertakan kelompok oposisi dan menteri-menteri dengan posisi penting dalam kabinet. Menteri-menteri dan pejabat yang dianggap diperlukan dalam keadaan krisis dihimpun dalam sebuah komisi khusus -- dengan kedudukan sebagai anggota tidak tetap Dewan Negara itu. Sebuah kejanggalan segera terbaca. Arroyo pembantu Cory terdekat tidak disertakan dalam Dewan Negara. Padahal, dialah yang menyusun Ketetapan Pemerintahan No.35 tentang dewan itu. Muncul spekulasi bahwa ketidaksertaaan ini pertanda Arroyo akan diberhentikan. Nama lain yang diisukan akan "dipecat" adalah mereka yang bersengketa dengan Arroyo: Jose Concepcion dan Jaime Ongpin. Sementara itu, beredar pula isu Kepala Staf Angkatan Bersenjata Jenderal Fidel Ramos juga akan diberhentikan -- dipensiunkan. Para pengamat menilai ini pertanda tuntuan Kolonel Gregorio "Gringo" Honasan, melalui kudeta berdarah Agustus lalu, ternyata dipenuhi Cory. Dan pekan lalu itu Ramos, untuk pertama kali, menyatakan siap untuk dipensiun. "Saya bukan anggota kabinet yang harus mengajukan pengunduran diri, saya kepala staf yang berada di bawah komando presiden sebagai panglima tertinggi," katanya. "Panglima punya hak penuh menentukan posisi saya." Tidak setenang Ramos, Joker Arroyo berang menanggapi isu pemecatannya. Ia menyerang tulisan Luis Beltran di harian The Philippines Inquirer dan menganggapnya sebagai biang keladi kekisruhan. Dikatakannya laporan Beltran tentang perang mulut antara dia dan Concepcion tidak benar. Dikatakannya juga bahwa ia tidak hadir pada sidang kabinet terbatas itu. Jadi, bagaimana mungkin terlibat pertengkaran dengan Jose Concepcion. Kepada pers Joker bahkan membeberkan berbagai kebusukan Beltran, khususnya dalam hal melanggar peraturan bea cukai. Tapi semua tahu siapa Joker Arroyo. Ia tak disukai berbagai kalangan, terutama sejak ia diangkat menjadi sekretaris eksekutif. Bekas Menteri Pertahanan Juan Ponce Enrile, dan juga kelompok militer, secara tegas tidak menyetujui pengangkatan Arroyo karena tokoh ini dianggap menganut paham yang kekiri-kirian. Di lingkungan kabinet ia pun dianggap sosok yang abrasif -- rakus pekerjaan, tldak mampu bekerJa teratur, suka menyerang sesama rekan, selalu menjengkelkan, dan tak bisa dipercaya. Tapi Cory sangat mempercayainya. Selain bertugas sebagai sekretaris eksekutif, Arroyo juga menteri kekayaan sumber alam. Ia dipercaya mengepalai 43 pos jabatan penting nondepartemen, antara lain biro keimigrasian, dan bank-bank pemerintah seperti Bank Pembangunan Asia dan Bank Nasional Filipina. Pos sekretariat eksekutif memang sektor penting dalam kabinet, karena merupakan aparat langsung presiden. Di masa Marcos dikenal dua sekretaris eksekutif profesional yang ulung: Rafael Salas dan Alex Melchor. Namun, keduanya juga dikenal sangat korup. Pengalaman inilah agaknya yang membuat Cory memilih Arroyo -- tidak profesional tapi jujur. Arroyo yang bukan politikus dan bukan pula birokrat -- ia seorang pengacara sengaja atau tidak telah menimbulkan berbagai kekacauan di kalangan pemerintahan. Maret lalu ia ribut dengan Menteri Keuangan Jaime Ongpin. Menteri keuangan ini mengajukan protes langsung kepada Presiden. Pasalnya karena Arroyo menyetop pelaksanaan peraturan pajak baru yang sudah disetujui kabinet, tapi tanpa melakukan konsultasi ke kantor yang dipimpin presiden kecil itu, demikian julukan populer untuk Arroyo. Ia tahu Cory sependapat dengannya, lalu ngotot dan balik menuduh Jaime. Teknokrat ini dituduh memungut pajak secara hantam kromo, hingga beban pajak terasa berat bagi rakyat kecil. Pada waktu bersamaan, ia juga ribut dengan Jose Concepcion yang mengecamnya menggunakan dana pinjaman luar negeri, dengan cara yang tidak efisien. Sejak itu ketegangan antara Arroyo dan kelompok teknokrat memuncak. Ikut terlibat dalam perselisihan ini sektor pengusaha swasta yang mendukung program pengembangan ekonomi pemerintah. Kelompok pengusaha itu tergabung dalam sebuah kumpulan yang disebut "Council of Trent". Bukan hanya Arroyo, kelompok ini disorot pula oleh berbagai pihak. Grup yang diketuai Jaime Ongpin ini dimotori saudara sepupu Cory, Jose "Peping" Cojuangco Jr. Ada kekhawatiran, Peping memanfaatkan saudaranya yang presiden -- banyak isu beredar tentang ini -- untuk mendapat berbagai fasilitas. Bila hal ini benar-benar terjadi, memang hanya Arroyo yang bisa dan berani -- mencegahnya. Mengubah pola perekonomian Filipina apalagi mengharapkannya adil dan merata ternyata lebih sulit daripada menjatuhkan Marcos. Sistem oligarki yang sudah berakar dan menjadi semakin kukuh di masa Marcos, membuat perekonomian Filipina terpusat pada sekelompok keluarga pengusaha yang kaya raya. Keadaan itu menjadi lebih, karena usaha swasta dan usaha pemerintah hampir tak bisa dipisahkan. Monopoli kelapa dan tebu - yang merupakan pnmadona ekspor --misalnya dipegang bersama kedua sektor perdagangan itu. Baik teknokrat maupun pejabat di bidang ekonomi -- yang menjadi jaminan investasi dan pinjaman luar negeri -- berasal dari kelompok itu juga. Tantangan di sektor inilah yang kini dihadapi Cory dengan susah payah. Ia, seperti juga suaminya Mendiang Benigno Aquino, dan Joker Arroyo adalah penganut Tata Ekonomi Dunia Baru yang adil tapi masih samar-samar. Maka, terdapat jarak yang besar antara konsep perekonomian mereka dan keharusan bertindak mengatasi masalah perkonomian Filipina yang mendesak. Tak ada jalan lain kecuali menyerahkan kendali perekonomian pada para teknokrat, dan mengharapkan bisa melakukan kontrol. Tetapi yang terjadi adalah saling hambat. Perekonomian di masa Marcos, kendati sangat tidak adil, dalam perhitungan ekonomi ternyata lebih baik. Inilah pangkal cercaan Arroyo -- dan juga Cory. Joaquin Bernas, pastor dan rektor Universitas Katolik Ateneo yang dikenal sangat dekat dengan Presiden Cory Aquino, berpendapat bahwa dampratan Arroyo di DPR direstui Cory. Inilah manifestasi keterdesakan yang nyaris putus asa. "Presiden dengan tegas menarik garis antara pihaknya dengan Arroyo dan dunia luar, antara mereka dan para anggota kabinet," tulis Bernas dalam sebuah kolom. Perekonomian yang dihadapi Cory dan juga di Filipina bulan-bulan terakhir ini telah sampai pada tahap: mencemaskan. Tingkat inflasi yang rata-rata 1,4% tahun 1986 melonjak Juli lalu menjadi 5,8% dan naik lagi pada Agustus menjadi 6,2%. Tahun ini industri makanan terpukul hebat karena pemogokan tahun 1986 tercatat naik 61% bila dibandingkan dengan tahun 1985. Karena itu, para pengusaha menuduh pemogokan -- yang dijamin dalam undang-undang lebih merupakan usaha menghancurkan perekonomian daripada ikhtiar perbaikan nasib. Percobaan kudeta yang terjadi berulang kali, ditambah sikap staf kepresidenan yang mendua karena curiga, telah menciutkan semangat investor asing. Pada catatan tahun 1986 saja, investasi modal asing menurun tajam sampai 51 % bila dibandingkan dengan tahun 1985. Mengecilnya lingkaran perputaran uang menyusutkan pula gerak bank. Pada tahun 1986, 260 bank besar tercatat mempunyai utang sampai 142 milyar peso. Karena itu, pemerintah terpaksa menutup 100 bank dan mengurangi lagi jumlah bank dengan jalan merger dan konglomerasi. Cory pada akhirnya toh tak punya pilihan. Buruknya perekonomian Filipina harus diatasi. Pembubaran kabinet pada akhirnya adalah juga satu upaya lain untuk mencegah kemerosotan ekonomi. Dalam pernyataannya, Presiden menetapkan bahwa kabinet yang akan dibentuknya haruslah merupakan tim yang mampu bekerja sama. Targetnya menunjukkan ia ingin -- sekali lagi -- mencoba mengatasi berbagai persoalan sekaligus. Dalam sidang Dewan Negara ditetapkan, kabinet yang akan datang harus memenuhi dua syarat: tidak menimbulkan keresahan dan bisa mengatasi kemiskinan. Sekretaris Presiden Teddy Benigno menyebutkan pula, "Kabinet itu harus bisa menjalin hubungan dengan sektor pengusaha swasta dan angkatan bersenjata." Tidak mudah bagi Cory membentuk kabinet idamannya. Ia ternyata tak bisa menepati janji, pembentukan kabinet baru pada akhir minggu lalu. Hingga laporan ini diturunkan, kabinet baru itu masih belum terbentuk. Selain sulit menemukan teknokrat yang masih punya "idealisme", Cory juga terbentur masalah Arroyo. Sejumlah pengamat mengatakan, tanpa Arroyo Presiden akan lebih mudah dihancurkan. Cory bukan tidak menyadari bahwa tak banyak orang yang bisa dipercayainya. Wanita Ibu rumah tangga yang senantiasa mencari keputusan akhir dengan berdoa itu memerlukan "perisai" yang bisa bergerak dan berpikir lebih "sekular", khusus menghadapi barisan teknokrat yang tak sepenuhnya bisa dipercayai itu. Dalam siaran televisi akhir pekan lalu, kecemasannya tergambar dengan jelas. "Pada saat ini saya sungguh-sungguh membutuhkan kalian," katanya kepada rakyatnya, nyaris putus asa. Dalam keadaan terdesak macam ini, kehadiran Arroyo terasa semakin diperlukan. Ini bukan kali pertama ia didesak mengamputasi Joker Arroyo dari jajaran pemerintahannya. Maret lalu isu pemecatan Arroyo beredar santer pula setelah sekretaris eksekutif itu bertengkar dengan Jaime Ongpin dan Jose Concepcion. Menteri Kesehatan Alfredo Bengzon, dokter yang dikenal sebagai administrator ulung, sudah diproyeksikan untuk menggantlkannya. Namun, Cory akhirnya memutuskan untuk mempertahankan Arroyo. "Presiden menghendaki saya meneruskan tugas saya, karena itu saya bertahan," jawab Arroyo tegar ketika itu. Apa jawab Arroyo kini? "Bibir saya tcrkunci, jadi saya tidak bisa menjawab," katanya. Ketika ditanya apakah bila dipecat, ia akan kembali menjadi pengacara, ia menjawab, "Sedikit sulit, sebab saya sudah lupa bagiamana berdebat di pengadilan." Bila Cory menghendakinya, pembantu yang setia itu akan bertahan. Ia mungkin ingat kata-kata sahabatnya, kliennya, Almarhum Benigno Aquino, suami Cory, ketika masih di penjara. "Presiden yang menggantikan Marcos akan menghadapi kesulitan yang mahabesar," ujar Aquino ketika itu. Ninoy tentu tak menyangka bahwa presiden pengganti Marcos itu ternyata istrinya. Jim Supangkat (Jakarta) dan Bayu Pratama (Manila)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini