Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Aktivis Hak Perempuan Saudi Didakwa Kasus Terorisme

Berita internasional dalam sepekan.

12 Desember 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Aktivis perempuan Arab Saudi Loujain al-Hathloul. Marieke Wijntjes/Handout via REUTERS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ARAB SAUDI

Aktivis Hak Perempuan Didakwa Kasus Terorisme

LOUJAIN al-Hathloul, aktivis hak-hak perempuan Saudi, hadir dalam sidang pertama “pengadilan terorisme” di Riyadh pada Kamis, 10 Desember lalu. Hanya karena memperjuangkan hak-hak dasar perempuan, Hathloul dituduh “mengancam keamanan, stabilitas, dan keutuhan kerajaan”.

Dia ditahan sejak 2018 bersama 12 perempuan aktivis lain. Pejabat Saudi mengatakan penahanan dilakukan karena mereka diduga telah mencederai kepentingan Saudi dan mendukung unsur-unsur bermusuhan di luar negeri. “Kami menyerukan sekali lagi kepada Arab Saudi untuk membebaskan Hathloul, perempuan pembela hak-hak asasi yang memberi sumbangan besar terhadap kemajuan hak-hak perempuan di sebuah negara tempat diskriminasi gender dan stereotyping bercokol dalam di struktur masyarakat,” ucap Elizabeth Broderick, pemimpin kelompok kerja diskriminasi terhadap perempuan PBB, seperti dikutip Al Jazeera.

Sebelum ditahan, Hathloul memberi kesaksian di depan kelompok kerja PBB tersebut. Setelah meninjau catatan hak asasi Saudi, panel menyerukan agar kerajaan itu mengakhiri praktik diskriminasi terhadap perempuan dan memberi mereka kebebasan penuh untuk mendapat keadilan. Amnesty International menyatakan sebagian perempuan, termasuk Hathloul, telah ditahan selama berbulan-bulan dan mengalami berbagai penyiksaan, termasuk setrum, cambuk, dan pelecehan seksual. Pemerintah Saudi membantah tuduhan penyiksaan itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini


AFGANISTAN

Perempuan Jurnalis Tewas Ditembak

Upacara pemakaman jurnalis Malalau Maiwand yang tewas tertembak di Jalababad, Afghanistan, 10 Desember 2020. REUTERS/Parwiz

MOBIL yang dikendarai Malala Maiwand, wartawan televisi dan radio Enikass, ditembak sekelompok orang tak dikenal saat dia sedang meliput di Jalalabad, Afganistan, Kamis, 10 Desember lalu. Malala dan sopirnya, Mohammad Tahir, terbunuh dalam serangan itu. Maiwand menjadi perempuan jurnalis keempat yang tewas dibunuh di kawasan konflik tersebut. Setidaknya empat perempuan jurnalis lain juga tewas karena ditembak atau dibom dalam sebulan terakhir.

Dulu, para jurnalis dibunuh oleh kelompok Taliban. Kali ini, belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab dalam serangan terhadap Maiwand. Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan Uni Eropa mengeluarkan pernyataan yang mengecam serangan itu.

Maiwand, yang juga aktivis masyarakat sipil, sebelumnya pernah berbicara tentang tantangan perempuan jurnalis di negeri itu. Ibunya, seorang aktivis, juga tewas ditembak orang tak dikenal lima tahun lalu. “Insiden ini mengungkap bahaya kerja sebagai jurnalis di negeri ini dan membuka jalan bagi ideologi Taliban bahwa perempuan harus tinggal di rumah dan tak menjadi bagian aktif dari masyarakat,” ujar Abdul Mujib Khalvatgar, direktur pelaksana Nai-Supporting Open Media in Afganistan, kepada CGTN Digital

IRAN

Pembunuh Ahli Nuklir Ditangkap

HOSSEIN Amir Abdollahian, penasihat parlemen Iran, menyatakan pada Kamis, 10 Desember lalu, bahwa polisi telah menahan sejumlah orang yang diduga terlibat dalam pembunuhan Mohsen Fakhrizadeh, ahli nuklir dan kepala Organisasi Inovasi dan Riset Pertahanan Iran (SPND). Abdollahian tak merincinya lebih jauh dengan alasan keamanan, tapi mengklaim punya bukti adanya keterlibatan Israel.

Mohsen Fakhrizadeh tewas dibunuh di dekat Teheran pada 27 November lalu. Kementerian Pertahanan menyatakan terjadi kontak senjata antara pengawal Fakhrizadeh dan penyerang. Saksi mengatakan tiga hingga empat penyerang terbunuh dalam peristiwa itu. “Tapi apakah Zionis (Israel) melakukan itu sendiri atau tanpa kerja sama dengan, misalnya, (intelijen) Amerika atau intelijen lain? Sebenarnya, mereka tak mungkin dapat melakukannya sendiri,” ucap Abdollahian, seperti dikutip BBC.

Pemerintah Israel tak memberi komentar apa pun atas tuduhan tersebut. Sumber-sumber keamanan Israel dan negara-negara Barat menyebut Fakhrizadeh sebagai alat dalam program nuklir Iran. Mereka percaya bahwa profesor fisika itu memimpin “Project Amad”, program rahasia Iran yang diduga dibentuk untuk membuat bom nuklir. Namun, menurut Badan Energi Atom Internasional, program itu sudah ditutup pada 2003.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus