BAGIAN Khusus Kepolisian Malaysia berhasil menangkap seorang pemimpin komunis "kelas kakap". Demikian pengumuman yang disampaikan oleh Pembantu Mendagri Malaysia Megat Junid Megat Ayob baru-baru ini, menjelang pilihan lokal di Tanjung Puteri. Tokoh yang katanya anggota pimpinan teras Partai Komunis Malaya (PKM) itu ditangkap pada 1 Maret lalu di Kuala Kubu Baharu, yang sudah sejak lama disinyalir menjadi pusat subversi komunis. Tapi Deputi Mendagri tak memberi keterangan lebih lanjut, termasuk nama si tokoh. Ia hanya menyebutkan bahwa dokumen yang berada di tangan orang itu menunjukkan bahwa ia punya kedudukan penting di PKM. Harap dicatat, lembaga keamanan di Malaysia berada di bawah Departemen Dalam Negeri. Menurut informasi, pemimpin yang tertangkap di Selangor itu telah berhasil menyusup ke dalam organisasi-organisasi tertentu. Orang itu, konon, ditugasi mengipas-ngipaskan isu rasialisme di negara Malaysia yang multirasial. PKM mulai menjalankan aksi pemberonrakannya pada 1948, tak lama setelah pemerintah penjajahan Inggris berkuasa kembali di Malaya. Situasi makin genting dan terus berkembang sampai Malaya merdeka pada 1957. Mereka makin mendapat angin ketika Indonesia melancarkan konfrontasinya sebagai reaksi atas pembentukan negara Malaysia pada 1963-1965. Dalam 1965 saja tak kurang dari 2.400 rakyat Malaysia menjadi korban keganasan komunis. Mulai 1966 PKM makin terdesak, dan hanya bertahan di perbatasan Malaysia-Thai. Aksi yang mereka jalankan sejak itu, menurut para pejabat keamanan Malaysia, lebih merupakan pengacauan dan penyusupan di kalangan partai-partai dan organisasi legal. Pada awal 1970-an, bahkan, kegiatan mereka dianggap tak lagi merupakan ancaman serius. Makanya, pernyataan pemerintah Malaysia tentang tertangkapnya seorang tokoh PKM menimbulkan pertanyaan. Tidakkah itu memberi kesan bahwa sebenarnya ancaman komunis masih merupakan faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan? Ada yang menghubungkan terjaringnya si tokoh komunis sehubungan dengan pemilihan lokal yang dewasa ini sedang berlangsung di Tanjung Puteri. Isu "ancaman komunis", apalagi bila lawan yang dihadapi adalah orang dari pihak yang berbau kekiri-kirian (Partai Sosialis Rakyat Malaysia, misalnya), akan jadi alat cukup ampuh untuk mencapai kemenangan. A.D. (Jakarta) & EMA (Kuala Lumpur)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini