SESUDAH glasnost, Soviet kian menarik. Setidaknya koran-koran di sana tak lagi adem, kadang-kadang terselip juga berita yang mengejutkan. Salah satu di antaranya terbaca pada harian Komsomolskaya Pravda, Rabu pekan lalu. Yakni berita tentang dihentikannya pembangunan Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Krasnodar di tepi Laut Hitam. Yang mengejutkan itu, keputusan tersebut karena desakan masyarakat setempat. Kemungkinan besar desakan itu lahir karena masyarakat di situ masih dihantui oleh melelehnya PLTN di Chernobyl, 1986 lalu, yang menyebabkan 31 orang tewas dan 100 ribuan diungsikan. Padahal, sebelumnya -- dekat setelah peristiwa Chernobyl -- pemerintah bersiteguh akan melaksanakan rencana menggandakan PLTN-nya pada tahun 2000 ini. Apa yang terjadi setelah ada glasnost, politik keterbukaan, itu? Boleh jadi semangat antinuklir telah merebak ke segenap lapisan. Sebab, bukan saja PLTN baru, tapi 20 PLTN yang beroperasi dan lainnya yang baru dibangun, menurut Konsomolskaya Parvda, juga dikecam penduduk sekitarnya. Dan, penghentian pembangunan PLTN Krasnodar, menurut koran tadi, adalah penghentian yang pertama tapi bukan terakhir. Padahal, sebelum musibah Chernobyl, masyarakat Soviet sangat mendukung PLTN. Kehadiran instalasi nuklir yang bermanfaat tapi bisa juga jadi pembunuh dahsyat itu dianggap membawa berkah dan prestise. Biasanya wilayah sekitar PLTN akan mendapat perhatian pemerintah pusat, ini berarti lebih banyak lowongan kerja, perbaikan sarana fisik dan lain-lain. Kini segala bayangan kenikmatan itu tergusur oleh ngerinya peristiwa Chernobyl. Lalu kebetulan, Gorbachev mencanangkan glasnost dan perestroika (restrukturisasi). Walhasil, keberanian memprotes di negeri komunis itu pun tumbuh. Glasnost juga menjadikan wartawan dan editor di Soviet kini jadi lebih berani. Misalnya kini muncul juga berita tentang birokrat yang tak becus, pejabat dan pimpinan partai yang korupsi. Harian Pravda memberitakan korupsi Rp 10 trilyun oleh para pejabat dan pimpinan partai di Republik Uzbekistan, selama dasawarsa terakhir. Harian itu juga menuduh mereka bergerak bagai mafia, menjalankan sindikat prostitusi, perjudian, narkotik, pembunuh bayaran. Memang, ada juga yang meragukan glasnost sebagai sekadar politik Gorbachev untuk menjatuhkan lawan-lawannya. Satu yang diberitakan sebagai koruptor adalah Yuri Churbanov, yang dituduh menerima suap USS 1 juta ketika menjabat deputi menteri dalam negeri. Churbanov, yang bisa dihukum mati jika kesalahannya terbukti, adalah menantu Mendiang Leonid Brezhnev. Kini, pengikut Brezhnev sedang dicoba didiskreditkan oleh Gorbachev. Bambang Harymurti
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini