WILAYAH Sokar, distrik Punch, memang tiap hari gaduh. Tapi Sabtu itu lebih dari biasanya. Waktu itu, tentara Pakistan sedang membangun lubang perlindungan di dataran yang tak berpenghuni. Tiba-tiba terdengar dor, disusul tembak-menembak. Beberapa saat kemudian, pihak India mengaku melihat tentara Pakistan menggotong dua rekannya. Mereka yakin, kedua orang itu "tewas". Dalam beberapa bulan terakhir, ini bukan insiden pertama antara kedua pihak. Awal tahun lalu, mereka sudah bentrok di wilayah Poona. Kabarnya, lima tentara Pakistan dan seorang tentara India tewas. Penyebabnya, apa lagi kalau bukan soal Kashmir, yang sejak kuartal terakhir tahun lalu memanas. Dalam sejarah, Kashmir selalu menjadi penyulut pertikaian dua negara itu. Sejak memisahkan diri dari India pada tahun 1947, Pakistan telah tiga kali berperang dengan India. Dua di antaranya, yakni tahun 1965 dan 1971, disebabkan oleh masalah Kashmir. Sekarang -- kalau suasana Kashmir tak mereda juga -- wilayah itu dapat menjadi penyebab perang untuk ketiga kalinya. Entah kapan ketegangan antara keduanya akan mereda. Suasana panas bukan cuma terasa di perbatasan. Sudah tembus ke wilayah Pakistan. Hari Minggu, sebuah bom meledak di kereta api ekspres Pakistan. Kereta itu datang dari Rawalpindi menuju Lahore. Hanya tiga kilometer sebelum tiba di tujuan, bom di bagian bawah gerbang kelas utama meledak, melemparkan para penumpangnya ke luar. Polisi sempat menghitung, "15 orang tewas dan 50 yang lain luka-luka." Namun kemudian diralat: yang tewas 11 orang, sedangkan yang terluka 35. Padahal, pekan sebelumnya, dua bom juga telah meledakkan bis di Punjab yang berbatasan dengan India. "Ini jelas-jelas sabotase," kata seorang petugas jawatan kereta api. Walaupun ia menolak menyebutkan siapa kemungkinan pelakunya. Kepala polisi Punjab, Manzur Ahmad, menyebutkan bahwa rangkaian bom itu adalah ulah "pihak asing". Sedangkan sejumlah koran lokal lebih berterus terang. Pengeboman itu, menurut mereka, adalah upaya balas dendam India atas keterlibatan Pakistan mendukung gerakan warga Jammu Kashmir -- bagian India yang mayoritas penduduknya Muslim -- yang ingin memisahkan diri dari India. Entah bergabung dengan Pakistan, seperti Azad Kashmir sekarang, atau merdeka menjadi negara sendiri. Belum tentu India yang ada di balik pengeboman tersebut. Mungkin justru pihak lain. Di tengah keadaan yang demikian genting, opini umum akan gampang tergiring untuk menyalahkan India. Apalagi pemimpin keduanya telah saling gertak. Walaupun antara India dan Pakistan ada perjanjian damai, dan pasukan PBB hingga kini masih berada di wilayah perbatasan itu -- untuk menjadi pengawas. Sekurang-kurangnya 300 ribu tentara India kini bersiaga di dekat perbatasan. Entah berapa di pihak Pakistan. Tampaknya, dalam waktu dekat, ketegangan perbatasan belum akan berhenti. Bahkan mulai pertengahan Mei ini -- saat salju Himalaya meleleh turun yang memudahkan orang-orang Kashmir melintasi perbatasan -- agaknya insiden antara kedua negara bakal meningkat. Bakal pecahkah perang terbuka India-Pakistan lagi? Mungkin tidak. Kedua pihak terasa masih menahan diri. Apalagi India tak lagi meremehkan Pakistan seperti dulu. Dalam pandangan India, Pakistan kini telah memiliki kepemimpinan militer yang berkualifikasi memadai -- itu kelemahan militer Pakistan dalam perang terdahulu. Juga, mereka menganggap Pakistan sukses mengubah tentaranya menjadi "tentara Islam" yang siap bertempur habis-habisan demi keyakinan. Zuc
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini