Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Ayatullah dan Ayatullah

Terjadi bentrokan senjata antara pengikut ayatullah khomeini dengan pengikut ayatullah syariat madari. syariat madari menentang konstitusi baru yang terlalu banyak memberikan kuasa pada khomeini.(ln)

15 Desember 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ORANG biasa menyebut kota Tabriz sebagai kota dari mana panas mengalir. Tapi pekan lalu bukan cuma mata air hangat yang memancar dari kota yang sangat dingin di musim ini. Tabriz, tempat berpangkalnya gerakan nasionalis Iran di awal abad ini, sampai dengan Minggu malam kemarin merupakan ajang perselisihan antara para pengikut Ayatullah Khomeini dengan pengikut Ayatullah Syariat Madari. Di ibukota provinsi Azerbaijan ini tembak menembak terjadi. Ayatullah Khomeini, yang bisa memerintahkan langsung gerakan tentara, mengirimkan pasukan para berbaret-hijau ke kota itu untuk menyetop gerombolan yang dituduhnya sebagai "agen-agen imperialis Amerika". Para pengikut Syariat Madari, dalam pakaian putih-putih untuk mati syahid, nampaknya akan bertahan di antara 600.000 penduduk. Berapa korban yang jatuh belum diketahui pasti. Bertemperamen Lain Khomeini menganggap perlawanan mereka kepada kewibawaan pemerintahannya sebagai "pemberontak melawan Islam". Sebaliknya Syariat Madari menyatakan ia "seratus persen mendukung penduduk Azerbaijan". Dalam wawancaranya dengan harian Teheran Times awal pekan ini ia menyebut bahwa masalah Azerbaijan bukanlah karena masalah keinginan memperoleh otonomi, tapi "karena ketidak-adilan". Ulama besar asal Tabriz ini tak memperinci apa "ketidak-adilan" itu. Tapi mungkin ia ingin membedakan ketidakpuasan rakyat Azerbaijan, dari ketidakpuasan orang-orang Kurdi, yang menghendaki otonomi bagi wilayahnya. Dan dengan demikian juga berbeda dari pergolakan di provinsi Balukhistan ataupun Khuzestan. Ayatullah Syariat Madari lebih menekankan pada masalah konstitusi baru, yang pekan sebelumnya direferandumkan. Ia sendiri menolak konstitusi baru itu. Ia tak ikut referandum. Hampir seluruh penduduk Azerbaijan, yang hampir merupakan sepertiga penduduk Iran yang 35 juta itu, mengikutinya. Tapi belum jelas benar bagian mana dari konstitusi itu yang ditentangnya. Sejak mula, memang perbedaan antara Khomeini dengan Syariat Madari sudah nampak. Keduanya berusaha keras untuk menutupinya, dan mereka saling menjaga diri. Tapi temperamen kedua ulama besar ini memang lain. Ayatullah Khomeini, beralis tebal dan nampak kokoh, hampir tak pernah senyum. Ayatullah Syariat Madari, berkacamata nenek dengan mata yang kecil, biasa tersenyum. Yang pertama tak pernah berkompromi. Yang kedua terkenal moderat. Syariat Madari, seperti halnya bekas Perdana Menteri Bazargan, berjuang melawan Syah dari dalam negeri. Khomeini, beserta orang-orang dekatnya, berjuang dari luar negeri, dan tinggal di negeri asing lebih dari 10 tahun. Belum jelas benar dakah karena perbedaan latar belakang seperti itu yang menyebabkan Khomeini dan orang-orang dekatnya nampak kurang luwes dalam mengatasi masalah Iran kini. Tapi yang pasti, dalam panasnya revolusi, orang moderat memang selalu tersisihkan. Syariat Madari misalnya, meskipun statusnya sebagai ulama sangat tinggi, bahkan yang paling terkemuka di kota Qom -- tak diajak dalam pembentukan Dewan Revolusi Islam yang sangat berkuasa itu. Khomeini dengan orang-orang dekatnya menyusunnya secara rahasia. Dari ulama terkemuka Iran hanya almarhum Ayatullah Taleghani -- yang berpengaruh di Teheran -- yang disertakan. Itu pun kemudian tak selamanya akur. Sejumlah para pengikut Khomeini sekali waktu menahan dua anak Taleghani yang dianggap kiri. Taleghani menghilang dari Teheran sebagai protes, seraya memperingatkan bahwa Iran dapat "jatuh kembali ke tangan kediktaturan dan despotisme. " Perbedaan paham antara para pendukung Taleghani dengan kaum revolusioner yang merasa dekat dengan Khomeini tak berumur lama. Taleghani wafat September yang lalu. Tapi perbedaan paham antara Syariat Madari dengan Khomeini nampaknya tak bisa lagi ditutup-tutupi. Ketika rencana penyusunan konstitusi baru diumumkan, dan pemilihan umum direncanakan, Khomeini mendeking dan merestui Partai Islam Republiken (PRI) atau Hezbe Jumhuriye Eslami yang baru dibentuk. Melihat pemujaan massa kepada Khomeini, dan kekuasaan Dewan Revolusi yang dipimpinnya, Syariat Madari mau menghindarkan terjadinya monopoli kekuasaan. Akhir April ia pun mendukung berdirinya Partai Republiken Rakyat Muslim (PRRM) atau Hezbe Jumhuriye Khalq Mussalman-e-Iran. "Ada bahaya terjadinya kediktaturan satu partai," kata Syariat Madari menjelaskan alasannya. "Untuk hanya satu partai (yang menguasai parlemen) akan sangat buruk akibatnya." Sebab, "bila mereka memutuskan satu perkara, mereka tak akan menganggap apa yang benar dan apa yang salah, sebab mereka tahu mereka punya suara mayoritas." Khomeini membalas. "Tak ada yang bisa dicapai dengan tetesan-tetesan kecil," katanya mengecam banyaknya partai ke arah pembentukan Republik Islam Dan meskipun semula partai-partai itu disiapkan untuk pemilihan umum Majlis Konstituante, tiba-tiba menyatakan bahwa tak akan ada Majlis Konstituante. Bahkan ia menyebut mereka yang memperjuangkan Majlis itu sebagai "kontra-revolusioner" serta "komunis". Rancangan konstitusi akan dilontarkan langsung ke tengah rakyat untuk direferendumkan. Rakyat tinggal pilih "setuju" atau "tidak". Pada saat itu pemerintahan Mehdi Kazargan -- yang semangatnya lebih dekat pada Syariat Madari -- mendesakkan agar referandum semacam itu harus dihindari. Sebuah konstitusi memerlukan perdebatan, amandemen bila perlu, yang tak bisa diselesaikan lewat referandum. Maka suatu kompromi antara Kabinet dengan Dewan Revolusi tercapai: Majlis Konstituante tak akan dipilih, sebagai gantinya dipilih Majlis Ahli yang jumlahnya lebih kecil. Majlis inilah yang akan menyusun satu rancangan konstitusi - yang kemudian akan direferandumkan. Syariat Madari menyaksikan semua ini dengan kecewa. "Mereka nampaknya tak tahu apa yang mereka lakukan," katanya waktu itu. Ia secara terbuka menyerukan tetap diadakannya Majlis Konstituante. Ia sendiri, katanya, tak akan memberikan suara kecuali kalau ada Majlis Konstituante. Tapi, Syariat Madari tak diacuhkan. Ia dianggap hanya menimbulkan perpecahan. Namun panasnya konflik antara pengikutnya serta pendukung Khomeini mulai tercetus ketika pemilihan ke-75 anggota Majlis Ahli berlangsung. "Komiteh", atau "panitia", yang dikuasai pendukung PRI mengontrol seleksi para calon. Beberapa partai memprotes: mereka tak mau serta dalam pemilu. Itu pun tak banyak hasilnya: hanya dua calon bukan pro-PRI yang akan boleh dipilih. Sekalipun begitu para pengikut Syariat Madari yang tergabung dalam PRRM masih mencoba ikut memilih calon-calon mereka. Namun di Tabriz mereka merasa bahwa para pendukung Khomeini berlaku curang. Gubernur Tabriz sendiri mengatakan -- sebagaimana dikutip majalah The Middle East September yang lalu -- "Ada penipuan dalam setiap tempat pemungutan suara di Tabriz. Saya melihat beberapa di antaranya dengan mata kepala saya sendiri." Beberapa saat kemudian para pemimpin PRRM mengeluarkan pernyataan, yang ditujukan kepada "rakyat Azerbaijan yang berani". Di dalamnya suatu suara marah tercetus: "Rakyat Tabriz dan seluruh Azerbaijan telah ditindas selama bertahun-tahun, dan bahwa ini masih terus berlangsung. Saudara-saudara pernah bangkit sebelumnya dan tahu bagaimana untuk berjuang bagi hak-hak saudara-saudara. Hanya karena rasa hormat kepada otoritas tertinggi dalam Islam Syi'ah sajalah (yang dimaksudkan Ayatullah Syariat Madari -- Red.) saudara-saudara tinggal diam. Jika pemerintah pusat mengabaikan statemen kami ini, mereka harus tanggung akibat yang terjadi. " Yang terjadi adalah ledakan pekan lalu, empat bulan setelah pernyataan tadi. Dalam panasnya suasana, ketika referandum untuk menyetujui rancangan konstitusi berlangsung, seorang pengawal di rumah Syariat Madari tertembak mati oleh para pendukung Khomeini. Esok paginya segera Khomeini, yang empat tahun lebih muda ketimbang Syariat Madari, mendatangi rumah ulama itu. Tapi pertemuan selama 30 menit rupanya tak menghindari pertempuran di Tabriz. Sahut Menyahut Salah satu penyebab kemarahan pengikut Syariat Madari ialah cara televisi pemerintah -- yang dikuasai oleh Sadeq Ghotbzadeh -- yang dianggap memanipulasikan berita. Suatu anjuran lewat televisi untuk memberikan suara dalam referandum diselingi dengan gambar Syariat Madari, seakan-akan ulama ini mengubah pendiriannya. Televisi juga tak pernah menyiarkan protes rakyat Tabriz. Tak heran bila stasiun radio dan televisi dicoba direbut, meskipun akhir pekan lalu berhasil kembali di tangan para pendukung Khorneini dan pemerintah pusat. Apa yang akan terjadi, masih belum bisa diperhitungkan. Tapi keretakan di tubuh Iran memang bisa berlanjut-lanjut. Kalangan Kurdi pekan lalu menyatakan dukungannya kepada rakyat Azerbaijan, dan itu berarti gerakan di daerah-daerah yang menentang pemerintahan Khomeini seperti sahut-menyahut. Hanya dengan adanya musuh bersama seperti Amerika Serikar sajalah Khomeini dapat --untuk sementara ini -- menyatukan negerinya dan mengkonsolidasikan kekuasaannya. Juga, tentu saja, dengan panji-panji Islam. Masalah yang besar ialah bila soal san dera di kedutaan besar AS segera selesai, atau jadi adem. Dalam konstitusi baru Khomeini akan bertindak sebagai sang faqih yang berhak menyatakan perang, menseleksi calon presiden yang dipilih rakyat, mengangkat pejabat tinggi kehakiman dan militer, dan memecat kepala negara bila parlemen menganggapnya tak becus lagi. Dalam pikiran para penyusun konstitusi ini, nampaknya Khomeini akan dapat melakukan semua itu tanpa menjadi sewenang-wenang. Tapi Syariat Madari, yang lebih cenderung agar kontrol oleh ulama dilakukan lewat sebuah majlis, berpendapat lain.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus