APA masalahnya bila seniman jadi pemimpin negara? Lihat saja di Cekoslovakia. Sejak dramawan Vaclav Havel dilantik jadi presiden empat bulan yang lalu, acara protokoler jadi kendur. Apalagi suasana sehari-hari di pusat pemerintahan di Praha. Baru kali inilah di Cekoslovakia -- mungkin di dunia -- para pejabat negara lebih suka bercelana jeans. Dan untuk mengatasi waktu, katanya, Presiden Havel sendiri berkendaraan sekuter mini mainan kanak-kanak sepanjang koridor Istana Hradcany untuk pergi ke ruang yang lain dan kembali ke ruang kantornya. Rupanya, dari satu ruang ke ruang yang lain di dalam Istana Kepresidenan itu cukup mencapekkan bagi sang presiden. Semua itu mula-mula diterima wajar-wajar saja oleh rakyat Ceko. Tapi kini mulai terdengar suara sumbang. Havel dijuluki rakyatnya sebagai "Santa Vaclav" karena pandangan moral politiknya sudah mulai harus menghadapi pihak yang tidak setuju dengan gaya pemerintahannya. Pekan-pekan belakangan ini, bahkan seorang rekan dekatnya mulai mengkritik sang presiden. Havel, kata si teman, terlalu banyak mengangkat karyawan amatir sebagai pembantunya. "Pemerintahan Cekoslovakia kini bergaya seniman amatiran," kata juru bicara kelompok hak asasi yang bernama Chapter, 77. Yang lain mengeluhkan sikap politik sang presiden dan para pembantunya yang naif, dan kesungkanan Havel mengambil kebijaksanaan yang tegas dan "sulit dijalankan". Misalnya, Havel menunggu sebulan sebelum menghentikan debat tingkat pejabat teras yang mempersoalkan "sampai mana batas perubahan ke sistem ekonomi pasar bebas bisa dijalankan". Havel, yang sudah berkunjung ke beberapa negara, dituduh sengaja menjauhi masalah-masalah domestik. Ia pun dikritik sebagai seorang yang sering berpikir "secara utopia". Misalnya, dalam pidato pertamanya, yakni setelah ia dilantik jadi presiden, Havel menjanjikan masa transisi ke sistem ekonomi pasar bebas "yang tanpa pengangguran dan inflasi". Tapi harus diakui, sebagai negarawan, Havel, 54 tahun, memang menanggung beban berat. Ia sendiri pernah menyatakan, "Sehari di kursi presiden, seratus kali lebih berat ketimbang hari-hari yang pernah saya lalui di penjara." Tapi, mengapa rakyat Cekoslovakia memilih Havel? Dialah "makelar kekuatan" yang sukses. Maksudnya, dramawan ini waktu itu dianggap satu-satunya tokoh di Cekoslovakia yang mampu mempersatukan pemerintahan yang terpecah-pecah oleh fraksi dan koalisi itu. Ia berhasil meredam semangat nasionalisme berbagai suku dan menumbangkan rezim komunis dengan mulus. Bagi kebanyakan rakyat Ceko, Havel tetap tokoh yang populer. Warga Ceko masih antre di luar istana Hradcany dan bertepuk tangan saat melihat sang presiden. Masih banyak foto-foto Havel tergantung di jendela banyak toko di Praha.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini