LECH Walesa semula akan berpidato di kaki Monumen Buruh di luar
Galangan Kapal Lenin di Gdansk. Sejak dibebaskan (13 November),
pemimpin (organisasi terlarang) Solidaritas ini bersikap menahan
diri. Maka 16 Desember dianggap hari yang baik untuk berpidato
kembali di depan massa.
Hari Kamis itu, ribuan orang telah berkumpul untuk memperingati
"hari berdarah" 12 tahun yang lalu. (Tahun 1970, ketika keadaan
ekonomi Polandia hancur, kaum buruh yang mogok menyerang kantor
Partai Komunis yang letaknya tidak jauh dari galangan kapal
Lenin. Pemerintahan dipimpin oleh Wladyslaw Gomulka waktu itu
menyuruh tembak para demonstran. Konon ratusan meninggal).
Tapi Walesa ternyata tidak muncul. Istrinya, Danuta, menerangkan
sekitar pukul 10 pagi, sejumlah tentara bersenjata menggerebek
rumah mereka. Dan Walesa dibawa pergi, entah ke mana. Baru
sembilan jam kemudian, Walesa kembali. Massa di Monumen Buruh
dan kumpulan ratusan orang lainnya di stasiun pusat Gdansk,
telah buyar. Juga sekitar 7.000 Jemaat, yang menghadiri misa di
gereja St. Brygidas, telah kecewa.
Pastor Henryk Jankowski yang juga menjadi penasihat keluarga
Walesa ketika petang harinya memimpin misa di Brygidas
menyatakan pula penyesalannya. "Lech ingin sekali bersama kita
hari ini," ujar sang Pastor, "tapi dia ternyata tidak sempat.
Tidak mungkin."Tanpa bentrokan fisik antara rakyat dan polisi
antihuru-hara, malam harinya Walesa kembali.
"Saya telah diculik," kata Walesa kemudian. Hal ini telah diduga
sebelumnya. Karena sehari sebelum peringatan "hari berdarah",
puluhan tank telah memperagakan diri, demikian pula banyak truk
militer berseliweran di jalan raya Gdansk. Rupanya pihak militer
telah mengambil tindakan siaga penuh.
"Saya kini sedang memikirkan tindakan yang terbaik untuk tujuan
kita," ujar Walesa lagi, "dan seperti anda tahu, saya ini tidak
senang dengan kekerasan. Senjata saya cuma argumentasi dan
dalih."
Walesa telah mengirim surat (terbuka) kepada Jenderal
Jaruzelski, orang kuat Polandia, anura lain meminta amnesti umum
bagi anggota Solidaritas yang ditahan karena berlakunya UU
Darurat. Dia juga menghimbau aaar dipekerjakan kembali banyak
buruh yana dipecat akibat UU tersebut, dan agar dipulihkan
perserikatan buruh bebas. "Kalau hal ini anda lakukan," tulis
Walesa, "kita akan mudah mendandani negeri kita. Negara asing
pun akan membantu."
Tanggapan Jaruzelski tidak terdengar. Hanya juru bicara
pemerintah Jerzy Urban berkata: "Sebagai bekas ketua dari bekas
organisasi yang bernama Solidaritas, Walesa kini hanyalah warga
negara sipil biasa."
Sejak dilarangnya Solidaritas dan berlakunya UU Darurat di
Polandia, Amerika Serikat satu-satunya negara yang bersikap
paling terbuka menentang pemerintah Polandia kini. Presiden
Ronald Reagan bahkan telah mengadakan misa khusus untuk Polandia
minggu lalu. Pnguasa Polandia "sekelompok orang brengsek" (a
bunch of nogood lousy bums), kata Reagan.
Polandia sendiri terakhir ini mengalami perubahan. Kalau
demonstrasi di tahun 1980 berhasil menundukkan pemerintah untuk
mengakui eksistensi Solidaritas, semangat itu tidak tampak lagi
kini. Bagaikan orang yang cepat lelah, para demonstran --
misalnya ketika memperingati hari lahir (10 November)
Solidaritas--cepat bubar. Polisi menghadang mereka dengan
semprotan air dan gas air mata.
Lagi pula Uskup Agung Jozef Glemp tidak mau merestui pemogokan
umum. Glemp tetap menekankan perlunya dialog antara pihak gereja
dan pemerintah, terutama untuk membicarakan rencana kunjungan
Paus Johannes Paulus 11, Juni 1983.
Sementara itu, PM Jaruzelski bersikap tegas. Situasi normal
"harus tahap demi tahap," ujarnya. "Saya tidak bisa menjanjikan
apa-apa dan cuma sama niat saya anarki tidak boleh terjadi di
Polandia."
Tahap berikutnya, apakah UU Darurat akan dicabut? Sejm
(parlemen) Polandia Sabtu lalu menyetujui usul supaya UU Darurat
dicairkan, tapi akan berlaku sejumlah peraturan baru yang masih
memungkinkan pihak militer mengekang kebebasan buruh dan
menumpas gerakan antipemerintah (lihat box). Jadi, walaupun
tanpa UU Darurat, kekuasaan militer akan tetap besar.
Akan sama halnya bagi Jaruzelski. Selain jadi perdana menteri,
dia juga menteri pertahanan merangkap Ketua Partai Komunis
Polandia.
Kehidupan rakyat dalam Natal sekali ini semakin sulit.
Warganegara hidup dengan catu, dan selalu berantre panjang untuk
memperoleh bahan pangan dan kebutuhan pokok lainnya. Tapi
Polandia di bawah pimpinan Jaruzelski masih dipercaya oleh
perbankan Barat.
November lalu, 503 bank Bropa Barat berkumpul di Wina. Mereka
memberi keringanan (rescheduling) bagi Polandia mencicil
utangnya. Seluruh utang Polandia (dari negara Barat) sekitar US$
25 milyar. Polandia masih bisa berutang lagi US$ 550 juta, lewat
garansi ekspornya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini