Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Bentrokan & Kemacetan Alat-Alat Besar

Iran & Irak sama-sama tak mampu untuk saling menundukan. perimbangan kekuatan kedua negara tersebut sama. iran tak berhasil unjuk kehebatan pasukan lapis bajanya irak tak berhasil mengerahkan kekuatan udaranya.

11 Oktober 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GEMPURAN pasukan lapis baja, dan artileri berat Irak menemui titik henti di seluruh sektor terdepan medan pertempuran. Di seputar kota Khorramshahr, Abadan, Ahwaz, dan Dezful (dalam wilayah Iran), waktu itu tidak tampak lagi gerak maju pasukan Irak Kota strategis Dezful -- yang menghubungkan Pelabuhan Khorramshahr dan pengilangan minyak Abadan, serta Kota Ahwaz -- belum juga berhasil direbut para penyerbu. Bahkan pasukan komando dan artileri berat Iran mulai memukul mundur kedudukan Irak. Gejala ini menunjukkan Irak mulai kehilangan momentum, demikian seorang analis militer NATO, setelah tujuh hari Irak melancarkan serangan pendadakan (dimulai 22 September). Peristiwa tersebut tentu saja agak mengherankan. Irak yang mengambil inisiatif menyerang -- mengerahkan satu divisi pasukan lapis baja dan dua divisi pasukan infanteri bermotor -- sesungguhnya lebih baik posisinya ketimbang Iran. Juga moral 200 ribu tentara reguler, dan 250 ribu tentara cadangannya jauh lebih tinggi. Apalagi pasukan lapis baja Irak memiliki 2.850 tank -- di antaranya 50 tank T 72 (buatan Soviet), dan 100 AMX 30 (Prancis) mutakhir -- dalam kondisi siap tempur. Baik dalam soal perlengkapan militer, maupun kesiapan moral dan fisik personal, Irak seharusnya mampu menggulung secepatnya kota-kota strategis di provinsi kaya minyak Khuzestan. Tapi kenapa gerak maju pasukan terhenti? Terhambatnya gerak maju pasukan Irak, kata pengamat militer, disebabkan tidak terpeliharanya kelangsungan suplai amunisi, bahan bakar, dan air ke garis depan. Seharusnya Irak mengerahkan lagi dua divisi pasukan lapis baja, begitu ujung terdepan pasukan mengepung bota-kota Iran. Tapi sampai pekan ini, juga tidak tampak tanda-tanda Irak akan menurunkan empat divisi pasukan infanteri pegunungan -- yang ditempatkan berjaga di Timur Laut untuk mencegah pemberontakan suku Kurdi. Ujung terdepan pasukan lapis baja dan artileri berat Irak kini mengambil posisi bertahan di sepanjang garis 300 km, membentuk tapal kuda -- dengan bagian lengkung menjorok di wilayah Iran. Mereka juga banyak mendirikan bunker beton pertahanan. Pasukan lapis baja Irak, setelah dipukul roket anti tank dan pesawat F 4 Phantom Iran, tampak sulit masuk lebih jauh ke Khorramshahr. Dikota ini, pasukan komando dan pengawal revolusi Iran, bertempur dari rumah ke rumah. Dalam tiga hari hampir 200 tentara Irak berhasil dilukai. "Sulit sekali menguasai Khorramshahr. Kami harus melawan musuh yang sangat fanatik, dan kelewat berani, " kata seorang kolonel Irak di bunker pertahanannya. Sekalipun demikian, posisi Irak -- setelah merobek pertahanan Iran di Khorramshahr -- tetap lebih baik ketimbang lawannya. Kenapa? Hal ini disebabkan pasukan Irak berhasil memiliki detail peta Khorramshahr yang memuat letak kawasan militer dan industri minyak Iran. "Sehingga kami tahu persis di mana kedudukan musuh, dan posisi kami sekarang," kata kolonel itu. Yang mengherankan, hampir di seluruh lini pertempuran tak tampak perlawanan hebat pasukan lapis baja dan artileri Iran. Perlawanan hanya dilakukan oleh satuan artileri dan infanteri kecil tak terkoordinasi. Ke mana pasukan lapis baja dan artileri Iran? Mana pesawat tempur Iran -- bukankah Iran dulu diunggulkan sebagai pengawal Teluk Persia? Enam bulan lalu, suatu kelompok perwira Iran tiba di Whitehall, Inggris, merundingkan pembelian amunisi untuk 875 tank Chieftain buatan Inggris. Utusan itu juga meminta tambahan banyak kenderaan Armoured Recovery Vehice (ARV) yang bertugas memperbaiki dan mengetes mesin tank untuk mendukung gerakan tank. Karena kekurangan ARV inilah, 60 tank Chieftain Iran hingga kini masih terbenam di suatu gurun pasir -- dalam latihan. Jenis tank ini, dan Scorpion (Inggris) sebanyak 250, memang menjadi tulang punggung pasukan lapis baja Iran. Tapi Iran ternyata juga sulit melakuka konsolidasi pasukan lapis baja dan artilerinya. Soalnya, sebagian besar basis pasukan lapis baja dan artilerinya berada di perbatasan Afghanistan dan Uni Soviet-berjarak sekitar 1.300 km dari lini pertempuran sekarang. Tank Chieftain (berat 50 ton, dengan meriam 120 mm) tidak bisa dipaksa menempuh jarak itu, sekalipun daya jelajahnya 450 km. Karena kelemahan pada mesin, tank ini harus istirahat dan dicek setiap menempuh 100 km. Analis militer NAT0 memperkirakan, kini hanya 1 di antara 3 Chieftain Iran dalam kondisi tempur. Untuk mengangkut Scorpion dan Chieftain ke lini depan, Iran tak punya kendaraan pengangkut cukup. Kalau toh tank-tank tersebut berhasil tiba di medan pertempuran, Iran sulit mendapatkan operatornya. Karena sejak Khomeini melakukan pembersihan, diperkirakan 45 ribu perwira profesional Iran melarikan diri. Dan celakanya perlengkapan mutakhir komunikasi dan persenjataan Chieftain tak bisa ditangani sembarang orang. Sebagai satu-satunya cara untuk menghambat gerak maju lapis baja musuh, Iran mengandalkan pada tank ringan M 60 A-1 buatan AS, dan artileri howitzer M 109 (kaliber 155 mm). Juga roket anti tank, dan pesawat Phantom. Tapi hasilnya masih belum tampak efektif. Kelangkaan suku cadang dan teknisi juga menimpa angkatan udara Iran yang memiliki 447 pesawat tempur. Setelah teknisi AS meninggalkan Iran -- dan kemudian disusul penghentian pengiriman suku cadang -- hanya 8 di antara 77 pesawat buru sergap F 14 Tomcat yang bisa mengudara. Pesawat mutakhir buatan Grumman, AS, ini, ketika dibeli 1976 berharga US$ 13,6 juta (Rp 8,5 milyar) sebuah. Ia mampu terbang melampui dua kali kecepatan suara, dan menembak 24 sasaran sekaligus. Juga dari jarak 130 km bisa meluncurkan enam peluru kendali Phoenix -- dan dijagoi mampu merontokkan MiG 25 Foxbat (Soviet). Sementara Tomcat masih tersimpan di hanggar beton, Iran mengandalkan serangan udara ke Irak pada keunggulan pesawat pengebom F 4 Phantom dan 1 5 Tiger. Juga diperkirakan hanya 82 di antara 194 Phantom, dan 100 di antara 166 Tiger Iran yang kini dalam kondisi siap tempur. Tanpa suku cadang cukup, dan teknisi pendukung, "sebagian besar pesawat itu hanya bisa digunakan untuk beroperasi sekali saja," kata seorang perwira International Institute of Strategic Studies, London, sebuah lembaga yang berwibawa dalam menganalisa kekuatan perang negara-negara di dunia. Meskipun demikian, Iran tetap unggul di udara. Phantom dan Tigernya sudah beberapa kali berhasil menggempur kilang minyak di Kota Mosul dan Kirkuk, serta Baghdad, ibukota Irak. Sebuah reaktor nuklir dari Pusat Listrik Tenaga Nuklir di luar Baghdad, yang dibangun Prancis, nyaris kena gempur - meskipun Iran membantah bahwa pesawatnya menggempur instalasi itu dan belakangan Irak menuduh Israel yang melakukannya (tapi dibantah). Mordechai Gur, bekas Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel menilai pengeboman instalasi nuklir tadi sebagai kesalahan besar. Untuk sasaran sepenting itu, katanya, serbuan tidak bisa dilakukan hanya dengan sejumlah kecil pesawat "Kalau Iran melancarkan serangan dengan tiga atau empat gelombang, barangkali sebagian tujuan mereka akan tercapai," lanjutnya. Lalu di mana pesawat tempur Irak? Negara yang sebagian besar persenjataannya buatan Soviet ini, memiliki 80 pesawat tempur MiG 23 Flogger, 115 MiG 21 Fishbed, dan 100 pengebom tempur Sukhoi. Tidak jelas mengapa prestasi pesawat tersebut di udara tak terdengar selama dua pekan ini. Mungkin Irak juga mengalami kesulitan suku cadang -- sebab belakangan ini Irak berpaling ke Perancis untuk memperoleh persenjataan mutakhir. Dugaan itu ternyata dikuatkan oleh kesaksian seorang perwira militer NAT0. Ia melihat banyak pesawat MiG dan Sukhoi, hanya dibariskan bersama puluhan tank buatan Soviet di beberapa pangkalan udara militer Irak. "Untuk memusnahkannya anda cukup sekali terbang rendah di setiap pangkalan itu, sambil menembakkan meriam dan peluru kendali pesawat," katanya. Kesulitan Irak itu makin terbukti setelah pekan lalu Wakil Perdana Menteri Tareq Aziz terbang ke Moskow. Di sana kabarnya, ia meminta tambahan amunisi dan suku cadang, serta meminta Soviet mengirimkan sejumlah pesawat buru sergap MiG 25 Foxbat dan MiG, 27 Flogger D. Tidak jelas apakah Moskow akan memenuhi permintaannya meskipun antara keduanya terikat perjanjian pertahanan l5 tahun. Tapi bila permintaan itu diluluskan, siapa yang akan mengemudikannya? Sebab untuk mengoperasikan pesawat modern tadi, pilot Irak konon belum banyak yang siap. Dari Moskow, Aziz kemudian ke Paris. Di sana agaknya, ia menginginkan Perancis menyelesaikan secepatnya pembuatan 60 pesawat tempur Mirage F-1 pesanan Irak. Di negeri ini jugalah puluhan pilot Irak telah dilatih untuk mengemudikannya. Selain menagih Mirage, Aziz juga menginginkan Perancis memenuhi permintaannya akan sejumlah helikopter anti tank. Jika seluruh permintaan tersebut dipenuhi, tak mustahil Iran akan kewalahan menghalau serangan udara Irak. Sementara ini, untuk melindungi wilayah udara, Irak mengandalkan pada kemampuan Peluru Kendali Darat ke Udara -- SAM-7 Grail, dan meriam penangkis serangan udara ZSU. Kedua senjata-anti pesawat terbang buatan Soviet itu terkenal keampuhannya. Ketika perang Mesir-Israel 1973, adalah SAM Grail (bisa dipanggul seorang tentara) yang banyak merontokkan pesawat tempur Israel di Sinai. Dengan Grail ini pula, Irak mengatakan berhasil menggugurkan 67 pesawat Iran. Di laut -- tempat Iran jauh lebih ungul -- tidak terjadi pertempuran berarti. Hingga pekan ini, Iran diberitakan masih sepenuhnya mengontrol Pulau Qeshm. Bani Tumb dan Tumb Bozory, di Selat Hormuz. Untuk mengimbangi serbuan lawan, Iran menarik sebagian kekuatan lautnya menuju jalan air Shatt-al-Arab. Meriam kapal ini menghujani tembakan kedudukan Irak di sana. DENGAN anggaran belanja militer lebih besar, dan peralatan tempur mutakhir, di atas kertas Iran sesungguhnya mengungguli Irak. Tapi sejak Ayatullah Khomeini melancarkan pembersihan, moral tentara merosot tajam -- maklum sebagian besar adalah pendukung Syah Pahlavi. Banyak tentara reguler melakukan desersi. Tentara reguler Iran kini diperkirakan tinggal 100 ribu saja --mereka ini yang bahu membahu dengan pengawal revolusi melakukan perlawanan. Duel pasukan lapis baja yang hebat, memang belum terjadi. Tapi pertempuran Irak-lran sekarang, yang banyak mengandalkan tembakan artileri, akan menguras banyak amunisi. Ketika bertempur melawan Mesir, misalnya, Israel harus mengimpor 25 ribu ton amunisi setiap hari dari AS lewat jembatan udara. Jadi sampai kapan pertempuran itu akan Eerlangsung? Ini nampaknya tergantung pada kebijaksanaan Nashington dan Moskow. Dengan menghamhat pengiriman amunisi dan suku cadang, kedua negeri besar itu bisa menentukan sejauh mana pertempuran tadi berlangsung. Tapi hingga Senin pekan ini, tidak terdengar keduanya mau campur dalam perang sementara Iran dilaporkan memperoleh bantuan suku cadang dari Turki dan Pakistan. Meskipun, seperti biasa, Iran menuduh AS -- kali ini dengan tuduhan berkomplot dengan Irak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus