Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman menyatakan tidak akan menjual minyak ke negara mana pun yang memberlakukan batas atas harga pasokan. Menurut dia, pemberlakuan batasan harga minyak akan selalu menyebabkan ketidakstabilan pasar dan potensi pengurangan produksi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Ekspansi sudah berjalan dalam tahap rekayasa dan peningkatan pertama diharapkan mulai beroperasi pada 2025,” kata Abdulaziz dalam sebuah wawancara yang diterbitkan di Energy Intelligence seperti dikutip The National pada Selasa,14 Maret 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pekan lalu, senator Amerika Serikat dari kedua partai politik memperkenalkan apa yang disebut RUU Tanpa Kartel Penghasil dan Pengekspor Minyak, atau NOPEC. Jika disahkan, itu akan mengubah undang-undang antimonopoli AS untuk mencabut kekebalan kedaulatan yang telah melindungi anggota aliansi OPEC+ dan perusahaan minyak nasional mereka dari tuntutan hukum atas kolusi harga. Sebelumnya, ada beberapa upaya untuk meloloskan RUU NOPEC selama lebih dari dua dekade.
Abdulaziz mengklaim, OPEC+ telah berhasil membawa stabilitas dan transparansi ke pasar minyak. Arab Saudi telah menyatakan ingin memperluas kapasitas produksi menjadi 13 juta barel per hari pada 2027.
Abdulaziz mengatakan, kapasitas cadangan dan stok darurat global adalah jaring pengaman utama untuk pasar minyak dalam menghadapi potensi guncangan. Dia memperingatkan pertumbuhan permintaan global akan melebihi kapasitas cadangan global saat ini. “Sementara cadangan darurat berada pada titik terendah dalam sejarah,” katanya.
Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan mengatakan keputusan OPEC untuk mengurangi target produksinya sebesar dua juta barel per hari pada Oktober tahun lalu dibuat semata-mata karena alasan ekonomi. Hal senada diungkapkan Menteri Negara untuk Urusan Luar Negeri Arab Saudi Adel Al Jubeir. Dia mengatakan kerajaan tidak mempolitisasi minyak. “Kami tidak melihat minyak sebagai senjata. Kami melihat minyak sebagai komoditas kami,” katanya.
Menurut Adel, Arab Saudi ingin membawa stabilitas ke pasar minyak. Dia mengklaim punya catatan yang jelas selama beberapa dekade teakhir.
Negara Kelompok Tujuh atau G7 – bersama Uni Eropa dan Australia, menerapkan batas harga pada kargo lintas laut minyak Rusia pada 5 Desember. Koalisi Barat menetapkannya pada $60 per barel. Rusia mengatakan akan memangkas pasokan 500.000 barel per hari (bpd) mulai Maret ini.
THE NATIONAL | REUTERS
Pilihan Editor: Profil Golda Meir, Wanita Pertama Perdana Menteri Israel Dimakamkan di Yerusalem