Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Akhirnya selesai juga

Pembebasan 2045 tahanan politik golongan b, sisanya 105 orang akan menyusul. perbedaan ini untuk menunjukkan bahwa mereka salah dan sikapnya kurang kooperatif. (nas)

15 Desember 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"SEBELUM Hari Natal 1979 tidak akan ada lagi tahanan G30S/PKI golongan B di Indonesia," ucap Pangkopkamtib Laksamana Sudomo dalam suatu upacara di Yogyakarta Sabtu pekan lalu. Hari itu 2045 tahanan politik golongan B dibebaskan di beberapa tempat di Indonesia. Sisanya, 105 orang -- 41 di antaranya bekas tahanan di pulau Buru-yang sebagian besar ditahan' di Magelang, akan dibebaskan sebelum Natal. Mereka masih ditahan karena dianggap menunjukkan sikap yang kurang kooperatif. Di antaranya sastrawan terkenal Pramudya Ananta Toer. 105 orang ini setelah bebas masih akan dikenakan wajib lapor sekali seminggu. "Walaupun jarak waktunya dengan yang dibebaskan pekan lalu hanya sebentar, tapi penahanan lebih lama itu untuk menunjukkan bahwa mereka salah. Supaya ada bedanya dengan yang lain," Kepala Puspen Hankam Brigjen Goenarso SF menjelaskan. Dengan begitu tinggal 23 tahanan golongan A yang belum bebas. Mereka ini menurut Sudomo, akan diadili tahun ini juga. Kan tahun ini tinggal 20 hari? "Ya kalau tak habis, dilanjutkan awal tahun depan," jawab Sudomo cepat. "Tapi yang penting, pemerintah mengharapkan akhir tahun ini masalah tahanan G30S/PKI selesai secara tuntas," lanjut Pangkopkamtib. Tuntas tidak berarti persoalan selesai begitu saja. Terutama menyangkut peradilan 23 tahanan golongan A ini. Kalau misalnya di antara tokoh yang diadili ini terungkap bukti baru, bisa terjadi penangkapan-penangkapan lagi, seperti dikatakan Sudomo. Selamat Datang Keluarga Pramudya yang tinggal di daerah Rawamangun, Jakarta, gembira setengah tak percaya mendengar berita itu. "Selama ini perasaan kami tak menentu karena simpang siurnya berita," ujar Ny. Maimunah, istri Pram. Pertengahan November lalu bersama 5 anaknya ia sia-sia mencari Pram di Tanjung Priok ketika rombongan terakhir tahanan dari pulau Buru tiba. "Ada yang memberitahu bahwa Bung Pram termasuk mereka yang diturunkan lebih dulu di Surabaya," lanjut Ny. Pram. Di mana kemudian Pram ditahan tidak mereka ketahui. Pekan lalu mereka merencanakan untuk menghadap Kepala Bakin Jenderal Yoga Sugama untuk minta izin menengok Pramudya di Cimahi, di mana ia dikabarkan ditahan. "Sekarang tentu saja kami menunggu saat pembebasan itu tiba," lanjut Ny. Maimunah. Demam menunggu pembebasan telah beberapa bulan melanda keluarga itu. Sebuah tulisan "Selamat Datang Papaku Tercinta" telah ditempelkan di dinding ruang tamu sejak awal November lalu. Titiek, anak nomor dua yang kuliah di Universitas Jayabaya, sudah menentukan bahwa ialah yang pertama harus digendong ayahnya. Memang ia yang sejak kecil paling dekat dengan Pram dan sering dibawa ke mana-mana. Sedang si bungsu Yudistira, yang berumur 9 bulan ketika Pram ditahan, sering bertanya pada ibunya "Apakah kalau bertemu papa harus dicium? Malu ah." Tapi menurut Ny. Pram, anak-anak merasa dekat dengan ayahnya karena lewat surat Pram selalu mengadakan pendekatan dengan cara yang berbeda. Surat terakhir dari Pram diterima keluarga ini Desember tahun lalu. Menurut Laksamana Sudomo, naskah Pramudya yang ditulisnya selama di Buru tidak bisa diterbitkan, "karena isi buku itu bisa menjurus pada bentuk kegiatan politik dan bisa mempengaruhi mereka yang membacanya. " Bidang ABRI dan pemerintahan, dan juga perusahaan vital termasuk pers, tertutup bagi para bekas tahanan ini. Kabarnya, pembebasan 105 tahanan golongan B terakhir itu akan dilakukan 20 Desember mendatang. Setelah 14 tahun, satu lembaran gelap dari sejarah Indonesia akan kita lewati juga.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus