Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Berderet-deret Menjerat Najib

Najib Razak kembali didakwa dengan pasal berlapis tentang korupsi dan penyalahgunaan wewenang. Jalan panjang pengusutan skandal 1MDB.

28 September 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Mantan Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak, setelah meninggalkan gedung pengadilan di Kuala Lumpur, 20 September 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LEBIH dari seratus orang berdiri mengular di depan toko buku Kinokuniya di pusat belanja Suria KLCC di Kuala Lumpur, Malaysia. Mereka sedang antre untuk mendapatkan buku baru yang tengah laris manis, Billion Dollar Whale, Selasa sore pekan lalu.

Para pembeli memadati toko tersebut karena juga ingin bertatap muka dengan Tom Wright, yang pada hari itu mengisi acara penandatanganan bukunya. Wright, jurnalis asal Amerika Serikat, menulis buku Billion Dollar Whale bersama koleganya, Bradley Hope.

Di antara barisan panjang para pencinta buku itu, ada Nicholas Chin. Desainer grafis 34 tahun ini bahkan mesti antre hampir dua jam untuk memperoleh buku itu. “Buku ini benar-benar blockbuster,” ujar Nicholas kepada The Star.

Bagi khalayak awam di negeri jiran itu, kisah yang diangkat dalam buku tersebut menarik perhatian. Buku setebal 379 halaman ini mengupas cerita nyata petualangan Low Taek Jho alias Jho Low. Taipan kelahiran Penang, Malaysia, tersebut adalah salah satu figur sentral dalam pusaran skandal 1Malaysia Development Berhad (1MDB) yang mengguncang Malaysia.

Jho Low diduga mendalangi penggarongan duit US$ 4,5 miliar atau sekitar Rp 62 triliun dari dana investasi negara 1MDB. Penyelidikan Departemen Kehakiman Amerika Serikat menyebutkan pria 36 tahun itu mengalirkan uang curian ke sejumlah rekening bank di Swiss, Amerika, Singapura, dan British- Virgin Islands. Low membantah tudingan itu dan menyatakan ia tidak bersalah.

Low tak jelas rimbanya sejak Komisi Antikorupsi Malaysia (MACC) mengusut kasus ini pada Juli 2015. Hingga kini, pemerintah Malaysia, Singapura, dan negara lain yang menyelidiki skandal 1MDB masih memburu Low. Putrajaya bahkan menggandeng Interpol untuk mengejarnya.

Kisah Jho Low makin menarik karena skandal 1MDB juga menyeret bekas perdana menteri, Najib Razak. Wright, dalam peluncuran bukunya di Kinokuniya, mengatakan ia harus merevisi naskah buku itu karena perubahan lanskap politik di Malaysia. “Ketika kami pertama kali menulisnya, Najib Tun Razak masih berkuasa. Kami mengubah bagian akhirnya,” ucapnya.

Najib terguling dari kekuasaan setelah koalisi Barisan Nasional yang dipimpinnya keok dalam pemilihan umum, Mei lalu. Sejak kekalahan itu, langit seakan-akan runtuh menimpa Najib. Tuduhan keterlibatan pria 65 tahun ini dalam skandal 1MDB, yang mencuat sejak pertengahan 2015 dan selalu bisa ditangkisnya dengan tameng kekuasaan, mulai menjeratnya.

Istri Najib Razak, Rosmah Mansor, memenuhi panggilan Komisi Antikorupsi Malaysia di Putrajaya, September 2018.

Najib dikenai empat dakwaan penyalahgunaan wewenang dan 21 tuduhan pencucian uang senilai US$ 681 juta atau sekitar Rp 9,4 triliun, yang diduga masuk ke rekening bank pribadinya, Kamis dua pekan lalu. Uang itu diyakini berasal dari 1MDB, lembaga yang pernah diketuainya.

Ini bukan dakwaan berlapis pertama bagi Najib. Pada Juli dan Agustus lalu, bekas Presiden Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) ini dijerat dengan tujuh tuduhan pelanggaran kriminal, korupsi, dan pencucian uang. Persidangan kasusnya akan dimulai awal tahun depan.

Dengan sederet dakwaan baru itu, Najib telah mengoleksi 32 tuduhan dan mencatatkan rekor jumlah dakwaan terbanyak yang dialamatkan kepadanya sejauh ini. Namun, dalam dua kali sidang pembacaan dakwaan di Kuala Lumpur, dua kali pula Najib menyatakan tidak bersalah. “Semua tuduhan ini akan menjadi kesempatan bagi saya untuk membersihkan nama saya, bahwa saya bukan pencuri,” katanya kepada wartawan di luar ruang sidang.

Wakil Kepala Polisi Diraja Malaysia Noor Rashid Ibrahim mengatakan dakwaan baru pencucian uang terhadap Najib meliputi 9 tuduhan menerima uang ilegal, 5 tuduhan memakai uang ilegal, “Dan 7 tuduhan mentransfer uang ilegal ke entitas lain.”

Dengan berbagai dakwaan itu, Najib diancam hukuman 15 tahun penjara. Ia juga terancam denda sedikitnya lima kali nilai hasil kegiatannya yang melanggar hukum, yaitu 5 juta ringgit atau sekitar Rp 17,9 miliar. Adapun atas empat tuduhan penyalahgunaan wewenang, Najib terancam hukuman penjara maksimal 20 tahun dan membayar sejumlah denda.

Selain memeriksa Najib, Komisi Antikorupsi tengah mengincar istrinya, Rosmah Mansor. Komisi meminta keterangan Rosmah tentang aliran dana mencurigakan ke rekening bank suaminya, Rabu pekan lalu. Dengan mengenakan baju kurung dan kerudung hijau, perempuan 66 tahun itu mendatangi markas MACC pada pukul 09.50. Ia baru keluar dari gedung hampir 13 jam kemudian.

Rosmah, yang menjalani pemeriksaan didampingi pengacaranya, Kumaraendran dan Geethan Ram Vincent, tak banyak berkata-kata kepada para wartawan yang telah menantinya sejak pagi. “Saya baik-baik saja, alhamdulillah,” ucap Rosmah sambil melangkah memasuki mobilnya.

Wakil Ketua MACC Azam Baki tidak menyangkal kemungkinan Rosmah bakal dijerat seperti Najib. “Akan ada lebih banyak dakwaan. Mungkin,” ujarnya. New Straits Times, Selasa dua pekan lalu, melaporkan bahwa Rosmah akan menghadapi hingga 20 tuntutan kriminal.

MACC telah merampungkan penyelidikan dugaan pencucian uang oleh Rosmah. Laporan pengusutan yang disebut “berkas Rosmah” itu telah diserahkan kepada Jaksa Agung. “MACC hanya bertanggung jawab melakukan penyelidikan. Terserah Jaksa Agung untuk menuntut Rosmah,” tutur Ketua MACC Mohd. Shukri Abdull, seperti diberitakan Bernama.

Pada 5 Juni lalu, Rosmah juga pernah memenuhi panggilan MACC. Selama lebih dari tiga jam, ia dan Najib diperiksa dalam penyelidikan kasus korupsi yang melibatkan SRC International, bekas anak perusahaan 1MDB. Najib pertama kali diseret ke pengadilan dalam kasus tersebut.

Tiada Jho Low tanpa Rosmah. Begitu gambaran kedekatan mereka. Tom Wright, yang menguak skandal 1MDB lewat sejumlah laporannya dalam surat kabar Wall Street- Journal, menyebutkan Rosmah adalah orang yang memberi Low akses ke koridor kekuasaan di Putrajaya. Dari sana, Low, Rosmah, dan Najib diduga merancang skenario penggarongan duit 1MDB.

“Saya percaya Rosmah berperan penting karena dia membantu Jho Low masuk ke pusat kekuasaan di Malaysia dan dia mendapat manfaat dari itu,” kata Wright, yang menuding Rosmah mendapat imbalan berupa uang tunai, perhiasan, dan barang mewah lain.

Benang merah antara Low dan Rosmah adalah Riza Aziz, putra Rosmah dari pernikahan terdahulu. Low kawan karib Riza sejak remaja. Mereka berteman sejak sama-sama belajar di Harrow School, London, yang uang sekolahnya hampir Rp 250 juta per level. Riza, seperti ibu kandung dan ayah tirinya, juga terseret dalam penyelidikan skandal 1MDB.

Dengan skala yang begitu menggurita dan diyakini melibatkan banyak pihak, pengusutan skandal 1MDB agaknya masih jauh dari tuntas. Menurut Departemen Kehakiman Amerika Serikat, sekitar Rp 62 triliun dana 1MDB diduga digelapkan petinggi lembaga itu dan rekanannya pada 2009 hingga 2015. Saat itu Najib masih menjabat perdana menteri.

Kini Najib dan Rosmah tak lepas dari radar pengawasan aparat penegak hukum. Polisi Diraja, yang turut mengusut skandal 1MDB, mempertimbangkan kemungkinan menjerat Najib dan memeriksa Rosmah. Polisi pernah menggeledah kediaman mereka dan menyita ribuan perhiasan serta barang berharga lain senilai lebih dari Rp 4 triliun yang diduga diperoleh dengan duit 1MDB.

Komisi Antikorupsi pantang mengendurkan pengejaran. Azam Baki mengatakan lembaganya bahkan bekerja sama dengan polisi untuk memburu aktor-aktor pencoleng duit 1MDB lain. “Akan ada lebih banyak tuntutan yang berkaitan dengan penyelidikan kasus ini,” ujarnya.

Di sela peluncuran bukunya di Kinokuniya, Tom Wright tidak memungkiri fakta bahwa Najib menunjukkan karakter yang lebih berwarna dalam skandal 1MDB ketimbang Jho Low. Namun figur Low, yang berperan mendirikan perusahaan cikal-bakal 1MDB, tidak dapat dinafikan. “Lihatlah, 1MDB dan skandal itu tidak akan terjadi tanpa Jho Low,” kata Wright.

MAHARDIKA SATRIA HADI (MALAYSIAKINI, NEW STRAITS TIMES, MALAY MAIL)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Mahardika Satria Hadi

Mahardika Satria Hadi

Menjadi wartawan Tempo sejak 2010. Kini redaktur untuk rubrik wawancara dan pokok tokoh di majalah Tempo. Sebelumnya, redaktur di Desk Internasional dan pernah meliput pertempuran antara tentara Filipina dan militan pro-ISIS di Marawi, Mindanao. Lulusan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus