Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Berita Tempo Plus

Ketika Bendera Putih Berkibar

Warga Malaysia mengibarkan bendera putih di masa pandemi Covid-19 sebagai isyarat meminta bantuan. Pemerintah menuduhnya sebagai upaya menjatuhkan citra Perdana Menteri Muhyiddin Yassin.

17 Juli 2021 | 00.00 WIB

Seorang wanita mengibarkan bendera putih setelah dia menerima bantuan dari orang lain di rumahnya selama lockdown, di Petaling Jaya, Malaysia 6 Juli 2021. REUTERS /Lim Huey Teng
Perbesar
Seorang wanita mengibarkan bendera putih setelah dia menerima bantuan dari orang lain di rumahnya selama lockdown, di Petaling Jaya, Malaysia 6 Juli 2021. REUTERS /Lim Huey Teng

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Warga Malaysia melancarkan gerakan kemanusiaan lewat kampanye bendera putih.

  • Situasi pandemi di Malaysia memburuk dengan kasus Covid-19 yang semakin banyak.

  • Pemerintah menuduh gerakan bendera putih itu politis.

SUDAH lebih dari dua bulan Zulkiflee Anwar Haque, 59 tahun, banyak berdiam di rumahnya di Kuala Lumpur. Kota itu juga menjadi lebih sepi setelah pemerintah Malaysia memperketat pembatasan aktivitas publik untuk mencegah penularan Covid-19. Di beberapa lokasi di Kuala Lumpur, menurut kartunis yang akrab disapa Zunar itu, sudah dipasang blokade jaringan kawat berduri. "Kondisi menjadi lebih sulit. Pandemi ini menambah kemurungan dan depresi," kata Zunar kepada Tempo, Kamis, 15 Juli lalu.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Iwan Kurniawan

Iwan Kurniawan

Sarjana Filsafat dari Universitas Gadjah Mada (1998) dan Master Ilmu Komunikasi dari Universitas Paramadina (2020. Bergabung di Tempo sejak 2001. Meliput berbagai topik, termasuk politik, sains, seni, gaya hidup, dan isu internasional.

Di ranah sastra dia menjadi kurator sastra di Koran Tempo, co-founder Yayasan Mutimedia Sastra, turut menggagas Festival Sastra Bengkulu, dan kurator sejumlah buku kumpulan puisi. Puisi dan cerita pendeknya tersebar di sejumlah media dan antologi sastra.

Dia menulis buku Semiologi Roland Bhartes (2001), Isu-isu Internasional Dewasa Ini: Dari Perang, Hak Asasi Manusia, hingga Pemanasan Global (2008), dan Empat Menyemai Gambut: Praktik-praktik Revitalisasi Ekonomi di Desa Peduli Gambut (2020).

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus