Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Arab Spring dan Proses Demokratisasi Dunia Arab yang Dipicu Demonstrasi Massa

Pada awalnya, gerakan Arab Spring ini bermula di Tunisia dan Mesir pada 18 Desember 2010. Setelah itu, gerakan ini menjalar ke banyak negara tetangga.

14 Januari 2022 | 13.50 WIB

REUTERS/ Finbarr OReilly
Perbesar
REUTERS/ Finbarr OReilly

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Kairo -Kebangkitan Dunia Arab atau biasa dikenal dengan nama Arab Spring adalah sebuah gerakan sosial yang masif terjadi di jazirah Arab lebih dari satu dekade lalu.

Gerakan sosial ini termanifestasikan ke dalam sebuah gelombang unjuk rasa dan protes menuntut terjadinya revolusi di banyak dunia Arab.

Pada awalnya, gerakan ini bermula di Tunisia dan Mesir pada 18 Desember 2010. Setelah itu, gerakan ini menjalar ke banyak negara, seperti Libya, Bahrain, Suriah, Yaman, Aljazair, Irak, Yordania, Maroko, Oman, Kuwait, Lebanon, Mauritinia, Arab Saudi, Sudan, dan Sahara Barat.

Menurut Julia Skinner (2011) dalam artikel jurnalnya yang berjudul Social Media and Recolution menyatakan bahwa gerakan Arab Spring menggunakan sebuah metode pemberontakan sipil yang didukung dengan pemanfaatan media sosial, seperti Facebook, Twitter, Youtube, dan Skype untuk melakukan pengorganisasian, komunikasi, dan peningkatan kesadaran akan Arab Spring.

Di samping itu, pemanfaatan media sosial yang masif juga berakibat pada simpati masyarakat dunia terhadap Arab Spring dan berujung pada banyak masyarakat dunia yang mendukung Arab Spring.

Unjuk rasa yang dilakukan dalam Arab Spring, banyak direspons secara oleh pihak yang berwajib dan seringkali gerakan ini dibenturkan antara sesamam rakyat. Slogan bagi banyak pengunjuk rasa dalam Arab spring adalah Ash-sha’b yurid isqat an-nizam atau Rakyat ingin menumbangkan rezim ini.

Arab Spring dilatarbelakangi oleh ketidakpuasan masyarakat di banyak negara Arab atas kepemimpinan rezim-rezim yang otoriter serta korup dan karena itu banyak dari mereka yang melancarkan protes dan menuntut untuk terjadinya demokratisasi di banyak negara Arab.

Gerakan Arab Spring berhasil menumbangkan dua rezim di Mesir dan Tunisia.

Di Suriah dan Libya, Arab Spring berujung pada perang sipil. Sedangkan, di beberapa negara Arab lain, seperti Kuwait, Lebanon, Oman, Maroko, dan Yordania, Arab Spring berhasil untuk melakukan perubahan pemerintahan dan reformasi konstitusional.

EIBEN HEIZIER

Baca : Pembawa Acara Televisi di Tunisia Ditahan karena Kritik Presiden

 

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus