MAHATHIR Mohamad lolos dari ujian. Pilihan raya lokal di Tanjung Puteri, Johor, Sabtu pekan lalu dimenangkan oleh Datuk Haji Mohamad Yunus, calon dari UMNO, kendati angka kemenangannya tipis. Sementara itu, Abdul Razak Ahmad dari Partai Sosialis Rakyat Malaysia (PSRM) menyatakan tak menerima penghitungan suara yang dianggapnya kurang akurat. Meski ini pilihan lokal, pertarungan politik di Tanjung Puteri jadi barometer kewibawaan Mahathir dengan UMNO-nya, yang belum lama ini dinyatakan tak sah oleh Pengadilan Tinggi Kuala Lumpur. Para analis politik berpendapat, pemilihan lokal itu sekaligus mengukur kekuatan pihak oposisi, dan juga kemantapan hari depan pemerintahan Mahathir. Ini akan merupakan barometer seberapa jauh masyarakat mendukung berbagai kebijaksanaan kabinet Mahathir yang akhir-akhir ini banyak mendapat kecaman. Abdul Razak Ahmad sendiri, dalam wawancaranya dengan TEMPO, mengakui pentingnya pilihan lokal ini. "Kalau calon UMNO menang, berarti rakyat setuju dengan kebijaksanaan Mahathir," katanya. Pemerintahan Mahathir memang sangat berkepentingan dengan kemenangan di Tanjung Puteri. Tak kurang dari Mahathir sendiri yang turun ke lapangan di sana, dan aktif berkampanye. Itu masih ditambahkan dengan tokoh-tokoh partai mitra UMNO yang tergabung dalam Barisan Nasional yang sekarang berkuasa di Malaysia. Itu sebabnya, jauh-jauh hari Abdul Razak mengatakan, seharusnya UMNO menang besar. Sebab, partai ini sampai mengerahkan tokoh-tokoh besar hanya untuk melawan partai lokal seperti PSRM. Dengan kata lain, suatu kemenangan dengan selisih angka yang tipis sudah berarti "kemenangan" buat PSRM. Dan akhirnya UMNO memang cuma menang tipis. Selisih cuma 40 suara. Ini pun terjadi sedikit kericuhan, karena perhitungan hasil pilihan diulang sampai tiga kali, dengan hasil yang berbeda. Yang dianggap sah oleh panitia tampaknya penghitungan pertama, yang menghasilkan selisih 40 suara itu. Penghitungan kedua dan ketiga menghasilkan selisih 17 dan 31 suara. Penghitungan kedua dilakukan karena jumlah kertas suara sebelum dipisah-pisahkan dan setelah dipisahkan, menurut pilihan pemilih, berbeda. Panitia memerintahkan penghitungan ketiga kalinya, karena jumlah kertas suara yang tidak sah pada penghitungan pertama dan kedua berbeda pula. Itu soalnya bila Abdul Razak kembali tak menerima pilihan ulangan ini, sebelum panitia memberikan penjelasan yang masuk akal, mengapa penghitungan sampai tiga kali. Sebenarnya, pilihan lokal di Tanjung Puteri ini pun kurang disambut oleh para pemegang hak memilih. Tak semua rakyat datang ke tempat-tempat pemungutan suara. Persisnya, sementara jumlah pemilih sekitar 40.000 orang, yang hadir ke tempat pilihan hanya lebih sedikit dari 50%. Itu sebabnya Datuk Shahrir Samad, Direktur Kampanye Barisan Nasional pemilu kawasan itu, menyatakan bahwa kemenangan tipis UMNO bukanlah karena popularitas partai yang menurun. Dari segi lain, kebijaksaan UMNO pusat yang menaikkan peristiwa pemilihan di Tanjung Puteri menjadi isu nasional, menurut Samad, merugikan "Karena segala soal kampanye diatur pusat, saya seperti hilang dan tak punya peranan apa-apa." Selain itu, pihak PSRM, misalnya, punya kesempatan menyerang korupsi yang berkecamuk di Johor, dan kemasabodohan Kuala Lumpur yang menyebabkan mandeknya pembangunan ekonomi. Alhasil, kemenangan tipis UMNO di Tanjung Puteri telah menaikkan gengsi PSRM. Kredibilitas partai terbesar yang mewakili golongan Melayu, UMNO, tampaknya memang menghadapi krisis kepercayaan. Belum lagi bila pilihan ini pun dibatalkan oleh Pengadilan Tinggi Johor, karena pengaduan pihak PSRM. Krisis UMNO belum habis. A. Dahana (Jakarta) & Ekram H. Attamimi (Kuala Lumpur)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini