"JOHNNY." sapa Presiden Cory Aquino sambil menunjuk kursi Wakil presiden Salvador Laurel yang kosong, kenapa Anda tidak duduk saja di kursi ini ?" Terima kasih, Ibu," jawah Enrile cepat. "Banyak orang nanti akan menggunjingkannya." Sebagai menteri pertahanan, Johnny -- panggilan akrab Juan Ponce Enrile -- memang diberi kursi ketiga setelah kursi presiden. Adakah arti di balik basa-basi politis di sidang kabinet rutin di awal bulan ini? Ketika Presiden Aquino membubarkan kabinet dan menunjuk pengantinya Ahad lalu, maka untuk sementara orang boleh menyingkirkan Juan Ponce Enrile dari daftar lawan berat Aquino. Kredibilitasnya di mata rakyat Filipina sudah tercoreng dengan aksi anti Cory. Lalu mengapa Johnny gencar mengkritik Cory? Bukankah seharusnya ia berterima kasih kepada Cory karena -- sebagai orang rezim Marcos -- ia masih diberi jabatan penting? Menurut pengakuan Johnny ia tidak menujukan kritiknya kepada Cory pribadi. Apa yang ia lakukan pada dasarnya adalah menggugat status kepresidenan Cory. Masih banyak lagi tema kritik lainnya yang dialamatkan kepada Cory. Antara lain soal penanganan masalah komunis. Tidak bisa disangkal lagi, Enrile, dan Jenderal Ramos, semula adalah lambang dukungan militer terhadap revolusi rakyat yang meng-antarkan Cory ke Istana Malacanang, Februari lalu. Namun, dalam sebuah unjuk rasa di Manila tidak lama sebelum ia disingkirkan, berkatalah Enrile, "Ketika revolusi memasuki tahap terakhir, kami (militer) sesungguhnya telah menguasai semua kendali. Hanya saja kami memutuskan untuk menyerahkan semua kekuasaan tersebut kepada pemerintahan sipil yang dipimpin Cory Aquino, kata Enrile yang kemudian disambut tepuk tangan gemuruh ribuan pendukungnya. Sebagai menteri pertahanan pada masa Marcos, salah satu hasil karyanya waktu itu adalak: surat panahanan Almarhum, Benigno Aquino -- satu di antara ribuan surat penahanan yang ditandatanganinya. Tetapi mengapa Enrile harus menyeberang ke kubu Cory? "Sabtu pagi, 2 Februari. Saat ini aku bersama-sama dengan beberapa sahabat di sebuah kedai kopi. Telepon berdering. Menteri Ongpin ingin sekali berbicara denganku. Katanya melalui telepon itu, tadi malam, pasukan pengawalnya ditangkap. "Aku kemudian bergegas pulang sekaligus makan siang. Sekitar pukul 15.30, tiga anak buahku datang: Kolonel Gregorio Honasan (komandan pasukan kawal menteri pertahanan), Kolonel Eduardo Kapunan (perwira intel), dan Mayor Noe Wong Mereka melaporkan bahwa kami akan pula ditangkap. "Tidak seperti sangkaan kebanyakan orang, aku yakin bahwa Presiden Marcos tidak dapat disingkirkan dari singgasananya begitu saja tanpa sebuah rencana matang yang disertai kekuatan berdaya pukul ampuh di belakangnya. Cukup lama kami memikirkan rencana tersebut, sepanjang empat tahun bahkan. Sesungguhnya kami tidak bermaksud menggantikan dia (Marcos) atau menjadikan diri kami sebagai kekuasaan di negeri ini. Kami terpaksa memikirkan rencana tersebut karena kami mengerti apa isi otak panglima-panglima militer di sekeliling Presiden. "Tapi aku tak tahu apakah Jenderal Ramos juga menyadari hal tersebut. Rencana mereka: jika Presiden meninggal, sekelompok jenderal menjaga berita tersebut agar tidak segera bocor. Kemudian mereka akan menangkapi orang-orang seperti aku dan Jenderal Ramos. Setelah itu barulah mereka mengumumkan kematian Marcos dan mengangkat Imelda Marcos sebagai penggantinya. Menurut rencana mereka, enam bulan atau setahun sesudahnya, mereka akan menyingkirkan Imelda Marcos. Lalu kediktatoran militer akan menguasai negeri ini. Informasi tersebut tak sengaja kuperoleh dari seorang yang sangat erat hubungannya dengan Jenderal Fabian Ver..." Enrile tidak mengungkapkan secara terinci tokoh-tokoh yang terlibat dalam rencana kudeta militer itu, kecuali Fabian Ver, dalam pengakuannya di buku People Power. Dilahirkan 14 Februari 1924 dengan nama Juanito Furaganan, Enrile merupakan anak haram seorang ahli hukum dengan wanita petani. Setelah Perang Dunia II usai, ia mengetahui bahwa ayahnya masih hidup. Dari kaki Pegunungan Cagayan, ia berjalan menuju Ibu Kota Manila. Di depan Don Alfonso Ponce Enrile, ahli hukum dan politisi ternama saat itu, ia berkata, "Saya adalah anak Tuan." Pertemuan itu mengubah jalan hidupnya. Dua tahun kemudian ia terdaftar di Universitas Ateneo de Manila, sekolah orang-orang kaya, dengan nama: Juan Ponce Enrile. Kemudian ia melanjutkan pelajaran di Universitas Filipina dan Universitas Harvard. Marcos, yang waktu itu masih senator, menariknya sebagai stafnya, 1964. Ketika Marcos naik menjadi presiden dua tahun kemudian, Enrile kemudian ditawari jabatan pembantu menteri keuangan. Berikutnya menteri kehakiman, 1968, setelah itu menteri pertahanan, 1970. Ketika UU Darurat diberlakukan, tak pelak lagi ia menjadi orang berkuasa kedua setelah Marcos sendiri. Namun, bintangnya memudar sewaktu Jenderal Fabian Ver naik sebagai Kepala Staf AFP. Sebenarnya tanpa jabatan kabinet apa pun Enrile bisa hidup makmur. Kekayaannya tercatat berjumlah 23.534.447,35 peso jumlah yang cukup untuk mendudukkan dirinya di peringkat milyuner Filipina. Sayangnya, kekayaan melimpah ditambah istri cantik tidak membuatnya betah di rumah. Kursi yang diduduki Cory di Istana Malacanang memang memancarkan daya pesona tersendiri bagi orang seperti Enrile. Yakinkah ia bahwa kursi itu memang untuknya? J.R.L.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini